Pemutuan Kayu Mangium Berdasar ASD dan LRFD

Perbandingan yang menyolok tampak pada kelas mutu kuat geser sejajar serat, dimana menurut format conversion Tabel 29 menghasilkan kelas mutu E26, sementara dengan data yang sama melalui realibility normalization Tabel 30 memperoleh kelas mutu E10. Perbedaan ini disebabkan rentang nilai kuat geser sejajar serat pada R- SNI2002 sangat dekat, yakni hanya dari 4,3 – 6,6 MPa 43,85 – 67,30 kgfcm 2 Gambar 19 berikut menunjukkan sebaran nilai kekuatan geser sejajar serat dalam dua jenis distribusi yaitu normal dan Weibull. Gambar 19a. menunjukkan semua data pengamatan tampak berimpit baik dengan distribusi normal maupun Weibull, namun pada Gambar 19b. dimana titik pengamatan diambil hanya 5 tampak bahwa titik pengamatan lebih dekat dengan distribusi Weibullnya dibandingkan dengan distribusi normal. atau berselisih hanya 2,3 MPa. Disamping itu, perbedaan utama adalah bahwa sebaran nilai pada format conversion adalah sebaran normal, sementara pada realibility normalization adalah sebaran Weibull. Gambar 19a. Gambar 19b. Gambar 19. Pengepasan Distribusi Kekuatan Geser Sejajar Serat Amatan dengan Distribusi Normal dan Weibull pada Semua Data Gambar 19a. dan pada 5 Data Gambar 19b. Hal tersebut membuktikan bahwa LRFD dengan realibility normalization lebih dipercaya datanya dibandingkan dengan format conversion karena distribusi data lebih dekat dengan realibility normalization yang menggunakan distribusi Weibull. Dengan kedua metoda ASD dan LRFD membuktikan bahwa data CKBC mangium yang diteliti memberikan keunggulan nilai kuat lentur, tarik dan tekan sejajar serat, namun sebaliknya mangium memiliki kelemahan pada kuat geser versi prosedur realibility normalization dan tekan tegaklurus serat. Tabel 31. Mutu Kayu Balok Mangium Melalui ASD ke LRFD Format Conversion dan LRFD Realibility Normalization Format Conversion Realibility Normalization Sumber Data MoE Kode Mutu Fb Sumber Data Fb Rataan kgfcm 2 51.780 E10 - - Kuat Acuan E10 RSNI kgcm 2 180 180 Rataan MoR kgfcm 2 448,57 Rataan MoR kgfcm 2 448,57 R0.05 kgfcm 2 319,62 Shape α 6,03 Adjusment Factor 0,43 Scale η, kgfcm 2 482,66 Size Factor 1 Rp kgfcm 2 294,89 Tegangan Ijinkgfcm 2 138,97 Covariance CV 19,15 KF 2,54 Ω 0,89 Rn kgfcm 2 353,14 KR 1,19 Mutu E16 Rn kgfcm 2 311,01 Mutu E14 Ket.: Fb = Kuat lentur, KF = Format Conversion Factor, Rn = Reference Resistance , α = Weibull shape parameter, η = Weibull scale parameter , Rp = Distribution percentile estimate, CVw = Coefficient of Variation , Ω = Data confidence factor , KR = 5 Based Rn factor, = Data menurut R-SNI2002. Tabel 31 berikut memberikan gambaran kode mutu balok mangium yang dihitung berdasar nilai kuat lentur melalui format conversion dari ASD ke LRFD maupun langsung dengan metoda LRFD. Hasil keduanya adalah kode mutu E16 dan E14 masing- masing untuk format conversion ASD ke LRFD dan realibility normalization langsung dengan LRFD. Kode mutu ini masih jauh diatas kode mutu balok mangium berdasar rataan MoE yang hanya berada pada kelas kode mutu E10. Sekali lagi metoda ini membuktikan bahwa balok mangium umur 17 tahun memiliki kelebihan pada sifat kuat lenturnya, yang dalam RSNI 2002 kode mutu E10 hanya menunjukkan nilai 18 MPa. Data berdasar Tabel 31 diatas bisa diartikan bahwa balok mangium 17 tahun memiliki kekuatan yang tinggi namun keuletannya rendah. Tabel 32. Mutu Kayu Mangium Ditinjau dari Data MoE CKBC dan Balok Melalui Pengujian NDT Dinamis dan NDT Panter MPK5 pada RSNI 2002 No Sumber data Nilai