tersebut. Hal ini berpengaruh pada penilaian efektifitas peranan dari koperasi terhadap petani. Karena koperasi sebagai kelembagaan petani harus mampu
menadi lembaga penunjang uasahatani petani baik dari hulu maupun hilir. Dari sisi hilir terlihat bahwa koperasi kelompok tani ini mampu menjadi sarana
pemasaran hasil produksi petani dan mampu mengendalikan harga padi sehat di desa ini. Dengan adanya pengendalian harga tersebut maka harga jual yang
diterima petani tidak akan terlalu rendah, dan keuntungan dari hasil penjualan beras sehat dari koperasi ke konsumen pun menjadi SHU sisa hasil usaha yang
akan dibagikan kembali kepada petani terutama petani dari anggota koperasi kelompok tani ini.
Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Tujuan Penjualan Hasil Panen Petani Padi
Sehat di Desa Ciburuy Tahun 2011 Pembeli
Jumlah orang Persentase
Tidak Dijual 2
5,88 Koperasi
32 94,12
Total 34
100,00 5.3.
Budidaya Padi Sehat
Budidaya padi sehat di lokasi penelitian meliputi pengolahan laha, pembibitan, penanaman, pemipukan, penyiangan, pengendalian hama dan
penyakit, serta panen.
5.3.1. Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
untuk menstabilkan kondisi tanah dengan memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki drainase pengairan sehingga diharapkan memperoleh hasil yang
maksimal. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan lahan padi sehat terdiri dari babad jerami, pembajakan, pembuatan saluran air, perataan tanah, dan
memopok. Babad jerami atau membersihkan sisa-sisa jerami yang ada di areal
persawahan adalah proses awal dalam pengolahan tanah. Hal ini dilakukan karena pada umumnya setelah panen masih terdapat sisa-sisa tanaman dari musim
sebelumnya. Pembersihan jerami tersebut dilakukan dengan cara membenamkan jerami ke dalam tanah. Hal tersebut dilakukan agar jerami cepat mmbusuk dan
merubah menjadi kompos sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Proses selanjutnya adalah pembajakan yang dapat dilakukan secara manual
dicangkul dan dibajak baik menggunakan binatang kerbau maupun menggunakan traktor. Petani responden di daerah penelitian lebih banyak yang
menggunakan bajak traktor. Akan tetapi untuk lahan yang jauh dari jalan dan sulit dijangkau oleh traktor, petani responden menggunakan tenaga kerja hewan yaitu
kerbau untuk membajak lahannya, meskipun membutuhkan waktu lebih dari 1 hari untuk mengerjakannya.
Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan perataan tanah atau dikenal dengan istilah ngegaru, yaitu kegiatan menghaluskan struktur tanah hasil
pembajakan yang masih berupa bongkahan-bongkahan tanah. Karena pembajakan tanah biasanya tidak mampu mencapai sudut sawah, sehingga dicangkul untuk
menyelesaikan tanah yang tidak terbajak tersebut. Petani juga biasanya merapikan pematang sawah dengan cara dikikis dengan cangkul kemudian dilempar ke
lahan, lalu ditambal lagi dengan tanah berlumpur hingga rata memopok. Setelah itu, kemudian di lahan diberakan selama beberapa minggu. Lamanya waktu
pemberaan tanah tergantung pada umur bibit semai. Penyemaian benih pembibitan untuk usahatani padi sehat memerlukan
waktu sekitar 22 hari setelah disemai. Setelah bibit siap dipindah ke lahan, tanah kembali dibajak dengan kerbau atau traktor. Pembajakan ini dilakukan guna
mengembalikan kondisi tanah setelah beberapa waktu diberakan diistirahatkan. Setelah ini lahan diratakan dengan garok papan perata hingga permukaan lahan
relatif rata.
5.3.2. PembibitanPenyemaian