4. Sambungan Kayu dengan Pasak
Sambungan kayu timber connections memerlukan alat sambung connector yang dibedakan atas alat sambung tradisional traditional connector dan alat sambung modern
cotemporer connector. Sambungan kayu berdasarkan alat sambung tradisional terbagi atas dua jenis yakni tipe sambungan pasak shank joint, dowel type joint dimana beban
baik tegangan tekan atau tarik disalurkan dari kayu ke kayu lewat sepanjang sambungan. Contoh sambungan ini adalah pasak bulat drift pin, dowel, baut bolt, sekrup screw
dan paku nail. Tipe yang lain adalah sambungan luar skin type connector dimana beban ditransmisikan dari kayu ke sambungan terutama melalui geseran. Contohnya
adalah pelat geser shear plate atau cincin belah split ring. Dalam banyak kasus baut digunakan sebagai pelekap batang kayu yang digabungkan namun tidak ambil bagian
dalam transmisi gaya, semata-mata hanya menjaga agar sambungan masih berada pada tempatnya atau batang kayu asli tidak merenggang akibat bekerjanya momen. Sementara
itu metoda sambungan kotemporer menggunakan alat sambung glulam rivets, glued-in bolts
dan glued-in rods Madsen, 1992; Madsen, 2000. Pasak adalah benda yang dimasukkan sebagian pada bidang sambungan untuk
memindahkan beban dari bagian yang satu kepada yang lain Yap, 1984. Dalam PKKI 1961 dijelaskan bahwa pasak adalah alat penyambung yang dimasukkan ke dalam
takikan dalam kayu dan yang dibebani tekanan dan geseran. Pasak dipasang dalam lubang yang mempunyai ukuran yang sama atau tidak ada kelonggaran, sehingga jika terjadi
pengembangan dan penyusutan kayu, pasak dapat tetap dipertahankan dalam lubang. Oleh karena itu kadar air pasak harus sama dengan kadar air kayu pada saat pemasangan
jika pasak terbuat dari kayu Faherty dan Williamson, 1999. Sementara itu R-SNI 2002 mengharuskan diameter lubang penuntun untuk paku dan pasak tidak boleh
melebihi 0,9 D untuk G 0,6 dan 0,75 D untuk G ≤ 0,6 dimana G adalah berat jenis dan
D adalah diameter batang pasak atau paku. Sambungan dengan pasak kayu dapat berupa pasak persegi panjang, pasak bulat
silindrik, dowel dan pasak Kubler pasak bulat seperti cincin tebal dan berlubang kecil untuk pemasangan baut pengencang. Pasak kayu memiliki kelebihan dibanding baut,
yaitu kayu mampu mendukung gaya yang besar, efisiensi lebih tinggi dan deformasi lebih kecil. Sambungan pasak bulat lebih baik daripada pasak persegi karena meski keduanya
dibebani beban geseran dan desakan, pada pasak bulat tidak mengalami momen jungkit Wiryomartono, 1977; Yap, 1984.
Sementara itu Perkins dan Suddarth 1958 menyebutkan keunggulan pasak sebagai alat sambung antara lain hasil sambungan yang kuat dan rigid kaku secara
aksial, mudah dalam pengerjaan, merupakan sambungan yang paling kaku diantara semua sambungan mekanis meski lubang pasak telah longgar namun masih mampu bertahan.
Penambahan konektor geser akan memberikan hasil yang lebih baik pada suatu sambungan yang terbebani gaya aksial yang cukup besar, konektor geser tersebut
diletakkan diantara lapisan kayu tegak lurus arah gaya. Tahanan bidang geser akan lebih besar dibanding tanpa konektor geser Williamson, et al. 2002.
Meski demikian, konektor geser juga kemungkinan menderita kerusakan akibat gaya modulus geser antar serat yang disebut dengan rolling shear. Neuhaus dalam
Fellmoser dan Blaß 2004 mencatat modulus rolling shear kayu spruce sebesar 48 Nmm² pada kadar air 9 melalui uji torsi, sementara Aicher et al. mencatat modulus
rolling shear pada orientasi lingkaran tahun bidang lintang dengan menggunakan metoda
elemen hingga menemukan nilai sebesar 50 Nmm² sampai dengan 200 Nmm² 1 kgfm
2
= 9,80665 Nm
2
Syarat dan cara perhitungan perencanaan dalam menggunakan pasak sebagai alat sambung telah tertuang dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI, 1961
sebagai berikut: .
a. Pasak hanya boleh dibuat dari kayu keras walikukun, kosambi, bengkirai, simantok, belangeran dan sebagainya, baja atau baja.
b. Pasak kayu keras yang mempunyai tampang persegi empat panjang, memasangnya harus sedemikian sehingga seratnya terletak sejajar dengan serat batang kayu yang
disambung. Antara masing-masing pasak, demikian pula antara pasak dan ujung kayu harus diberi pengencang dengan garis tengah minimum 12,7 mm 12”.
c. Jika dalam suatu sambungan dipergunakan alat penyambung yang khusus keluaran suatu pabrik, maka harus menggunakan daftar kekuatan yang dikeluarkan oleh pabrik
yang bersangkutan atau oleh salah satu laboratorium yang resmi di Indonesia. Gambaran syarat peletakan baut sebagaimana PKKI 1961 pada arah gaya sejajar di
atas adalah sebagai Gambar 5 berikut: