Pendidikan dan pelatihan The Extinction Factors Of Banteng (Bos Javanicus) In Leuweung Sancang Natural Reserve West Java

penjelasan mengenai peraturan cagar alam dan teguran untuk tidak mengulanginya lagi. Kegiatan-kegiatan ini secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi keberadaan banteng karena terganggunya habitat dan aktivitas banteng. Jalan yang digunakan untuk patroli berupa jalan setapak yang dengan ditambahkan batu-batuan kecil agar bisa dilalui oleh kendaraan bermotor yang dibuat masyarakat untuk melintasi kawasan menuju pantai yang terletak di beberapa blok, yaitu blok rancaherang, blok cijeruk, blok PlangSancang, blok Ciporeang dan blok Cipalawah. Jalan yang terletak di Rancaherang memiliki panjang ± 400 m dan hanya dapat dilalui oleh motor, sedangkan yang terletak di Blok Cijeruk sepanjang 1 km, memotong padang penggembalaan Cijeruk. Jalan ini sering dilalui oleh kendaraan bermotor yang mengangkut hasil laut dari pantai atau laut yang berada di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang ke luar kawasan. Jalan tersebut juga digunakan sebagai pintu masuk ke pantai untuk kegiatan rekreasi. Jalan yang terletak di blok Ciporeang dibuat pada tahun 1970 ditujukan untuk jalan operasional dari Ciporeang ke pantai juga sebagai jalan untuk rekreasi. Penggunaan jalan tersebut dapat menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Jalan setapak tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. a b Gambar 10. Kondisi jalan setapak di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang a jalan setapak blok Plang b jalan setapak blok Cipalawah Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau atau mengontrol keberlangsungan atau kondisi kawasan, baik dari segi fisik maupun biotik kawasan. Kegiatan monitoringpembinaan habitat dapat dilihat pada Tabel 15. Pembinaan habitat lainnya yang sering dilakukan, yaitu pemeliharaan padang penggembalaan dan penanaman kembali area bekas perambahan. Pemeliharaan padang penggembalaan hanya dilakukan sampai pada tahun 1989 pada dua lokasi padang penggembalaan yang dipelihara secara berkala, yaitu blok Cijeruk dan Cipalawah. Pemeliharaan ini juga bekerjasama dengan pihak PTPN VIII Mira Mare yang bertujuan untuk meringankan biaya pemeliharaan dan adanya tanggung jawab semua stakeholder. Kondisi demikian diperkirakan sangat mempengaruhi terhadap habitat banteng terutama ketersediaan pakan banteng. Tabel 15 Kegiatan monitoringpembinaan habitat yang dilakukan pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang No Tahun Jenis Informasi 1 1982 Inventarisasi Flora dan fauna serta Permasalahannya 2 1984 Inventarisasi Banteng 3 1984 Peta Penyebaran Banteng Skala 1 : 40000 4 1988 Inventarisasi Banteng 5 1989 Peta Penyebarang banteng Skala 1 : 40000 6 1990 Inventarisasi Flora dan fauna 7 1991 Inventarisasi Flora dan fauna 1000 ha 8 1992 Inventarisasi Banteng 9 1993 Inventarisasi Hutan Bakau 150 ha 10 1993 Peta Penyebaran banteng Skala 1 : 30000 11 1988; 1992 Analisis Vegetasi CALS 12 1984; 1988; 1992 Studi Dinamika Populasi Banteng 13 1984; 1988; 1992 Informasi Hubungan Banteng dengan habitatnya 14 1984; 1988; 1992 Informasi daya dukung habitat banteng 15 Peta Topografi Skala 1 : 500000 16 Peta Situasi Skala 1 : 30000 17 2011 Rekontruksi Pal batas kejasama semua pihak Sumber : Departemen Kehutanan 1994 dan analisis data primer. Kegiatan pembinaan populasi banteng lainnya yang dilakukan pihak pengelola berdasarkan informasi beberapa media bahwa terdapat rencana pemindahan banteng yang berada di Cagar Alam Leuweung Sancang dipindahkan ke hutan suaka margasatwa Pananjung Pangandaran sebagai tindak lanjut rusaknya habitat Cagar Alam Leuweung Sancang yang diakibatkan adanya debu letusan Gunung Galunggung pada tahun 1983. Rencana tersebut tidak berhasil karena proses penggiringanpemindahan tidak bisa dilakukan dengan mudah mudah Anonim 2002. Tindak lanjut pihak pengelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam atas rusaknya kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang dan tidak ditemukannya populasi banteng pada tahun 2003, maka berdasarkan informasi media akan