MoE A NDT Dinamis Minx10 3 Maxx10 3 Rataanx10 3 SD CV 1 CKBC 142,5 279,5 205,1 25,355 12,36 Kode Mutu E15 E26 E21 2 Balok 87,8 166,8 140,7 14,566 10,36 Kode Mutu E10 E17 E15 B NDT Panter Minx10 3 Maxx10 3 Rataanx10 3 SD CV Balok 127,6 175,2 146,8 10,200 6,95 Kode Mutu E13 E18 E15 Berbeda dengan hasil kode mutu sebelumnya, meski sama-sama menghasilkan nilai MoE, Tabel 32 menghasilkan nilai kode mutu yang posisinya lebih tinggi dibanding kode mutu yang diperoleh melalui metoda ASD dan LRFD bagi data CKBC dan balok. Kode mutu mangium dengan NDT dinamis Sylva-test Duo ® Pemanfaatan data MoE dari pengujian NDT baik CKBC maupun balok memang memerlukan faktor konversi sehingga kode mutu yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Namun demikian, penyusunan faktor koreksi NDT dinamis tersebut memerlukan kecermatan dan jumlah data yang cukup sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui misalnya faktor konversi nilai MoE CKBC NDT Sylvatest-Duo menghasilkan kode mutu E21 dan E15 untuk CKBC dan balok, sementara dengan pemilahan masinal menggunakan Panter MPK5 menghasilkan kode mutu E15. ®

6. Kelas Kualita Kayu Mangium Berdasar PKKI 1961 dan RSNI 2002

ke MoE balok kayu mangium, sehingga hasil kelas mutu terkoreksi belum dapat dipaparkan. Demikian pula pemanfaatan data MoE dari hasil pemilahan masinal menggunakan Panter MPK5 juga memerlukan koreksi sebesar 11,15 mengingat pengujian Panter menerapkan posisi flatwise sementara pengujian MoR balok biasa dilakukan edgewise NDS, 2005. Berdasarkan PKKI 1961, dapat ditentukan mutu kayu, kelas kuat, tegangan ijin dan modulus kenyal bagi mangium umur 17 tersebut sebagaimana Tabel 33 berikut. Tabel 33. Kelas Kuat Kayu Mangium Hasil Penelitian Berdasar PKKI 1961 A. Mutu Kayu, Berdasar Bab II Pasal 3 PKKI 1961 Mutu kayu A B Jumlah Jumlah pcs 22 8 30 Jumlah 73 27 100 B. Kelas Kuat, Berdasar Lampiran 2 PKKI 1961 BJ = 0,52, kelas kuat III C. Tegangan Ijin, Berdasar Daftar II PKKI 1961 No. Sifat Kayu Nilai rataan kgfcm 2 g = 0,52 Mutu A Mutu B 1. Kuat lentur 170g 89,04 66,78 2. Tekan sejajar serat 150g 78,56 58,92 3. Tekan tegak lurus serat 40g 20,95 15,71 4. Kuat geser 20g 10,48 7,86 D. Modulus kenyal E, Berdasar Daftar I PKKI 1961: 80.000 kgfcm 2 Ket.: Tegangan Ijin Mutu B = 0,75 x Mutu A. Pemilahan kayu sesuai PKKI 1961 hingga diperoleh rincian mutu tiap balok tercantum pada Lampiran 20. Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa 73 balok yang digunakan sebagai contoh uji merupakan kayu dengan mutu A berdasar pemilahan visual sesuai PKKI 1961. Selanjutnya kayu mangium tersebut berada pada kisaran kelas kuat III untuk pengkelasan berdasar berat jenis, dan dengan format perkalian terhadap berat jenisnya, tegangan ijin mangium dapat diperoleh baik dalam kelompok mutu A maupun mutu B. Banyak faktor yang menyebabkan sifat kayu bervariasi sehingga menyebabkan kelas kuatnya juga beragam. Mata kayu, sebagai salah satu contoh, merupakan cacat yang bersifat alami bagi jenis mangium yang hingga kini perlu penanganan serius kalau ingin diperoleh kayu dengan kelas yang lebih baik. Dengan demikian teknik budidaya tanaman mangium seperti pencegahan putusnya akar pada proses penanaman, perlakuan penjarangan saat pohon muda dan sebagainya merupakan beberapa contoh menghindari cacat alami ini. Hal tersebut perlu dilakukan karena meskipun tanaman ini tergolong monopodial karena mampu melakukan self pruning gugur cabang di saat umur muda, pada kondisi tanaman yang padat maka bantuan pemangkasan tetap