Kebaruan Penelitian Novelty PENDAHULUAN

6. Ruang Lingkup dan Sasaran Kegiatan a. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dalam lingkup rekayasa teknologi kayu mangium sebagai konstruksi kayu rekayasa melalui sambungan pasak penahan geser dalam berbagai bentuk, jumlah dan bahan material pasak.

b. Sasaran Kegiatan

Kegiatan berlangsung selama 1satu tahun dengan dua sasaran umum seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Sasaran dan Jenis Kegiatan Penelitian Sasaran Jenis Kegiatan 1. Sifat Dasar dan Kelas Tegangan - Penelitian sifat dasar dalam bentuk contoh kecil bebas cacat small clear specimen , fisis dan mekanis serta sifat rekayasa sifat-sifat kekuatan kayu mangium umur 17 tahun dalam bentuk kayu utuh full scale sehingga diperoleh nilai sifat dasar dan kelas tegangan ijinnya berdasar metoda versi ASD dan LRFD. - Model hubungan sifat mekanis ckbc dan balok. - Pemanfaatan mesin pemilah kayu PANTER dan alat uji non destruktif SYLVATEST DUO dan pemodelan hubungan dengan nilai uji melalui alat UTM Universal Testing Machine. 2. Sambungan Kayu Double Shear dengan variasi Jenis, Bahan dan Jumlah Pasak dan variasi Jenis Pengencang - Teknologi sambungan kayu mangium secara mekanis dengan alat sambung kayu pasak bulat dowel dan pasak segi empat dengan kayu yang sejenis tanpa perlakuan, pasak kayu sejenis yang didensifikasi, pasak ulin dan pasak baja - Perlakuan variasi pengencang: plat klam, baut, bambu dan perekat - Arah pembebanan: sejajar serat komponen sambungan, tegaklurus pasak. - Pemodelan hasil kekuatan berdasar variable pasak yang dilakukan 3.Balok Susun - Penerapan idealisasi sambungan tampang dua berpasak penahan geser terbaik ke bentuk bentang panjang dalam balok susun balok laminasi mekanis.

7. Kebaruan Penelitian Novelty

Penelitian mengandung nilai kebaruan dalam beberapa aspek sebagai berikut: 1. Informasi sifat fisis, mekanis dan informasi teknis kayu mangium umur 17 tahun sebagai kayu bahan bangunan, sebagai pelengkap informasi sifat dasar kayu mangium yang selama ini hanya bersumber pada informamsi kayu mangium umur 8- 12 tahun. 2. Informasi tentang sistem sambungan pasak dengan berbagai variasi pasak, pasak geser dan pengencang komponen sambungan. 3. Informamsi tentang pasak penahan geser sebagai alternatif pasak dalam sambungan tampang dua yang belum dibahas dalam berbagai pustaka. 4. Aspek variasi bahan pasak penahan geser dalam kekuatan sistem sambungan berpasak. 5. Aspek pengaruh pemadatan, fungsi pasak dan modus kerusakan failure mode pada sistem sambungan yang menggunakan pasak geser. Kebaruan ini bisa dilihat dari posisinya dalam status pengetahuan state of the art yang selama ini telah dilaksanakan dalam penelitian kayu mangium sebagai bahan kayu rekayasa enginereed wood untuk tujuan konstruksi seperti tercantum pada Lampiran 2.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Risalah Jenis Mangium Acacia mangium Willd.

Mangium A. mangium Willd. adalah tanaman asli indigenous species yang banyak tumbuh di Queensland timur laut Australia, Papua Nugini dan wilayah timur Indonesia. Wilayah penyebaran meliputi 1 – 18,57 derajat lintang selatan dan 125,22 – 146,17 derajat bujur timur dengan ketinggian 0 – 100 m dpl dengan batas tertinggi pada 780 m. Untuk Indonesia, daerah Papua bagian selatan, Papua bagian utara Fak-fak dan Tomage, Maluku bagian selatan, pulau Seram, kepulauan Aru dan daerah Bantuas di Kalimantan Timur merupakan tempat penyebaran alaminya. Mangium termasuk dalam famili Leguminoceae, genus Acacia. Genus ini memiliki lebih dari 1.000 spesies pohon dan perdu yang tumbuh di Afrika, Amerika, Asia dan terbanyak di Australia. Nama lain bagi jenis ini adalah mangge hutan, tongke hutan Seram, nak Maluku, laj Aru atau jerri Papua Pinyopusarerk et al., 1993. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan secara eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Sabah dan Sarawak. Karena menunjukkan pertumbuhan yang baik maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai jenis kayu untuk hutan tanaman. Di Jawa, tanaman A. mangium sering juga disebut dengan kayu pilang, jati mangium atau kayu mangium. Kayu mangium sebagai hasil hutan tanaman di Indonesia pertama kali dikenal di Sanga-Sanga, Kalimantan Timur, yang ditanam tahun 1942 oleh penguasa Jepang sebagai upaya memperoleh kayu yang diketahui berkualitas baik sebagai bahan baku popor senjata. Pengembangan pertama di Subanjeriji tahun 1978 dengan benih dari Sabah. Kemudian dengan dicanangkannya pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI pada tahun 1984, jenis mangium telah dipilih sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di areal HTI. Pada mulanya jenis ini dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kayu HTI untuk memenuhi kebutuhan kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan kertas dengan rotasi 6-7 tahun, atau ditunggu sampai umur 25-30 tahun untuk dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan. Satu-satunya faktor pembatas mangium adalah tidak dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian lebih dari 300 m di atas permukaan laut Khaerudin, 1994, meski ada yang menyatakan jenis ini mampu tumbuh baik pada ketinggian 100 – 800 meter dpl. Jenis ini juga tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, bahkan mampu tumbuh dengan baik pada lahan yang miskin hara dan tidak subur, seperti pada alang-alang maupun daerah bekas tebangan, pada tanah podsolik merah kuning ataupun tanah berpasir dan kurus. Habitus pohon mangium dapat mencapai tinggi 30 m dengan diameter sampai sebesar 90 cm serta batang bebas cabang 10 – 15 m. Rotasi tebang pohon ini mencapai 10 – 20 tahun dengan riap 45 m 3 Selanjutnya Scharai-Rad dan Kambey 1989 meneliti sifat anatomi, fisis dan mekanis kayu jenis tegakan mangium berumur delapan tahun yang berasal dari HTI PT ITCI Kenangan, Balikpapan seperti Tabel 4 berikut: hatahun. Ciri tanaman ini adalah bentuk batangnya bulat lurus, bercabang banyak simpodial, berkulit tebal agak kasar, dan kadang beralur kecil dengan warna cokelat muda. Kegunaan dari kayu mangium adalah untuk pulp, kayu pertukangan dan kayu bakar Sindusuwarno dan Utomo, 1981. Tabel 4. Sifat Anatomis, Fisis dan Mekanis Mangium A. mangium Willd Sifat Nilai Anatomis Jari-jari kayu: Panjang µm 221,44 Jumlah per mm 6,84 2 Proporsi 9,71 Pori: Tinggi µm 242,96 Diameter arah tangensial µm 119,54 Jumlah per mm 6,28 2 Proporsi 12 Serat: Panjang serat µm 870,86 Diameter serat µm 18,76 Diameter lumen µm 13,86 Ketebalan dinding sel µm 2,45 Sifat Fisis: Kerapatan kering tanur grcm 3 0,501 Kerapatan normal grcm 3 0,530 KA kondisi normal 12,25 Kembang Susut Maksimum - arah radial 3,41 - arah tangensial 7,17 - longitudinal 0,42 Sifat Mekanis: Kekuatan Tekan Nmm 2 37 Kekuatan Patah Nmm 2 83,47 Modulus elastisitas Nmm 3 10.590 Kekuatan geser: Radial Nmm 2 7,46 Tangensial Nmm 2 9,46 Kekuatan Pukul mNmm 2 0,07 Catatan: 1 kgf = 9,80665 N. Sumber: Scharai-Rad dan Kambey 1989. Tegakan mangium mampu menghasilkan Mean Annual Increment MAI sebesar 46 m 3 hatahun pada plot pemuliaan dan 32 m 3 hatahun pada tingkat pratik di lapangan. Diameter kayu mangium di HTI yang berumur 10 tahun berkisar antara 20-22 cm dengan tebal kayu terasnya mencapai 14-16 cm Malik et al., 2000. Sementara Chai 1980 dalam Tsai 1993 melaporkan diameter jenis tersebut sebesar 38,6 cm pada umur 13