1. Konversi dari suatu kategori penutupan lahan menjadi kategori yang lain,
contohnya dari hutan menjadi padang rumput. 2.
Modifikasi dari suatu kategori, contohnya dari hutan rapat menjadi hutan jarang.
Dalam hal perubahan penutupan lahan di Dusun Pandan Arum dan Dusun Cisarua cenderung kepada bentuk kedua yakni konversi dari suatu kategori
penutupan lahan menjadi kategori yang lain. Lahan pertanian yang saat ini digarap oleh masyarakat di dalam kawasan hutan sebelumnya berupa hutan, saat ini telah
menjadi lahan pertanian yang cenderung terbuka. Pada beberapa lokasi lahan garapan masyarakat di kedua dusun tersebut terdapat beberapa tanaman
kehutanan, namun dalam jumlah yang sedikit dan umur yang relatif muda. Tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa perubahan pola interaksi masyarakat dan
hutan di Dusun Cisarua dan Pandan Arum tidak hanya terdapat satu perubahan saja, dari 6 perubahan yang mungkin, terdapat 5 perubahan pola interaksi yang
dilakukan oleh responden penelitian. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi dalam satu waktu, namun terjadi dalam waktu yang tidak bersamaan. Masing-
masing perubahan pola interaksi tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Perubahan dari pola penggunaan lahan menjadi pemanfaatan hasil hutan
Masyarakat desa yang pada awalnya pernah menggarap lahan pertanian di dalam hutan dan saat ini telah meninggalkannya namun tetap memanfaatkan
beberapa hasil hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lain termasuk dalam masyarakat yang telah melakukan perubahan perubahan pola interaksi dari pola
penggunaan lahan menjadi pola pemanfaatan hasil hutan. Terdapat 2 orang responden di Dusun Pandan Arum yang melakukan
perubahan interaksi pola ini. Sedangkan untuk Dusun Cisarua tidak ada. Menurut seorang responden di Dusun Cisarua, saat ini pengawasan terhadap hutan di
kawasan TNGHS sangat ketat sehingga masyarakat takut untuk memasuki hutan yang bukan merupakan lahan garapan. Mereka mengatakan bahwa pengambilan
kayu bakar di dalam wilayah hutan dianggap sebagai pelanggaran dan dapat diperkarakan secara hukum. Pengawasan yang ketat tersebut dilakukan karena
hutan di sekitar daerah ini merupakan hutan koridor antara ekosistem Halimun
dan Gunung Salak yang sangat penting. Selain itu di Dusun Cisarua juga terdapat jalan alternatif utama yang menghubungkan desa dengan Kabupaten Bogor.
Sebanyak 2 orang responden di Dusun Pandan Arum pada awalnya menggarap lahan di kawasan hutan, namun karena berbagai alasan mereka tidak
melanjutkan lagi aktivitas pertanian tersebut. Namun demikian petani-petani tersebut masih mengambil hasil hutan seperti kayu bakar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Jarak rumah yang cukup dekat memungkinkan mereka untuk mengambil kayu bakar dari hutan untuk memasak. Kayu bakar dipilih
karena saat ini bahan bakar lain seperti minyak tanah dan gas di anggap masih terlalu mahal. Menurut keterangan beberapa orang, pengambilan kayu bakar
masih diperbolehkan asal tidak terlalu banyak dan hanya di pinggir-pinggir hutan.
2. Perubahan dari pola penggunaan lahan menjadi tanpa interaksi.