Di desa ini dijangkau oleh sinyal telepon seluler dari berbagai operator, namun jika di kampung-kampung yang terletak di dekat hutan, hanya sinyal-
sinyal operator tertentu saja yang dapat menjangkaunya. Di pusat desa terdapat sebuah warnet warung internet yang biasa digunakan oleh warga desa yang
umumnya kaum muda.
3.2.6 Sejarah desa
Desa Cipeuteuy adalah desa Sunda Lokal di sekitar TNHGS. Pada awalnya masyarakat desa Cipeteuy adalah komunitas pendatang yang berasal dari beberapa
daerah, seperti Bogor, Sukabumi, Garut dan sebagainya. Mereka datang sebagai buruh pekerja pada perkebunan teh Pandan Arum pada jaman penjajahan Belanda.
Cantika 2008 menyebutkan bahwa Desa Cipeuteuy mengalami dinamika penguasaan sumberdaya agraria yang secara periodisasi dapat dibagi menjadi lima
periode, yakni masa Perkebunan Pandan Arum pada jaman Belanda, masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, perkebunan Intan Hepta, dan masuknya
program-program kemasyarakatan. Pada masa Belanda, semua orang yang ada di desa adalah pekerja
perkebunan teh. Mereka tidak membuka lahan untuk pertanian, terlebih membuka hutan. Mereka tinggal pada bedeng-bedeng yang telah disediakan dan kebutuhan
sehari-hari dipenuhi oleh perkebunan. Pihak perkebunan telah menyediakan areal tersendiri untuk tanaman kayu bakar, bambu, dan kayu bangunan, sehingga pada
saat itu tidak ada orang yang diperbolehkan untuk masuk ke dalam hutan, terlebih lagi dengan membawa golok ataupun kapak.
Pada masa pendudukan Jepang selama periode tahun 1942-1945, masyarakat mengalami perubahan kehidupan. Perkebunan teh dibakar dan dirusak
dan masyarakat dipaksa untuk membuka lahan-lahan pertanian, berhuma, tanam jagung dan umbi-umbian dengan hasil yang harus diserahkan kepada Jepang.
Pada saat itulah banyak kampung-kampung mulai dibuka. Rumah-rumah mulai banyak dibangun, sawah-sawah dan pemukiman mulai muncul.
Pada jaman kemerdekaan, banyak masyarakat yang membuka lahan-lahan bekas perkebunan teh Pandan Arum untuk berhuma dan berkebun. Sampai pada
tahun 1975 lahan bekas perkebunan kembali digunakan untuk kawasan perkebunan dengan dimulainya Hak Guna Usaha HGU PT Intan Hepta yang
bergerak dalam bidang perkebunan cengkeh. Pada masa ini, masyarakat kembali menjadi buruh dan pekerja. Tidak semua masyarakat bekerja di perkebunan,
sebagian yang lain bekerja di bidang pertanian atau bekerja dikota, sehingga masyarakat tidak sepenuhnya lagi tergantung dengan perkebunan.
Pada sekitar awal tahun 1990, perkebunan PT Intan Hepta mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkrutan sebelum HGU habis pada tahun 2002.
Pada tahun-tahun itu pula mulai banyak lahan-lahan perkebunan yang terlantar. Sekitar tahun 1996-1997 masyarakat desa mulai menggarap lahan perkebunan
yang terlantar dan masih berlangsung sampai saat ini.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Kerangka Pemikiran