Tingkat Pendidikan The Extinction Factors Of Banteng (Bos Javanicus) In Leuweung Sancang Natural Reserve West Java

Aktivitas keluar dan masuknya kendaraan bermotor tersebut diduga dapat mengganggu keberadaan dan aktivitas banteng didalamnya sehingga banteng memilih dan menyebar ke kawasan yang lebih aman termasuk ke luar kawasan perkebunan PTPN VIII Mira Mare, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab berkurangnya kehadiran banteng di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang dikarenakan banteng memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap keberadaan predator termasuk manusia. Kondisi seperti ini terjadi pada pengukuran populasi di Taman Nasional Alas Purwo berdasarkan jumlah jejak yang ditemukan, ternyata jumlah jejak banteng lebih banyak ditemukan di lokasi yang aktivitas manusianya lebih rendah Imron et al. 2007.

2. Pemukiman

Pemukiman di sekitar kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang terdiri dari pemukiman permanen dan semi permanen. Pemukiman permanen terdapat di Kampung Cihurang dan Cimerak, Desa Karyamukti. Pemukiman ini berawal dari gubuk-gubuk menjadi semi permanen dan pemukiman permanen. SSKSDA 1995 menyatakan bahwa pemukiman di blok Cihurang pada tahun 1976 terdapat 30 Kepala Keluarga pada tanah seluas 25 ha, sedangkan lebih rincinya mengenai penggunaan lahan tersebut dapat dijelaskan pada sub bab permabahan. Penggarapan lahan secara umum oleh masyarakat diakibatkan oleh ketidakjelasan dan perbedaan persepsi antara para pihak mengenai tata batas kawasan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam III Bogor menyatakan bahwa awal terjadinya pemukiman terjadi pada bulan Juni tahun 1985 ketika dilakukan rekontruksi tanah batas pada tahun 1988. Saat itu Kepala Desa Maroko beserta petugas dari Sub Dit. Agraria beranggapan bahwa patok batas PA 230-291 adalah tanah negara yang diserahkan kepada masyarakat bekas PTP XIII saat ini PTPN VIII Mira Mare sehingga penataan batas terlambat. Akibat dari kejadian tersebut maka terjadilah penggarapan liar tersebut seluas ± 33.7910 ha yang dijadikan areal kebun dan perumahan penduduk sebanyak 38 Kepala Keluarga. Saat ini blok sengketa tersebut dikenal dengan nama blok Plang atau Kampung Sukalaksana atau Kampung Sancang, Desa Sancang dan telah mengalami penambahan jumlah penduduk, yaitu mencapai 56 Kepala Keluarga.