Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diraih oleh seseorang akan membentuk persepsi seseorang ke arah yang lebih positif terhadap suatu
pengelolaan karena dengan pendidikan akan semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh sehingga mendorong tingkat kesadarannya dalam pengelolaan.
Pendidikan juga dapat didukung dengan adanya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pengelola dalam pengelolaan kawasan, akan tetapi
kegiatan pelatihan hanya pernah dilakukan kurang lebih 3 kali sekitar tahun 1990an.
Adapun bentuk pelatihan yang telah dilaksanakan adalah pelatihan penyuluhan dan kebakaran hutan serta pelatihan jagawana semi militer dengan
pemberian teori kehutanan selama 6 bulan. Kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi kepala resort yang mewakili pelatihan tersebut, padahal peningkatan kualitas
melalui pelatihan ini sangat penting, terutama pelatihan mengenai bioekologi spesies banteng untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat mengambil
tindakan yang sesuai dalam pelaksanaan pengelolaannya.
5. Disiplin dan tanggung jawab
MacKinnon et al. 1990 menyatakan bahwa pengelolaan suatu cagar memerlukan tingkat disiplin dan tanggung jawab yang sama atau kurang sedikit
dari tingkat disiplin yang diperlukan oleh polisi termasuk polisi kehutanan. Tim
pengelola harus memiliki hirarki kewenangan yang jelas, sehingga setiap staf pengelola memiliki tanggung jawab khusus atas tugas pokok dan fungsinya
masing-masing dalam pengelolaan. Tanggung jawab pengelola di kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang berdasarkan wawancara sebenarnya memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi untuk tetap menjaga dan melestarikan kawasan tersebut. Tanggung jawab ini akan tetap terjaga jika kebutuhan staf nya terpenuhi
sehingga tanggung jawab staf pengelola terhadap keluarnganya pun terpenuhi. Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa disiplin
dan tanggung jawab staf pengelola tersebut adalah dengan memberikan penilaian dan pemberian sanksi sehingga termotivasi untuk tetap menjaga tanggung
jawabnya tersebut.
6. Motivasi
Motivasi pengelola suatu kawasan sangat penting dalam meningkatkan kinerja pengelolaan kawasan. Motivasi dapat didorong dengan adanya evaluasi
terhadap kinerja staf pengelola sehingga terdorong untuk tetap fokus menjaga keamanan dan kelestarian kawasan. Hal lain juga dapat dilakukan dengan adanya
tunjangan, hadiah atau intensif atau pelatihan dan pendidikan yang dapat mendorong staf pengelola untuk lebih giat dalam melaksanakan tugasnya.
Motivasi staf pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang kurang terbentuk, hal ini terlihat dari kehadiran petugas di pos jaga dilakukan hanya sesuai jadwal patroli
atau ada rapat koordinasi dan ada pengunjung yang datang, baik untuk tujuan penelitian maupun survei untuk kegiatan field trip, sehingga jarang ada yang jaga
sambil menginap di pos jaga tersebut.
7. Kesejahteraan Sumber Daya Manusia
Kesejahteraan sumber daya manusia pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang sangat penting untuk memotivasi kinerja dalam pengelolaan, sehingga
tidak merasa terbebani untuk menghidupi keluarganya dan akan lebih fokus dalam melakukan kegiatan pengelolaan kawasan. MacKinnon et al. 1990 menyatakan
bahwa bila memungkinkan pengelola kawasan dilindungi, termasuk cagar alam sebaiknya menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi staf dan
keluarganya. Kesejahteraan staf pengelola dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain: besarnya gaji, tunjangan, sarana dan prasarana.
Besaran gaji pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang bervariasi, yaitu golongan II C ± Rp 1 800 000.00 satu juta delapan ratus ribu rupiah, II D ± Rp
2 500 000.00 dua juta lima ratus ribu rupiah dan III A ± Rp 3 000 000.00 tiga juta rupiah per bulan. Besar Golongan gaji tersebut juga tergantung pada masa
kerja dan jabatan struktural atau fungsional. Rata-rata masa kerja pengelola sekitar 20 tahun sebagai fungsional pengaman kawasan. Tunjangan atau dana
intensif merupakan hal yang diperlukan sebagai penghargaan nyata bagi pekerja yang baik, seperti adanya Tunjangan Peningkatan Prestasi Kerja TPPK bagi
setiap staf pengelola. Tunjangan yang diperoleh pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang ada dua macam, yaitu tunjangan lauk pauk sebesar Rp 400 000.00
empat ratus ribu rupiah per bulan dan TPPK sebesar Rp 100 000.00 seratus ribu rupiah per bulan. Besar gaji dan tunjangan tersebut berdasarkan pengakuan dari
petugas resort setempat kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan menyekolahkan anak-anaknya terutama jika anaknya tersebut berada di
perguruan tinggi. Tingkatan gaji ini dapat mempengaruhi kinerja staf pengelola, seperti
kedisiplinan dan tanggung jawabnya sebagi pengelola karena jika staf merasa tidak tercukupi dengan gaji tersebut, maka dapat memotivasinya untuk mencari
sumber penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, demikian sebaliknya. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
keamanan dan kelestarian kawasan akan sangat mudah mengalami kerusakan karena tidak adanya disiplin dan tanggung jawab pengelola.
8. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk mendorong kinerja staf pengelola kawasan terutama pengadaan pos jaga yang layak untuk staf yang tidak
berdomisili di sekitar kawasan. Sarana yang terdapat di resort Cagar Alam
Leuweung Sancang sampai saat adalah pos jaga yang terletak di Cibaluk yang kondisinya masih cukup baik dibandingkan dengan gedung serba guna yang
terletak di sebelah kiri pos jaga tersebut yang saat ini telah roboh. Pos jaga difungsikan untuk penerimaan pengunjung yang akan berkunjung ke dalam
kawasan untuk tujuan pendidikan, penelitian dan survei lainnya. Fungsi lainnya
adalah tempat penginapan bagi pengunjung maupun petugas yang domisilinya jauh dari kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang. Keberadaan pos jaga ini
sangat penting untuk menjaga keamanan kawasan agar keseimbangan ekosistem di dalamnya tidak terganggu. Kondisi demikian sangat penting untuk dilakukan
perbaikan dan perlengkapan sarana dan prasarana untuk menunjang pengelolaan yang baik. Sarana dan prasarana untuk setiap staf pengelola hanya diberikan
seragam dan atribut sebagai polisi kehutanan, seperti senjata api.
5.3.4 Kegiatan PMP Patroli, Monitoring dan Penyuluhan
Kegiatan patroli merupakan satu fungsi mendasar dan terpenting dari satuan pengelola suatu kawasan yang dilindungi untuk melindungi dan mengamankan
kawasan dari gangguan manusia, baik yang berada di sekitar maupun yang jauh dari kawasan namun mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan tersebut,
atau bentuk gangguan lainnya, seperti perburuan, kebakaran, gangguan ternak, hama dan penyakit. Kegiatan patroli ini merupakan salah satu wewenang Polisi
Kehutanan yang merupakan pengelola di Resort Sancang, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
bahwa Polisi Kehutanan memiliki wewenang meliputi kegiatan dan tindakan kepolisian khusus di bidang kehutanan yang bersifat preventif, tindakan
administrative dan operasi represif, diantaranya mengadakan patroli atau perondaan di dalam kawasan hukumnya dan memeriksa surat-surat atau dokumen
yang berkaitan dengan hasil hutan di dalam kawasan. Kegiatan patroli di Cagar Alam Leuweung Sancang dilakukan secara rutin,
yaitu setiap hari kerja, terlebih jika ada laporan mengenai isu keamanan di dalam kawasan, baik dari masyarakat atau petugas yang kebetulan sedang patroli. Jika
kawasan dalam kondisi yang tidak aman, seperti ada laporan mengenai perburuan, perambahan dan sebagainya yang mengganggu terhadap kawasan maka patroli
akan dilakukan walaupun di luar hari kerja di seluruh kawasan. Kegiatan patroli
tersebut mencakup 3 kegiatan, yaitu identifikasi permasalahan dalam kawasan, monitoring kawasan dan penyuluhan kepada masyarakat.
Kegiatan patroli juga dapat dilakukan bersamaan dengan pendampingan penelitian atau pengunjung lain baik pelajar, mahasiswa, instansi maupun
masyarakat umum yang masuk ke dalam kawasan dengan tujuan penelitian, survei atau tujuan lainnya. Seperti halnya selama pendampingan dalam penelitian ini
terdapat empat kasus atau gangguan terhadap kawasan, yaitu pengambilan satu ikat rotan terjadi pada saat liburan idul fitri yang diangkut menggunakan motor
dari blok Cipangikisan, pembuatan tasbihkalung dari kayu kaboa Aegiceras corniculatus
di blok Cikajayaan yang dipercaya mengandung mitos, penggembalaan sapi dan kerbau di blok Cijeruk, Cibako dan rancaherang dan
perburuan di blok Cipalawah. Tindakan yang dilakukan oleh petugas berupa