Kemampuan Sistem Sambungan dan Sesaran pada Batas Proporsi

Untuk membuktikan dugaan tersebut, Tabel 54 diatas memaparkan perhitungan ANOVA yang diolah berdasarkan sidik ragam Uji F dalam bentuk percobaan faktorial dalam rancangan RCBD Randomized Completely Block Design sesuai Gomez dan Gomez 1995 bagi kemampuan sistem menahan beban sampai batas proporsi. ANOVA diatas membuktikan bahwa jenis pasak bulat tidak berbeda secara signifikan terhadap jenis pasak lainnya pasak segiempat, sementara penggunaan jumlah pasak serta pemakaian bahan pasak yang berbeda menghasilkan nilai batas proporsi yang sangat signifikan. Tabel 54 juga memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh interaksi antar faktor yang sangat signifikan terutama pada faktor bahan pasak faktor C yang dikombinasikan pada bentuk pasak AC maupun jumlah pasak BC. Bahkan, interaksi ketiga faktor ABC juga menghasilkan nilai kemampuan menahan beban yang sangat signifikan.

1. Pengaruh Faktor Tunggal pada Batas Proporsi

Uji lanjutan terhadap faktor tunggal pengaruh jumlah dan bahan pasak terhadap kemampuan maksimum sambungan menggunakan uji HSD Honestly Significant Difference , Uji Beda Tulus sebagai alat pembanding terhadap nilai rataan setiap perlakuan yang akan diuji-lanjutkan. Berbeda dalam pengaruh bentuk pasak pada beban maksimum, pencapaian kemampuan sistem sambungan pada titik batas proporsi tidak dipengaruhi oleh bentuk pasak faktor A, atau dengan kata lain bentuk bulat tidak berbeda secara signifikan dibanding bentuk segiempat. Namun faktor tunggal yang lain yaitu jumlah B dan bahan pasak C masing-masing berpengaruh secara signifikan, seperti terbukti pada Tabel 55 berikut. Tabel 55. Tabel Signifikansi Pengaruh Faktor B Jumlah Pasak dan Faktor C Bahan Pasak pada Batas Proporsi Jumlah Pasak Nilai rataan kgf Bahan Pasak Nilai rataan kgf 1 Pasang 2.969 Kayu mangium sejenis a 4.182 d 2 Pasang 3.744 Kayu mangium dipadatkan b 4.196 3 Pasang d 6.130 Kayu ulin c 3.885 e Baja 4.861 f Ket.: Nilai rataan yang ber notasi subscript sama menunjukkan hal yang tidak signifikan, selain itu adalah hal yang signifikan. HSD 69; 3 pada 0,05 = 69,28 dan pada 0,01 = 82,75. HSD 69; 4 pada 0,05 = 101,57 dan pada 0,01 = 124,65 lihat Lampiran 28

