3.1.4. Konsep Efisiensi dan Inefisiensi
Efisiensi menurut Soekartawi 2002, dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input yang minimum untuk mendapat output yang maksimum.
Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara input dan output yang digunakan dalam proses produksi. Suatu metode dapat dikatakan lebih
efisien apabila menggunakan sejumlah input yang sama namun memberikan hasil yang lebih banyak, atau dengan menggunakan input yang lebih sedikit namun
memberikan output yang sama banyaknya dengan asumsi harga input dan output yang sama.
Menurut Soekartawi 2002, efisiensi dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : 1.
Efisiensi Teknis : pengalokasian input yang digunakan sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimum.
2. Efisiensi Alokatif : tercapai pada saat petani dapat menghasilkan keuntungan
yang besar dari usahataninya atau jika nilai dari produk marginal sama dengan harga input yang bersangkutan.
3. Efisiensi Ekonomis : tercapai pada saat penggunaan input sudah dapat
menghasilkan keuntungan maksimum. Produktivitas pertanian akan semakin tinggi jika petani menerapkan
efisiensi teknis dan efisiensi harga. Dalam perhitungan efisiensi ada dua pendekatan yaitu dengan pendekatan input dan pendekatan output. Pendekatan
input dijelaskan melalui kurva isocost dan isoquant. Menurut Soekartawi 2002, isocost Iso-biaya adalah garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi
penggunaan input yang satu X
1
dan input yang lain X
2
yang didasarkan pada tersedianya modal. Sedangkan isoquant adalah suatu garis yang menghubungkan
titik-titik kombinasi optimum dari sejumlah input satu X
1
dan input yang lainnya X
2
. Perhitungan isoquant bertujuan untuk mencari besarnya kombinasi input yang optimum untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Persinggungan
antara garis isoquant dan isocost menunjukkan terjadinya kombinasi penggunaan input yang optimal dan efisien.
X
2
y B
P
A Q
R Q’
B’ A’
X
1
y
Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif orientasi input
Sumber : Coelli, Rao, Battese 1998 Pada Gambar 3, titik AA’ adalah titik yang menunjukkan kurva isocost,
sedangkan kurva isoquant ditunjukkan oleh titik BB’. Titik P adalah merupakan titik yang efisien secara teknis karena berada di kurva isoquant. Jarak QP
menunjukkan adanya inefisiensi teknis, jika petani menggunakan input sejumlah P untuk memproduksi 1 unit output. Pada ruas garis QP
jumlah input yang digunakan dapat dikurangi tanpa harus mengurangi jumlah output yang
dihasilkan. Titik yang efisien secara alokatif dan teknis atau dengan kata lain efisien secara ekonomis adalah titik Q’.
Efisiensi teknis TE dapat dihitung dengan rasio : TE
i
= 0Q0P Notasi i digunakan untuk menunjukkan nilai efisiensi teknis dengan pendekatan
orientasi input. Derajat efisiensi teknis yang dapat dicapai ditunjukkan dengan besarnya nilai TE
i
yang berkisar antara 0 dan 1. Efisiensi alokatif AE dirumuskan sebagai berikut:
AE
i
= 0R0Q Ruas garis RQ menunjukkan biaya produksi yang dapat dikurangi yang
memungkinkan perusahaan mencapai kondisi efisien secara alokatif dan teknis pada titik Q’, sedangkan titik Q’ efisien secara teknis namun inefisien secara
alokatif.
Gabungan dari konsep efisiensi teknis dan alokatif adalah efisiensi ekonomis EE yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
EE = TE x AE = 0Q0P x 0R0Q
= 0R0P Nilai EE
i
merupakan hasil pengalian antara TE
i
dengan AE
i
, serta rasionya antara 0 dan 1. Titik RP dapat diintrepetasikan sebagai pengurangan biaya.
