dianggap relevan dalam menjelaskan inefisiensi dalam proses produksi. Guna mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel u
i
yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N
μ, σ
2
. Model inefisiensi yang digunakan merujuk pada model Coelli et al. 1998.
Efisiensi merupakan hal penting dalam pengukuran keberhasilan pelaksanaan proses produksi. Namun, terdapat kesenjangan antara keadaan aktual
dengan optimal dari penggunaan input yang menyebabkan terjadinya kesenjangan produktivitas. Menurut Soekartawi 2002, kesenjangan ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu : kendala biologi yang disebabkan oleh perbedaan varietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama penyakit, masalah tanah, perbedaan
kesuburan tanah dan sebagainya. Serta kendala sosial ekonomi seperti : besarnya perbedaan antara biaya dan penerimaan usahatani, kurangnya biaya usahatani
yang diperoleh dari kredit, harga produksi, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan petani, adanya faktor ketidakpastian, risiko berusahataninya dan
sebagainya. Namun kendala tersebut bersifat lokal dan kondisional, tidak dapat disamakan untuk semua daerah.
3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatani
Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di bidang pertanian, yang salah satunya dinilai dari pendapatan yang merupakan
selisih antara penerimaan dan pengeluaran biaya. Pendapatan dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan diperhitungkan yang
penjumlahannya menjadi pendapatan total. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang baik yang dijual maupun yang
tidak dijual, dimana merupakan selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai Soekartawi 2006 dalam Podesta 2009. Sementara itu nilai uang yang
diterima dari penjualan produk usahatani disebut sebagai penerimaan tunai usahatani. Penjumlahan penerimaan tunai dengan penerimaan diperhitungkan
merupakan penerimaan total usahatani yang disimbolkan dengan TR total revenue. Penerimaan usahatani ini juga dapat diperoleh dari hasil perkalian antara
jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut.
Pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Pengeluaran usahatani meliputi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya
yang sifatnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, meliputi biaya untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Sementara komponen biaya
dalam usahatani terbagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi
usahatani. Biaya diperhitungkan adalah biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, seperti opportunity cost lahan milik pribadi, tenaga kerja dalam keluarga,
penggunaan benih hasil produksi sendiri serta penyusutan dari sarana produksi. biaya total usahatani didefinisikan sebagai semua nilai masukan yang habis
terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Analisis RC rasio dapat juga dilakukan untuk menunjukkan besar
usahatani yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan usahatani. Semakin besar RC rasio maka semakin besar pula
penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut menunjukkan kelayakan suatu usahatani sehingga menguntungkan
untuk dilaksanakan dimana tingkat kelayakannya dilihat dari nilai RC rasio. Nilai RC rasio lebih besar dari satu yang berarti setiap tambahan biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Jika nilai RC rasio lebih kecil dari satu berarti setiap tambahan
biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada tamabahan biaya. nialai RC rasio yang sama dengan satu berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sama
dengan tambahan penerimaan yang diperoleh sehingga memperolehh keuntungan normal.
3.1.6. Konsep Kelembagaan