2. Pengaruh Interaksi Antar Faktor pada Batas Proporsi

Interaksi faktor A dan B yang terjadi pada besarnya kemampuan sambungan pada batas proporsi dijelaskan pada Tabel 56 berikut. Tabel 56. Pengaruh Interaksi Faktor A dan Faktor B pada Batas Proporsi a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a1b1 1.023,52 2.897,54 37,67 564,31 3.462,21 a1b2 - 1.874,01 985,85 459,21 2.438,69 a1b3 - - 2.859,86 2.333,22 564,68 a2b1 - - - 526,64 3.424,54 a2b2 - - - - 2.897,90 Ket.: Yang bernotasi superscript = dan masing-masing menunjukkan hal yang signifikan dan sangat sigifikan untuk beda pasangan nilai rataan perlakuan. Selain itu adalah hal yang non signifikan. HSD 69;6 pada 0,05 = 169,41 dan pada 0,01 = 202,70 lihat Lampiran 28 Interaksi faktor bentuk pasak dan jumlah pasak hampir mempengaruhi semua nilai kemampuan sistem sambungan pada batas proporsi, kecuali hanya pada interaksi a1b1 dan a2b1 yang tidak menunjukkan hal yang signifikan. Interaksi faktor A dan C yang terjadi pada besarnya kemampuan sambungan pada batas proporsi dijelaskan pada Tabel 57 berikut. Tabel 57. Pengaruh Interaksi Faktor A dan Faktor C pada Batas Proporsi a1c2 a1c3 a1c4 a2c1 a2c2 a2c3 a2c4 a1c1 128,05 703,81 972,64 79,39 75,27 29,28 306,48 a1c2 - 575,76 1.100,69 48,66 203,32 157,33 434,53 a1c3 - - 1.676,45 624,42 779,08 733,09 1.010,29 a1c4 - - - 1.052,03 897,37 943,35 666,16 a2c1 - - - - 154,66 108,67 385,87 a2c2 - - - - - 45,99 231,21 a2c3 - - - - - - 277,19 Ket.: Yang bernotasi superscript = dan masing-masing menunjukkan hal yang signifikan dan sangat sigifikan untuk beda pasangan nilai rataan perlakuan. Selain itu adalah hal yang non signifikan. HSD 69;8 pada 0,05 = 240,86 dan pada 0,01 = 284,29 lihat Lampiran 28 Sebagian besar pengaruh interaksi faktor A dan C menghasilkan pengaruh yang sangat signifikan pada kemampuan sambungan pada batas proporsi. Terdapat 12 duabelas perbandingan interaksi yang tidak menunjukkan hal yang tidak signifikan atau signifikan, selebihnya adalah hal yang sangat signifikan. Selanjutnya dalam interaksi 3 faktor A, B dan C pada batas proporsi diuraikan dalam Lampiran 29. Dalam lampiran tersebut dapat ditemui 9 perbandingan perlakuan yang signifikan, utamanya adalah a1b3c4 yang signifikan dengan 5 perlakuan lainnya, dan perlakuan a2b3c4 yang signifikan terhadap 4 perlakuan lainnya. c . Kemampuan Sistem Sambungan pada Sesaran yang Sama Kemampuan sistem sambungan yang diukur pada besaran nilai sesaran yang sama dicoba diketahui dengan cara memasukkan nilai sesaran dimaksud pada setiap persamaan regresi kurva tegangan – regangan sehingga didapatkan nilai tegangannya. Besaran sesaran yang digunakan adalah 1 mm dengan pertimbangan bahwa bila digunakan sesaran 1,5 mm, sebagai batas sesaran maksimum yang diijinkan sesuai Wiryomartono 1977 dan Yap 1984, maka terdapat nilai tegangan yang bias karena ada beberapa sambungan yang mencapai batas proporsi dibawah 1,5 mm. Dengan demikian diharapkan hasil nilai tegangan yang terjadi adalah nilai ketika sambungan masih dalam keadaan bekerja menahan beban. Hasil kemampuan sambungan pada sesaran 1 mm tersebut adalah seperti tercantum pada Tabel 58 berikut. Tabel 58. Nilai Rataan Kemampuan Sambungan x10 3 Bentuk Pasak kgf pada Sesaran 1 mm Jumlah Pasak Bahan Pasak C A B Mangium Sejenis Mangium Dipadatkan Ulin Baja c1 c2 c3 c4 Bulat a1 1 Pasang b1 2,09 1,74 2,12 2,46 2 Pasang b2 3,08 2,86 2,27 3,21 3 Pasang b3 3,23 3,15 4,08 6,21 Segiempat a2 1 Pasang b1 1,56 1,19 2,52 2,31 2 Pasang b2 2,27 1,88 2,73 1,64 3 Pasang b3 2,51 3,16 3,55 3,72 Ket.: Data masing-masing perlakuan n = 4 dicantumkan dalam Lampiran 25 Nilai kemampuan sambungan sebagaimana Tabel 58 diatas menunjukkan kondisi kerja pasak geser pada sesaran 1 mm yang belum mencirikan kemampuan masing- masing bahan pasak namun penambahan pasak cenderung menaikkan kemampuan. Pendugaan ini sesuai dengan histogram pada Gambar 27 berikut. Gambar 27. Histogram Kemampuan Sambungan pada Sesaran 1 mm Gambar 27 menunjukkan bahwa kemampuan sistem sambungan pada sesaran 1 mm cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah pasak geser yang digunakan. Meski demikian tampak terdapat perolehan kemampuan sambungan dengan 3 pasang pasak bulat baja yang paling menonjol mencapai 6.210 kgf dibandingkan dengan sistem sambungan lainnya. Nilai tersebut diperoleh pada sesaran dibawah batas proporsi sistem sambungan yang bersangkutan 1,3 mm, dan hal ini menjelaskan bahwa sistem telah bekerja dengan baik. Sementara itu, dua pasang pasak baja segiempat pada sistem sambungan mengalami kemampun yang rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan kemampuan sepasang pasak dengan bahan sama. Kesulitan pembuatan bentuk pasak segiempat menjadi salah satu penyebab rendahnya capaian nilai kemampuan tersebut, meskipun bahan komponen sambungan tidak mengandung cacat. Tabel 59 dan Gambar 28 menggambarkan rataan capaian kemampuan sambungan pada sesaran 1 mm ditinjau dari jenis, jumlah dan bahan pasak geser yang digunakan. Tabel 59. Nilai Rataan Pkgf Sambungan pada Sesaran 1mm Berdasar Faktor yang Digunakan Jenis Pasak Nilai Rataan kgf Jumlah Pasak Nilai Rataan kgf Bahan Pasak Nilai Rataan kgf Bulat 3.041 1 Pasang 1.997 Mangium 2.457 Segi empat 2.421 2 Pasang 2.494 M. Padat 2.329 3 Pasang 3.701 Ulin 2.879 Baja 3.258