Ketersediaan Air The Extinction Factors Of Banteng (Bos Javanicus) In Leuweung Sancang Natural Reserve West Java

keberadaan banteng di Cagar Alam Leuweung Sancang. Tutupan lahan Cagar Alam Leuweung Sancang pada tahun 1996 terdiri dari hutan lahan kering primer, perkebunan dan pertanian, sedangkan pada tahun 2003 memiliki jenis tutupan lahan cukup beragam Tabel 8. Tabel 8 Luas tutupan lahan Cagar Alam Leuweung Sancang Jenis Tutupan Lahan Luas ha 1996 2003 Hutan rawa sekunder - 77.29292 Hutan lahan kering primer 918.6987 - Hutan lahan kering sekunder - 455.527 Areal rehabilitasi HTI - 851.7111 Semak belukar - 12.26363 Perkebunan 723.7157 11.171 Pertanian Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering bercampur semak 514.5856 - 166.1317 467.8711 Tanah terbuka - 37.72583 Pemukiman Tubuh Air - 77.3056 Total 2157 2157 Perbedaan jenis tutupan lahan ini diperkirakan karena pada tahun 2003 telah dilakukan kegiatan rehabilitasi habitat dan adanya operasi wanalaga petugas cagar alam yang telah berhasil memberhentikan kegiatan perambahan yang berlangsung secara besar-besaran pada tahun 1998-2002 sehingga mengalami kerusakan sampai 1725.6 ha atau 80 dari total daratan kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas adalah menanami kembali areal yang mengalami kerusakan dengan biji dan anakan pohon yang berada di dalam kawasan, seperti ketapang Terminalia catappa, teureup Artocarpus elastica, kenanga Canangium odoratum, bayur Pterospermum javanicum , hantap Sterculia oblongata, salam Syzygium polyanthum, kipahang Pongamia pinnata, heras Aleurites moluccana, nyamplung Calophyllum inophyllum, putat Barringtonia acutangula yang memiliki jarak tanam hampir seragam, sehingga diinterpretasikan oleh citra landsat sebagai Hutan Tanaman Industri HTI. Luas tutupan lahan pada Tabel 6 terlihat bahwa luas perkebunan pada tahun 1996 adalah 723.7157, sedangkan pada tahun 2003 mengalami pengurangan luas berturut-turut menjadi 11.171 ha. Perkebunan tersebut terdiri dari perkebunan milik masyarakat dan perkebunan milik PTPN VIII Mira Mare yang didominasi oleh pohon karet dan kelapa. Perkebunan di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang pada tahun 1996 berada di blok pemusnahan amunisi, blok Cibaluk dan Cijeruk yang merupakan perkebunan masyarakat yang dilakukan dengan cara merambah, sedangkan di Blok Cipalawah dan Cipunaga adalah perkebunan karet dan kelapa milik PTPN VIII Mira Mare yang tata batas kawasannya masih tumpang tindih dengan kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang Gambar 6. Gambar 7. Tutupan lahan Cagar Alam Leuweung Sancang tahun 1996 Gambar 6. Peta tutupan lahan Cagar Alam Leuweung Sancang tahun 1996 Batas perkebunan PTPN VIII Mira Mare pada tutupan lahan tahun 2003 terlihat berada di luar batas kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang, sedangkan tutupan lahan perkebunannya telah berubah menjadi areal pertanian lahan kering bercampur semak dan areal rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas cagar alam pada tutupan lahan tahun 2003 Gambar 7. Gambar 7. Tutupan lahan Cagar Alam Leuweung Sancang tahun 2003 Luas tutupan lahan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup banteng terutama pakan adalah padang penggembalaan. Luas total awal 6 lokasi padang penggembalaan adalah 130 ha, akan tetapi pada tahun 1982-1983 mengalami pengurangan menjadi 24.84 ha, sehingga pada tahun 1984 dilakukan kegiatan pembukaan dan pemeliharaan kembali 6 padang penggembalaan tersebut untuk mengurangi pergerakan banteng ke luar kawasan karena adanya peningkatan populasi banteng yang mencapai 173 ekor pada tahun 1984, sehingga luas padang penggembalan menjadi 130 ha. Kondisi luasan padang penggembalaan tersebut tidak bertahan lama karena pada tahun 1988-1992 hanya dilakukan pemeliharan pada dua padang penggembalaan, yaitu blok Cijeruk 10 ha dan Cipalawah 30 ha, sehingga luas total padang penggembalaan menjadi 40 ha Subroto 1996. Luas total padang penggembalaan tersebut pada tahun 1993 mengalami penambahan menjadi 42 ha Jenuyanti 2002. Luas padang penggembalaan berdasarkan tutupan lahan tahun 1996 telah berubah menjadi areal pertanian blok Cijeruk, perkebunan blok Cipalawah dan Cipunaga, dan hutan lahan kering primer blok Ciporeang dan