Berdasarkan sifat-sifat tersebut kayu Akasia A. mangium Willd. memiliki kelas
ketahanan IV rendah terhadap serangan rayap tanah Macrotermes dan kelas ketahanan III sedang terhadap penggerek di laut Muslich dan Sumarni, 1993.
Berdasarkan kelas keawetan dari Findlay dan kelas keterawetan dari Smith dan Tamblyn dalam Martawijaya Barly 1990 dinyatakan bahwa kayu mangium memiliki
sifat keawetan yang berbeda menurut asal kayunya. Dengan menggunakan bahan pengawet CCA, kayu mangium dari hutan tanaman asal Jawa Barat relatif memiliki
sifat keawetan lebih buruk kelas awet II – III dibanding kayu mangium dari hutan alam asal Maluku yang memiliki kelas awet I-II.
3. Keteknikan Kayu Konstruksi a. Kayu Konstruksi dan Tegangan Ijin
Kayu konstruksi adalah kayu bangunan untuk digunakan sebagai elemen struktur bangunan yang penggunaannya memerlukan perhitungan beban Surjokusumo, 1982.
Struktur adalah gabungan komponen yang menahan gaya desak, tarik atau momen untuk meneruskan beban ke tanah dengan aman. Elemen struktur terdiri atas batang desak yang
berfungsi menahan gaya desak aksial, batang tarik yang menahan gaya tarik aksial, balok yang menahan gaya geser, lentur dan gaya aksial dalam struktur horisontal dan kolom
yang berfungsi sama dengan balok namun dalam struktur vertikal Siswadi et al, 1999. Kayu adalah bahan konstruksi yang diperoleh dari tumbuhan yang hidup di alam.
Dengan sifat alam yang beragam akan mempengaruhi kualitas kayu yang dibentuknya, dan untuk mampu menahan beban yang diemban suatu kayu harus berada pada batas
tegangan yang diijinkan. Tegangan dasar pada kayu yang kemudian diperhitungkan dengan beberapa faktor koreksi seperti keamanan, penyesuaian, pengaruh ukuran, kadar
air dan rasio kekuatan, akan menghasilkan suatu nilai tegangan yang diijinkan allowable stress
yang memberikan jaminan keselamatan dalam penggunaannya. Tegangan ijin dibuat sedekat mungkin dengan penggunaannya supaya dihasilkan nilai penggunan dan
keamanan yang cukup tinggi Surjokusumo, 1993. Nilai tegangan ijin tersebut bila digunakan pada konstruksi harus digandakan
dengan suatu faktor yang sesuai dengan sifat muatan dan kondisi keterlindungan struktur. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI, 1961 memberikan patokan besarnya
tegangan yang diperkenankan bagi kayu Indonesia sebagaimana Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Tegangan yang Diperkenankan untuk Kayu Mutu A menurut PKKI 1961
Jenis Tegangan Ijin kgfcm
2
Kelas Kuat Jati
Tectona grandis I
II III
IV V
Lentur 150
100 75
50 -
130 Tekan Sejajar serat =
Tarik Sejajar serat 130
85 60
45 -
110 Tekan Tegaklurus serat
40 25
15 10
- 30
Geser Sejajar serat 20
12 8
5 -
15 Sumber: Anonim 1961.
Istilah kelas kuat yang tercantum dalam Tabel 6 di atas merupakan penggolongan kelas kekuatan kayu yang ditetapkan Den Berger 1923. Klasifikasi kayu Indonesia NI
Nederlansch Indische tersebut disusun dalam lima kelas kekuatan hanya berdasarkan hubungan antara berat jenis dengan kekuatan lentur dan kekuatan tekan, dan oleh sebab
itu klasifikasi tersebut masih bersifat sangat global karena banyak faktor lain yang seharusnya turut diperhitungkan. Tabel 7 menguraikan kelas kekuatan kayu tersebut.
Tabel 7. Kelas Kuat Kayu Indonesia
Kelas Kuat Berat Jenis
Kekuatan Lentur Mutlak kgfcm
2
Kekuatan Tekan Mutlak kgfcm
2
I 0,90
1.100 650
II 0,60 – 0,90
725 – 1.100 435 – 650
III 0,40 – 0,60
500 – 725 300 – 425
IV 0,30 – 0,40
360 – 500 215 – 300
V 0,30
360 215
Sumber: Den Berger 1923.
Pengkelasan mutu kayu serupa juga telah dilakukan sesuai dengan Standar Kehutanan Indonesia SKI 1988 yang mendasarkan pengujian MOE menggunakan
beban ganda di tengah bentang pada posisi edgewise sisi sempit dibebani sesuai standar ASTM D 198 dan menghasilkan kelas mutu kayu berdasarkan tegangan
lenturnya. Nilai tegangan ijin bagi tiap kelas mutu yang diperoleh disebut dengan kode mutu Tegangan Serat TS dengan rincian sebagai Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Tegangan yang Diijinkan bagi Setiap Kelas Mutu
Kelas Mutu
Tegangan Kerja Dasar kgfcm
2
MoE
X
kgfcm 1000
2
Lentur Tarik
serat Tekan
serat Geser
serat Tekan
┴
serat TS35
350 210
271 26
52 210
TS32 325
195 252
24 48
200 TS30
300 180
232 22
45 190
TS27 275
165 213
20 41
180 TS25
250 150
193 18
37 170
TS22 225
135 174
16 33
160 TS20
200 120
155 15
30 150
TS17 175
105 135
13 26
140 TS15
150 90
116 11
22 125
TS12 125
75 97
9 18
110 TS10
100 60
77 7
15 95
TS7 75
45 58
5 11
80 TS5
50 30
39 3
7 65
Sumber: SKI C-bo-010:1987 1988.