Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan hutan sangat berpengaruh terhadap kelestarian suatu kawasan hutan. Perubahan interaksi yang terjadi di
Desa Cipeuteuy penting untuk diketahui untuk menghindari interaksi yang bersifat negatif karena dapat mengancam kelestarian hutan. Gambar 6
menunjukkan kerangka pemikiran penelitian ini.
Gambar 6. Bagan alir kerangka pemikiran
4.2 Definisi Operasional
1. Pola Interaksi adalah pola yang terbentuk dari interaksi yang terjadi antara
masyarakat dengan hutan yang di dalam penelitian ini didasarkan pada penggunaan lahan hutan oleh masyarakat. Terdapat tiga pola yang
digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: a.
Pola penggunaan lahan: adalah penggunaan lahan oleh masyarakat untuk keperluan tertentu yang permanenmenahun. Contoh dari pola
ini adalah penggunaan lahan hutan untuk pertanian menetap dan pemukiman.
Masyarakat
Kawasan TNGHS Interaksi, 3 pola:
1. Penggunaan lahan 2. Pemanfaatan hasil hutan
3. Tanpa interaksi Faktor pendorong perubahan
perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan pengelolaan
kawasan
Perubahan pola interaksi: dari pola satu ke pola lain
b. Pola pemanfaatan atau pemungutan hasil hutan: adalah pemanfaatan
lahan hutan oleh masyarakat tanpa menggunakanmenduduki lahan hutan yang bersangkutan. Contoh dari pola ini adalah pengambilan
hasil hutan kayu atau non kayu. c.
Pola tanpa interaksi: yaitu masyarakat tidak menggunakan lahan hutan dan tidak mengambil hasil hutan sama sekali.
2. Perubahan pola interaksi adalah perubahan yang terjadi pada pola
interaksi. Perubahan pola interaksi dalam penelitian ini, sebagai berikut: a.
Perubahan dari
pola penggunaan
lahan menjadi
pemanfaatanpemungutan hasil hutan, atau tanpa interaksi. b.
Perubahan dari pola pemanfaatanpemungutan hasil hutan menjadi penggunaan lahan atau tanpa interaksi.
c. Perubahan dari pola tanpa reaksi menjadi penggunaan lahan atau
pemanfaatanpemungutan hasil hutan 3.
Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang tinggal di dalam satu rumah dan makan dari satu dapur. Klasifikasi jumlah anggota keluarga,
sebagai berikut: a.
Rendah : jika jumlah anggota keluarga 2 – 4 orang b.
Sedang : jika jumlah anggota keluarga 4 – 7 orang c.
Tinggi : jika jumlah anggota keluarga 7 orang 4.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan resmi yang dilakukan. Klasifikasi tingkat pendidikan, sebagai berikut:
a. Rendah : tidak sekolah, tidak tamat SD, atau lulus SD
b. Sedang : lulus SMP, atau SMA
c. Tinggi : lulus akademi, atau perguruan tinggi
5. Tingkat pendapatan adalah besarnya pendapatan keluarga dalam satu
bulan dengan klasifikasi, sebagai berikut: a.
Rendah : pendapatan kurang dari Rp. 500.000,00 b.
Sedang : pendapatan antara Rp.500.000, 00 sampai dengan Rp. 1.000.000,00
c. Tinggi : pendapatan lebih dari Rp. 1.000.000,00
6. Tingkat umur adalah usia responden pada saat penelitian
a. Rendah : usia non produktif muda 15 tahun
b. Sedang : usia produktif 15 – 65 tahun
c. Tinggi : usia non produktif tua 65 tahun
7. Lama bermukim adalah lamanya seseorang tinggal di desa yang diukur
dalam satuan tahun sejak dia tinggal di desa sampai pada saat penelitian dilakukan.
8. Lama penggunaan lahan hutan adalah lamanya seseorang menggunakan
lahan hutan untuk aktivitas pertanian maupun permukiman yang diukur dalam satuan tahun sejak dia menggunakan lahan hutan sampai pada saat
penelitian dilakukan. 9.
Luas lahan hutan yang digunakan adalah luas lahan dalam kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian maupun permukiman dengan
klasifikasi, sebagai berikut: a.
Sempit : luas lahan 0,25 ha b.
Sedang : luas lahan 0,25 ha – 0,5 ha c.
Luas : luas lahan 0,5 ha 10.
Luas penguasaan lahan non hutan adalah luas lahan yang digunakan oleh masyarakat yang berada di luar kawasan hutan dengan klasifikasi, sebagai
berikut: a.
Sempit : luas lahan 0,25 ha b.
Sedang : luas lahan 0,25 ha – 0,5 ha c.
Luas : luas lahan 0,5 ha
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian