Penerapan Pasak Geser pada Balok Susun

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Kayu mangium 17 tahun masih memiliki nilai rataan sifat fisik dan mekanik yang tidak jauh berbeda dari usia muda 8-12 tahun namun warna kayu dan unsur dekoratifnya tampak lebih nyata, dan sifat mekanik kayu ini cenderung menurun seiring dengan posisi ketinggian pada batang meski beberapa sifat tidak signifikan. b. Mangium umur 17 tahun memiliki sifat mekanis yang sangat erat hubungannya dengan berat jenis, khususnya adalah kekerasan bidang radial, kekerasan bidang tangensial, kekuatan geser sejajar serat, kekuatan lentur, kekuatan tarik tegaklurus serat, kekuatan tarik sejajar serat dan kekakuan, masing-masing dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,81; 0,79; 0,74; 0,73; 0,73; 0,66 dan 0,62. Kayu mangium mampu digunakan sebagai bahan konstruksi karena termasuk dalam kelas kuat III menurut PKKI 1961. Jika modulus elastisitas CKBC digunakan sebagai penentuan kelas kualita berdasarkan RSNI 2002, mangium termasuk kayu dalam kode mutu E c. Untuk sortimen Contoh Kecil bebas cacat CKBC, prediktor kekakuan dinamis MoE 11. Pengujian mutu kayu mangium untuk kayu konstruksi atas dasar sifat mekanis selain MoE melalui format conversion dan realibility normalization menghasilkan kode mutu E24- E26 untuk nilai kuat lentur dan tarik sejajar serat serta E13-E14 untuk kuat tekan sejajar serat, sedangkan kuat geser sejajars erat dan kuat tekan tegaklurus serat hanya menunjukkan kode mutu E10. Melalui pengamatan visual visual grading balok mangium berada pada kode mutu E10, sementara dengan metoda LRFD dengan format yang sama menghasilkan kode mutu E16 dan E14. d dapat digunakan untuk memperoleh nilai kekakuan dan keteguhan lentur statis MoE s dan MoR s serta prediktor MoE s untuk memperoleh MoR s dengan koefisien korelasi sebesar masing-masing 0,76; 0,75 dan 0,86. Untuk sortimen balok, prediktor MoE d dapat digunakan untuk memperoleh nilai kekakuan dan keteguhan lentur Panter MoE p dan MoR p dengan koefisien korelasi 0,5, dan prediktor kecepatan gelombang ultrasonik V dapat digunakan untuk memperoleh MoE d , MoE s dan MoE p dengan koefisien korelasi sebesar masing-masing 0,57; 0,42 dan 0,64. d. Pasak segiempat lebih kuat dibanding pasak bulat pada capaian kemampuan maksimum dan kemampuan pada sesaran 1 mm, tapi tidak berbeda signifikan pada titik batas proporsi. Setiap penambahan jumlah pasak menghasilkan kenaikan kemampuan menahan beban secara signifikan, dan setiap bahan pasak memiliki karakter hubungan masing-masing terhadap kemampuan sistem sambungannya dengan nilai koefisien korelasi 0,7. Kemampuan sambungan dengan pasak geser ulin. Mangium dan mangium dipadatkan berturut-turut sebesar 70,5; 79,23 dan 80,16 bila dibandingkan dengan kemampuan maksimum sambungan dengan pasak geser besi. e. Meski menambah permukaan kayu menjadi lebih gelap dan berkilap, pemadatan pasak mangium tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan menahan beban maksimum sambungan. f. Pencapaian sesaran pada batas proporsi bervariasi dari 1,1 mm sampai dengan 2,2 mm, sehingga syarat pencapaian maksimum sebesar 1,5 mm bagi sebagian sambungan tidak terpenuhi meskipun semua sambungan mampu melewati batas 1 mm. g. Kemampuan ijin sistem sambungan berada pada 89 dan 43 terhadap kemampuan pada batas proporsi dan kemampuan maksimumnya, sementara bila digunakan nilai sesaran maksimum 1,5 mm maka kemampuan ijin sistem sambungan tersebut berada pada 92 dan 44 terhadap kemampuan pada batas proporsi dan kemampuan maksimumnya. h. Pada sistem sambungan yang berbeda, nilai kemampuan terendah dicapai oleh sambungan dengan pasak penahan geser bulat yang dibuat dari mangium tanpa perlakuan dan pengencang plat klam, dan kemampuan tertinggi dicapai oleh sambungan dengan pasak penahan geser baja segiempat, sedangkan sambungan dengan pasak bambu memiliki sesaran yang sangat tinggi 11,6 mm, sementara sambungan perekat menghasilkan keruntuhan yang tiba-tiba pada sesaran hanya 1 mm.

2. Saran

a. b. Batas sesaran maksimum sambungan kayu sebesar 1,5 mm sebaiknya diturunkan menjadi 1 mm karena pada batas 1,5 mm tersebut beberapa sambungan sudah melampaui batas proporsinya. Peningkatan kualitas kayu mangium sebagai bahan bangunan dapat ditingkatkan melalui berbagai cara seperti sistem budidaya dan penerapan silvikultur yang lebih baik, peningkatan teknologi dan kualitas kayu serta usaha mengurangi keraguan konsumen dalam menggunakan mangium melalui sosialisasi dan percontohan mangium c. Perlu penelitian lebih lanjut dengan variasi bagian kayu, jumlah contoh uji dan sumber perolehan bahan sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif. sebagai bahan bangunan. DAFTAR PUSTAKA APA-EWA. 2002. Understanding Engineered Wood Products. www.WoodUniversity.org. Diunduh 23 Desember 2003. ASCE. 1996. Mechanical Connections in Wood Structures. Prepared by The Task Committee on Fasteners of the Committee on Wood of the Structural Division.. ISBN 0-7844- 0110-1. American Society of Civil Engineers. USA: 127-140. ASTM Standards. 2008. Standard Practice for Establishing Allowable Properties for Structural Glued Laminated Timber Glulam. D 3737-01b. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. ASTM Standards. 2008. Standard Practice for Establishing Structural Grades and Related Allowable Properties for Visually Graded Lumber. D 245-00. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. ASTM Standards. 2008. Standard Practice for Evaluating Allowable Properties for Grades of Structural Lumber. D 2915-98. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. ASTM Standards. 2008. Standard Specification for Computing The Reference Resistance of Wood Based Materials and Structural Conection for Load and Resistance Factor Design. D 5457-93Reapproved 1998. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. ASTM Standards. 2008. Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber. D 143-94Reapproved 2000. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. ASTM Standards. 2008. Standard Test Methods of Static Tests of Lumber in Structural Sizes. D 198-99. Vol.04.10: Wood. Section 4: Construction. West Conshohocken, PA, United States. NDS. 2007. National Design Specification for Wood Construction with commentary and Supplement: Design Values for wood Construction 2005 Edition. AFPA American Wood Council. Washington PKKI. 1961. NI-5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan Dirjen Ciptakarya Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. R-SNI. 2002. Konsensus Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta. REDD-Indonesia News. 2010. Deforestasi Terencana Diterapkan. www.redd- indonesia.orgberitadetailreaddeforestasi-terencana. Diunduh 29 September 2010 SKI. 1988. C-bo-010-1987. Standar Kehutanan Indonesia. Spesifikasi Kayu Bangunan untuk Perumahan.Departemen Kehutanan RI Dirjen Pengusahaan Hutan, Jakarta USDA. 1999. Wood Hand-Book. Wood as an Engineering Materials. Forest Products Laboratory. Madison. Chapter 19: Specially Treatments 19-1 Alamsyah E.M., Rahman O. 2002. Karakteristik Sambungan Jari dan Lidah pada Bilah Sambung Kayu Mangium, Tusam dan Sukun. Proseding Seminar Nasional V MAPEKI. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Anonim. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian. Jakarta. Anonim. 1998 a Anonim. 1998 . Fascinating World of Glulam Beams. Asian Furniture. Vol 4. No. 2 June- August 1998. Singapore. b Anonim. 2001. Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari di Indonesia. Laporan Misi Teknis ITTO untuk Indonesia. Jakarta. . The Many Advantages of Using Glued Laminated Timber. Asian Timber, Volume 7. No. 1 January 1998. Singapore. Ayina O., Ngamveng, J.N., Morlier, P. 2000. Densified Wood and Tropical Wood. Comparative Study of Sorptive Properties. Proceeding of World Conference on Timber Engineering 2000. Session 3. July 31 – August 3.2000. Canada. P.3.3.1.1-3.3.1.7