Kelompok pertama yang memiliki nilai kedekatan hampir sama sehingga memiliki pengaruh yang sama terhadap kepunahan banteng di Cagar Alam
Leuweung Sancang antara lain: 1 luas dan bentuk kawasan; 2 status dan tata batas kawasan; 3 kegiatan PMP dan keberadaan mitra; 4 persepsi masyarakat
dan 5 interaksi masyarakat. Luas dan bentuk kawasan, persepsi masyarakat dan interaksi masyarakat merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi terhadap
kepunahan banteng di Cagar Alam Leuweung Sancang sehingga diperlukan penataan batas, pengukuhan status kawasan dan kegiatan PMP untuk melestarikan
keberadaan banteng. Faktor penentu penyebab kepunahan berdasarkan analisis hubungan dan
dendogram pengelompokkan faktor-faktor penyebab kepunahan terlihat bahwa pengelolaan merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya penurunan
populasi banteng hingga terjadi kepunahan lokal di Cagar Alam Leuweng Sancang. Hal ini terlihat dari ketidakpastian dalam penetapan fungsi kawasan dan
tata batas kawasan sehingga menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat terhadap keberadaan banteng dan fungsi kawasan tersebut yang mengakibatkan
adanya interaksi masyarakat ke dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang. Penyebab lainnya juga diakibatkan tidak adanya kegiatan PMP yang dilakukan
oleh pengelola untuk melakukan kegiatan monitoring, pembinaan dan pelestarian habitat serta penyuluhan terhadap masyarakat sekitar, sehingga kondisi kawasan
yang memiliki luas dan bentuk yang rentan terhadap gangguan tersebut keamannanya kurang terjaga dengan baik.
5.5 Pembelajaran untuk Kepunahan
Pembelajaran yang dapat diambil dari kepunahan suatu spesies, khususnya kepunahan banteng di Cagar Alam Leuweung Sancang antara lain:
1. Faktor ekologi
Faktor ekologi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung keberadaan suatu spesies, sehingga dapat dilakukan dengan
memperhatikan dua hal sebagai berikut:
a. Kualitas habitat yang didukung dengan kegiatan monitoring, pembinaan
habitat khususnya pemeliharaan padang penggembalaan secara intensif dan berkelanjutan, pembinaan populasi, pakan dan sebagainya.
b. Luas dan bentuk kawasan yang dijadikan sebagai habitat bagi spesies harus
memenuhi atau mendukung luas jelajah dari spesies tersebut. Semakin luas dan semakin kompak bentuk luas jari-jari kawasan suatu kawasan, maka
daya dukung kawasan dapat terpenuhi. 2.
Intensitas pengelolaan kawasan Kegiatan pengelolaan kawasan konservasi agar dapat mendukung
kelestarian spesies didalamnya terdapat empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu pertama dengan adanya kegiatan monitoring dan pembinaan habitat
khususnya pemeliharaan padang penggembalaan secara intensif dan berkelanjutan, sehingga dapat mementukan daya dukung pakan banteng di
dalam kawasan. Kedua, pembinaan populasi termasuk kegiatan inventarisasi
populasi secara intensif dan berkelanjutan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan populasi spesies, sehingga daya dukungnya dapat terpantau dan
keberadaannya akan tetap lestari. Ketiga, agar spesies tetap lestari, yaitu dilakukan kegiatan PMP Patroli,
Monitoring dan Penyuluhan secara intensif dan berkelanjutan dengan didukung oleh jumlah sumber daya manusia yang cukup dan memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan spesies, baik secara tingkat pendidikan maupun diberikan suatu pelatihan mengenai pengelolaan spesies
tersebut. Kegiatan PMP dilakukan untuk mengetahui perkembangan habitat dan populasi di dalam kawasan serta membangun persepsi positif masyarakat
terhadap habitat dan populasi tersebut. Kegiatan PMP dapat membatasi interaksi masyarakat di dalam kawasan termasuk perburuan.
Keempat, kepastian kawasan, meliputi kejelasan mengenai status kawasan dan tata batas kawasan, semakin jelas status kawasan, maka tujuan dan
pelaksanaan pengelolaannya akan lebih terencana dan terfokus, sehingga habitat dan spesies di dalamnya terlindungi dan terjada kelestariannya. Status
kawasan tersebut harus didukung pula dengan tata batas yang jelas, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan pengelolaan dan membatasi kegiatan para
pihak terkait lainnya yang memiliki kepentingan terhadap kawasan dan spesies di dalamnya.
3. Sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan sangat berpengaruh terhadap kelestarian kawasan dan spesies di dalamnya karena pada dasarnya masyarakat
memiliki kepentingan yang sangat tinggi terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga diperlukan suatu solusi
yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Salah satunya yaitu dengan memberikan ruang atau akses pemanfaatan sumber daya dimana kawasan
konservasi tidak lagi hanya diperuntukan sebagai kawasan perlindungan dan pengawetan, akan tetapi bagaimana kawasan tersebut dapat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar secara berkelanjutan. Ruang pemanfaatan tersebut dapat dibatasi dengan frekuensi dan intensitas
masyarakat dalam pemanfaatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan dua contoh kegiatan, pertama membatasi intensitas keluar masuknya kendaraan bermotor
masyarakat Cagar Alam Leuweung Sancang ke dalam kawasan untuk mengangkut hasil laut atau diberikan jalur khusus di luar kawasan sehingga
tidak mengganggu spesies di dalam kawasan. Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi spesies,
khususnya banteng dan terhadap kelestarian kawasannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya
keberadaan banteng dan kawasannya merupakan hal yang penting yang harus dilestarikan sehingga pengunjungpeziarah akan terus datang dan masyarakat
dapat menyediakan fasilitas pendukungnya, seperti ojek dari jalan raya sampai gerbang batas kawasan dan warung atau penginapan untuk peziarah. Kondisi
tersebut diharapkan selain dapat meningkatkan kesadaran masyarakat setempat juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat peziarah untuk melestarikan
kawasan dengan kepercayaannya sebagai kawasan keramat yang tidak boleh mengganggu sumber daya alam di dalam kawasan.
Ketiga, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dapat dilakukan dengan pengembangan ekonomi alternatif untuk mengurangi
pemanfaatan sumber daya alam di dalam kawasan, seperti pemberian pelatihan