Sosial Ekonomi Masyarakat dan Sumber Daya Alam
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
IUCN 2008 dan pemerintahan Indonesia memiliki nama kategori maupun definisi yang diberikan keduanya agak berbeda tetapi berdasarkan tujuan
pengelolaannya, kategori-kategori dari kedua sistem klasifikasi tersebut dapat saling dipadankan walaupun tidak berarti semua kategori dari sistem klasifikasi
tersebut bisa dipadankan secara tepat karena mungkin saja kriteria tujuan pengelolaan dari suatu kategori dalam sistem IUCN ternyata terdapat pada lebih
sari satu kategori dalam sistem Indonesia. Perlindungan kawasan konservasi dilakukan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. IUCN 2008 dalam pedoman manajemen terdapat
dua prinsip mendasar untuk menentukan luasan kawasan konservasi, yaitu daerah tersebut harus cukup luas untuk memelihara spesies dan dapat mendukung proses
ekologi. MacKinnon et al. 1990 menyatakan bahwa kawasan konservasi memiliki
beberapa dasar sebagai berikut: 1.
Karakteristik suatu ekosistem, misalnya hutan hujan dataran rendah, ekosistem pegunungan tropika.
2. Spesies khusus yang memiliki nilai, kelangkaan, atau ancaman misalnya badak,
harimau sumatera dan satwa lainnya. 3.
Habitat yang memiliki keanekaragaman spesies. 4.
Ciri geografik yang bernilai estetik atau pengetahuan, misalnya glaiser, mata air panas, air terjun dan sebagainya.
5. Memiliki fungsi perlindungan hidrologi: tanah, air, iklim.
6. Memiliki potensi rekreasi alam dan wisata, misalnya danau, pantai,
pegunungan, satwa liar dan sebagainya. 7.
Tempat peninggalan budaya, misalnya candi, kuil, atau galian purbakala. Kategori kawasan konservasi berdasarkan tujuan pengelolaannya di
Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kawasan Suaka Alam
a. Cagar Alam CA, adalah kawasan suaka alam yang karena keadaaan
alamnya mempunyai kekhasankeuinikan jenis tumbuhan danatau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang
memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami. Cagar alam dapat
dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan, antara lain: a penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, b pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam, c penyerapan danatau penyimpanan karbon, dan d pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang
budidaya. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa di dalam cagar alam setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam, karena cagar alam hanya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan budidaya. Cagar alam memiliki keutamaan pelestarian yang tinggi serta keunikan alam yang merupakan
habitat dari spesies langka tertentu; merupakan habitat rapuh yang tidak terganggu. Kawasan ini memerlukan perlindungan mutlak MacKinnon et
al. 1990.
b. Suaka Margasatwa SM, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai
kekhasankeunikan jenis satwa liar danatau keanekaragaman satwa liar yang untuk kelangsungan hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan
pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Suaka margasatwa dapat dimanfaatkan untuk: a penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
b pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam, c penyimpanan danatau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam terbatas, dan d pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.