Gambar 4. Efisiensi Teknis dan Alokatif orientasi output
Sumber : Coelli, Rao, Battese 1998
Pada Gambar 4. Dijelaskan metode pendekatan yang didasarkan pada orientasi output dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi ZZ’,
sedangkan kondisi inefisiensi petani ditunjukkan oleh titik A. Ruas garis AB menggambarkan kondisi inefisiensi secara teknis dengan adanya tambahan output
tanpa membutuhkan input tambahan. Informasi harga output digambarkan oleh garis isorevenue DD’.
Pada pendekatan output rasio efisiensi teknis adalah TE = 0A0B,
sedangkan efisiensi alokatif yaitu AE = 0B0C. Sementara kondisi yang efisien
secara ekonomis adalah EE = 0A0C. Rasio dari ketiga nilai efisiensi tersebut
berkisar antara 0 dan 1. Notasi o digunakan untuk menunjukkan nilai efisiensi dengan pendekatan orientasi output.
y
1
x y
2
x
Z’ Z
D’ C
B’ A
B D
Asumsi bahwa sebuah usahatani dalam mencapai keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada atau berarti sebuah
usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Sehingga akan diperoleh fungsi biaya frontier dual dengan persamaan sebagai berikut Adhiana 2005:
C = C y
i
, p
i
,
i
= u
i
Dimana : C
= biaya produksi yi
= jumlah output pi
= harga input i
= koefisien parameter u
i
= error term efek inefisiensi alokatif Pendekatan output melihat seberapa besar peningkatan jumlah output
tanpa meningkatkan jumlah penggunaan input dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Kurva yang dilihat adalah kurva kemungkinan
produksi dan kurva isorevenue. Inefisiensi yang dihasilkan melalui pendekatan output menunjukkan jumlah output yang dapat ditingkatkan tanpa penambahan
input. Bakhsoodeh dan Thomson dalam Adhiana 2005 menjelaskan bahwa
petani yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input untuk memproduksi sejumlah output pada tingkat tertentu atau petani yang
dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya dengan mengguanakan sejumlah input tertentu. Efisiensi teknis tidak tercapai karena
adanya faktor penghambat terjadi ketika faktor produksi yang digunakan masih mungkin ditingkatkan.
Menurut Daryanto 2002 diacu dalam Khotimah 2010, terdapat dua pendekatan alternatif untuk menguji sumber-sumber inefisiensi teknis. Pendekatan
pertama adalah prosedur dua tahap, yang mana tahap pertama terkait pendugaan terhadap skor efisiensi efek inefisiensi bagi individu perusahaan. Tahap kedua
merupakan pendugaan terhadap regresi dimana skor efisiensi ineifisiensi duaan dinyatakan sebagai fungsi dari variabel sosial ekonomi yang diasumsikan
mempengaruhi efek inefisiensi. Pendekatan kedua adalah prosedur tahap dimana efek inefisiensi dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang
dianggap relevan dalam menjelaskan inefisiensi dalam proses produksi. Guna mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel u
i
yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N
μ, σ
2
. Model inefisiensi yang digunakan merujuk pada model Coelli et al. 1998.
Efisiensi merupakan hal penting dalam pengukuran keberhasilan pelaksanaan proses produksi. Namun, terdapat kesenjangan antara keadaan aktual
dengan optimal dari penggunaan input yang menyebabkan terjadinya kesenjangan produktivitas. Menurut Soekartawi 2002, kesenjangan ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu : kendala biologi yang disebabkan oleh perbedaan varietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama penyakit, masalah tanah, perbedaan
kesuburan tanah dan sebagainya. Serta kendala sosial ekonomi seperti : besarnya perbedaan antara biaya dan penerimaan usahatani, kurangnya biaya usahatani
yang diperoleh dari kredit, harga produksi, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan petani, adanya faktor ketidakpastian, risiko berusahataninya dan
sebagainya. Namun kendala tersebut bersifat lokal dan kondisional, tidak dapat disamakan untuk semua daerah.
3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatani