1. Jumlah pengelola
Jumlah pengelola secara keputusan Balai Konservasi Sumber Daya Alam berjumlah 10 orang jagawana atau yang dikenal dengan sebutan Polisi Kehutanan,
akan tetapi yang berada di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang sebanyak 5 orang, sedangkan 5 orang lainnya masih diperbantukan di kawasan
konservasi lainnya dan belum secara resmi bertugas di resort Sancang dengan pos jaga berlokasi di CibalukCijeruk. Adapun rincian jumlah pengelola yang ada
tersebut adalah satu orang sebagai kepala resort yang memiliki tupoksi sama dengan tupoksi seksi Konservasi Sumber Daya Alam secara tersirat, sedangkan
yang lainnya merupakan anggota dari kesatuan resort. Jumlah pengelola di kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang tidak
memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang tertulis, baik mengenai status, tempat jaga, tugas rutin dan kemungkinan diminta bantuannya untuk
melaksanakan tugas tambahan khusus. MacKinnon et al. 1990 menyatakan bahwa uraian tugas yang jelas sangat penting untuk mendorong kesadaran
individu pengelola dalam pengelolaan kawasan. Trimarsito 2010 menyatakan bahwa jumlah sumber daya manusia untuk
pengelolaan suatu kawasan khususnya pengamanan, idealnya ditentukan dengan jumlah personel pengamanan yang dibutuhkan berdasarkan pada kriteria tertentu
seperti rasio jumlah personel per luas area, panjang batas kawasan dan intensitas tekanan masyarakat terhadap kawasan. Rasio jumlah sumber daya manusia yang
aktif di kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang dengan luas total kawasannya memiliki tanggung jawab sebesar 661.4 ha per orang.
Rambaldi 2000 menyatakan bahwa perbandingan jumlah personel pengamanan per luas area adalah 1 orang per 1000 hektar yang merupakan hasil
studi kasus mengenai efesiensi jumlah personel pengamanan yang dilakukan pada delapan kawasan konservasi di Filipina. Jumlah sumber daya manusia pengelola
di kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang tersebut jika mengacu pada Rambaldi 2000 telah efisien dalam pengamanan kawasan, sehingga faktor jumlah sumber
daya manusia dianggap tidak berpengaruh signifikan terhadap kepunahan banteng di Cagar Alam Leuweung Sancang dan jumlah sumber daya manusia yang
terbatas tersebut dapat mengatasi pelaksanaan pengelolaan kawasan dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan.
2. Domisili
Domisili pengelola rata-rata secara batas administrasi masih berada di dalam satu kecamatan dengan kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang, yaitu
Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Domisili ini sangat mempengaruhi kinerja pengelolaan dikarenakan semakin jauh domisili pengelola diperkirakan
akan mempengaruhi kesadarannya untuk melaksanakan tugasnya di dalam kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang dengan mempertimbangkan gaji dan
tunjangan lainnya untuk mengukur perjalanan ke dalam kawasan.
3. Umur
Rata-rata umur pengelola antara 40-45 tahun. Suardoyo 1990 menyatakan bahwa umur sangat mempengaruhi terhadap kinerja pengelola, semakin muda
pengelola maka motivasi dan semangat kerjanya akan tinggi, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang masih
berumur 40 tahun agar motivasi dan semangat kerjanya tinggi dalam mengelola Cagar Alam Leuweung Sancang.
4. Pendidikan dan pelatihan
Rata-rata pendidikan pengelola Cagar Alam Leuweung Sancang khususnya di Resort Sancang adalah lulusan Sekolah Menengah Kehutanan dan Sekolah
Menengah Pertanian. Pendidikan dan pelatihan bagi staf atau pengelola kawasan ini sangat penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia pengelola
yang baik yang diperkirakan dapat mendorong terhadap disiplin dan motivasi kerja pengelola.
Appleton et al. 2003 merekomendasikan bahwa seorang polisi kehutanan harus memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan dan penyadaran
masyarakat serta kehumasan. Hermawan 2006 menambahkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi tersebut dapat didukung dengan pembelajaran atau
pelatihan yang pernah dialami oleh seseorang.