harus dilakukan. Sesuai dengan kebutuhan sifat mekanisnya, mangium 17 tahun bisa digunakan untuk kayu struktural karena berada pada kelas yang cukup baik. Sesuai dengan Tabel 33 di atas, kelas kuat mangium berdasar tegangan yang diperkenankan, termasuk dalam kelas kuat III. Dengan posisinya pada kelas kuat III tersebut maka jenis ini sekelas dengan mersawa, merawan, perupuk, sintuk, mahoni, medang, sungkai dan bungur. Dengan proses rekayasa kayu engineered wood maka mangium dari hutan tanaman umur 17 tahun mampu menggantikan kayu hutan alam yang memerlukan waktu puluhan tahun untuk memperoleh hasil yang sama. Dengan demikian tidak perlu ada keraguan bagi perencana bangunan untuk menempatkan mangium sebagai substitut terhadap beberapa jenis umum yang selama ini dikenal. Tabel 34. Kode Mutu Mangium Berdasar Kuat Acuan Sesuai RSNI 2002. Parameter E F w F b F t F c F v c ┴ Nilai hasil penelitian MPa 10.604 88,5 134,80 39,64 11,12 9,21 Kelas Mutu berdasar E w E11 - - - - - Nilai referensi RSNI-2002 E11MPa - 20 19 25 4,5 10 Pemutuan CKBC ASD ke LRFD - E24 E26 E13 E26 E10 Pemutuan CKBC LRFD - E24 E25 E14 E10 E10 Pemutuan balok ASD ke LRFD E16 - - - - - Pemutuan Balok LRFD E14 - - - - - Ket.: Ew = modulus elastisitas lentur, Fb = Kuat lentur, Ft = Kuat tarik serat, Fc = Kuat tekan serat, Fv = Kuat geser serat, Fc ˔ = Kuat tekan tegaklurus serat. Pengkelasan mutu kayu di Indonesia terkini adalah menggunakan Rancangan Standar Nasional Indonesia R-SNI, 2002 yang merupakan revisi NI-5 PKKI 1961. Dalam standar tersebut nilai desain disebut kuat acuan dan setiap kelas mutu diberi kode mutu yang berjenjang sesuai dengan nilai beberapa sifat mekanis yang dimilikinya. Untuk kayu mangium yang diteliti, kode mutu yang sesuai dengan sifat mekanis mangium tersebut adalah sebagaimana Tabel 34 di atas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa mangium 17 tahun yang ditetiliti memiliki kode mutu kuat acuan E-11 yang didasarkan pada nilai modulus elastisitasnya. Nilai kuat acuan E-11 ini sesuai pula dengan hasil penelitian Sulistyawati 2009 yang memperoleh nilai E10-E12. Meski demikian, dari hasil sifat mekanis selain modulus elastisitas, tampak bahwa mangium yang diteliti memiliki nilai kuat lentur, tarik, tekan sejajar serat dan geser yang berada jauh di atas kuat acuannya, kecuali pada kuat tekan tegaklurus serat. Hal ini merupakan kelebihan dari mangium ini, sehingga dalam suatu penyusunan perencanaan, terdapat 3 nilai mangium nilai kuat lentur, kuat tarik dan tekan sejajar serat yang dapat dibanggakan karena berada di atas nilai kuat acuannya. Dalam Tabel 34 diatas juga ditunjukkan rangkuman kode mutu mangium menurut kode mutu kuat acuan RSNI 2002 berdasarkan pemutuan CKBC dan balok atas nilai sifat mekanis selain modulus elastisitas mengikuti metoda ASD yang di LRFD-kan format conversion, dan mengikuti metoda LRFD realibility normalization. Hasilnya adalah kode mutu E24 berdasar nilai kuat lentur dan E25 - E26 berdasar nilai tarik sejajar serat, kode mutu E13-E14 berdasar sifat kekuatan tekan sejajar serat dan kode mutu E10 untuk tekan tegaklurus serat. Nilai geser sejajar serat menghasilkan kode mutu dengan rentang yang sangat jauh berdasar kedua format, hal ini disebabkan penggunaan model sebaran yang berbeda pada kedua format yang digunakan. Sementara itu, pemutuan atas dasar nilai modulus elastisitas lentur menghasilkan E14 dan E16 bila dihitung atas nilai elatisitas lentur balok berdasar prosedur realibility normalization dan format conversion.