BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi masyarakat dengan lingkungan alam berupa hutan merupakan wujud dari aktivitas sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya memerlukan keberadaan hutan untuk memenuhi kebutuhannya. Bentuk-bentuk interaksi
masyarakat desa dengan kawasan hutan tercermin dari kegiatan-kegiatan masyarakat seperti, antara lain: mengumpulkan hasil hutan berupa bahan pangan,
kayu bakar, pakan ternak, umbi-umbian serta hasil dari jenis jasa hutan lainnya Widianto 2008 dan Ardiansyah 2009. Penelitian-penelitian tentang interaksi dan
hubungan antara masyarakat dengan hutan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, antara lain: penelitian yang dilakukan oleh Baharudin 2006 yang
mengkaji tentang interaksi masyarakat desa sekitar dengan Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR dan Ginting 2010 yang mengkaji interaksi masyarakat
di sekitar Taman Nasional Leuser TNL. Interaksi masyarakat di sekitar TNGR adalah pemanfaatan lahan untuk pertanian intensif baik secara musiman maupun
menahun, sedangkan masyarakat di sekitar TNL memanfaatkan kawasan ekowisata di TNL dan memungut hasil hutan.
Perubahan sosial budaya adalah sesuatu yang normal dan berkelanjutan Lauer 1989. Dalam kaitannya dengan interaksi masyarakat dengan hutan hal ini
juga berlaku. Perubahan interaksi yang terjadi merupakan proses adaptif. Interaksi dapat menuju ke arah positif ataupun negatif. Interaksi yang menuju ke arah
positif adalah jika interaksi yang terjalin saling menguntungkan baik bagi masyarakat maupun bagi hutan. Interaksi yang negatif adalah jika interaksi yang
terjalin justru merugikan bagi salah satu pihak baik bagi masyarakat maupun terhadap kelestarian kelestarian hutan, ataupun bagi keduanya. Penelitian yang
dilakukan oleh Yatap 2008 tentang pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan di kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak TNGHS menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan tutupan lahan di TNGHS.
Perubahan interaksi masyarakat dengan hutan dan faktor pendorongnya harus diketahui. Hal ini penting untuk menghindari perubahan interaksi yang
negatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk perubahan interaksi masyarakat dengan hutan dan faktor pendorong perubahan
tersebut. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Cipeuteuy yang terletak di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Desa Cipeuteuy adalah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Desa ini termasuk salah satu desa dari
1.517 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan negara Dinas Kehutanan Jawa Barat 2008. Desa Cipeuteuy merupakan salah satu dari dua desa
yang berada di koridor yang menghubungkan ekosistem Gunung Halimun dan Gunung Salak yang merupakan kawasan penting di TNGHS. Sebelum menjadi
kawasan TNGHS pada tahun 2006, kawasan hutan di sekitar desa adalah lahan tumpang sari masyarakat sekitar yang dikelola bersama dengan Perhutani
Cantika 2008. Terdapat tiga dusun di Desa Cipeuteuy yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGHS, yaitu: Dusun Pandan Arum, Dusun Cisarua, dan Dusun
Leuwiwaluh. Dari ketiga dusun tersebut Dusun Pandan Arum dan Dusun Cisarua yang paling banyak terdapat masyarakat yang memanfaatkan lahan hutan untuk
pertanian. Di Desa Cipeuteuy ini dipelajari tentang perubahan pola interaksi yang terjadi pada masyarakat dengan hutan dan apa yang menyebabkan perubahan
tersebut.
1.2 Perumusan masalah