antara padi organik dan padi anorganik, dimana produktivitas padi dengan sistem budidaya anorganik lebih tinggi jika dibandingkan produktivitas padi organik.
Sementara Fatullah melakukan penelitian yang menyimpulkan perbedaan yang mendasar pada teknis budidaya padi sehat dan padi konvensional yang ada
pada persiapan benih, pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan pupuk cair yang lebih sering dilakukan dibanding pada usahatani padi
konvensional. Pengkajian terhadap penelitian terdahulu pada usahatani padi organik ini
berguna mengetahui permasalahan apa saja yang ada dalam usahatani padi organik ini dan apa saja alat analisis yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Dengan adanya kajian terhadap penelitian terdahulu dapat membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu meskipun denga komoditas yang sama.
2.3. Kajian Empiris Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani
Tujuan dari proses produksi adalah mentransformasi input menjasi output secara efisien. Ada dua konsep untuk mengukur efisiensi, yaitu fungsi produksi
batas frontier production function dan fungsi produksi rata-rata average production function. Fungsi Produksi merupakan hubungan antara penggunaan
input yang digunakan dengan output suatu yang menunjukkan suatu sumberdaya input dapat dirubah sehingga menghasilkan produk tertentu.
Terdapat tiga penelitian terdahulu yang melakukan penelitian tentang efisiensi teknis dan pendapatan usahatani yaitu Maryono, Podesta, dan Khotimah.
Maryono 2008 melakukan penelitian tentang Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Program Benih Bersertifikat: Pendekatan Stochastic
Frontier di Desa Pasirtelaga, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. Sementara penelitian Podesta 2009 melakukan penelitian tentang Pengaruh
Penggunaan Benih Sertifikat Terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Padi Pandan Wangi di kabupaten Cianjur. Sedangkan Khotimah 2010 melakukan
penelitian tentang Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier untuk menganalisis efisiensi teknis dan menggunakan
analisis pendapatan serta analisis RC rasio untuk menganalisis pendapatan dari usahatani. Namun pada penelitian Khotimah menggunakan juga BEP Break Even
Point untuk menganalisis pendapatan usahatani.Penelitian Podesta dan Maryono memiliki persamaan pada komoditas yaitu padi program benih bersertifikat yang
juga dilakukan pada dua musim tanam. Pada penelitian Maryono menunjukkan bahwa masa tanam I faktor produksi yang bernilai positif dan berpengaruh nyata
adalah urea dan tenaga kerja, sedangkan jumlah benih bernilai negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi. Pada masa tanam II, faktor produksi urea,
obat-obatan, dan tenaga kerja bernilai positif dan berpengaruh nyata, sedangkan jumlah benih dan pupuk TSP bernilai negatif serta berpengaruh nyata terhadap
produksi. Program benih bersertifikat berdampak pada menurunnya tingkat efisiensi teknis. Efek inefisiensi teknis menunjukkan pada masa tanam I variabel
yang berpengaruh nyata adalah dummy bahan organik dan dummy legowo. Sedangkan pada masa tanam II yang berpengaruh nyata adalah pengalaman,
pendidikan, dan rasio urea-TSP. Biaya total yang dikeluarkan oleh petani setelah program lebih besar dengan biaya sebelum program, sedangkan pengeluarannya
lebih kecil. Pendapatan atas biaya total petani lebih besar setelah adanya program. Namun pendapatn riil atas biaya total dan biaya tunai pada masa tanam II lebih
kecil dibandingkan pada masa tanam I. RC rasio atas biaya tunai dan biaya total setelah program secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
program, namun secara riil mengalami penurunan. Podesta 2009 pada penelitiannya dapat disimpulkan bahwa usahatani
padi Pandan Wangi benih sertifikat manupun non sertifikat telah efisien secara teknis dilihat dari rata-rata nialianya masing-masing sebesar 0,967 dan 0,713.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat inefisiensi teknisnya adalah usia, pendidikan formal, pengalaman, umur bibit, dummy status usahatani, dan dummy
pendidikan non formal. Faktor produksi yang berpengaruh nyata bagi usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat adalah faktor dummy pendidikan non
formal, sedangkan untuk usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat tidak ada faktor yang berpengaruh nyata. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa
pendapatan atas biaya tunai dan biaya total padi Pandan Wangi baik benih sertifikat maupun benih non sertifikat lebih besar daripada pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total pada MT I. Nilai RC rasio atas biaya tunai usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat MT II lebih besar RC rasio yang lain yaitu
sebesar 7,54. Hal ini dikarenakan biaya benih non sertifikat lebih murah dibandingkan benih sertifikat. Oleh karena itu banyak petani yanglebih memilih
benih non sertifikat dibanding benih sertifikat. Penelitian Khotimah menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh
nyata terhadap produksi ubi jalar adalah lahan, benihlahan, tenaga kerjalahan, pupuk Plahan,dan pupuk Klahan, sedangkan pupuk Nlahan tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi ubi jalar. Usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus telah cukup efisien ditunjukkan oleh tingkat efisiensi teknis rata-rata yaitu 0,75. Faktor-
faktor yang berpengaruh nyata dan positif terhadap inefisiensi teknis adalah pengalaman, lama kerja di luar usahatani, dan status kepemilikan lahan. Variabel
umur, pendidikan, dan pendapatan diluar usahatani berpengaruh negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis ubi jalar, sedangkan variabel penyuluhan berdampak
negatif dan tidak nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani ubi jalar. Hasil analisis pendapatan ubi jalar menunjukkan pendapatan usahatani atas biaya tunai
maupun biaya total lebih besar dari nol yang berarti menguntungkan. hasil analisis RC rasio menunjukkan usahatani ubi jalar di daerah penellitian menguntungkan
untuk diusahakan karena nialnya lebih besar dari satu. Analisis menggunakan BEP menunjukkan bahwa harga yang diterima petani dan jumlah produksi ubi
jalar layak jual di daerah penelitian lebih besar dari BEP harga dan BEP unit yang berarti harga yang diterima dan jumlah ubi jalar yang diproduksi memberikan
keuntungan pagi petani. Dari ketiga penelitian tersebut, dapat dijadikan acuan dalam penentuan
variabel teknis baik variabel efisiensi maupun variabel inefisiensi teknis. Selain itu penelitan terdahulu juga menjadi acuan dalam penentuan komponen
penerimaan dan biaya yang digunakan dalam menganalisis pendapatan dan juga sebagai pembanding dari hasil analisis yang diperoleh.
2.4. Kajian Empiris Peranan Kelembagaan