Multiplier Output Inter-regional Analisis Multiplier Output

156 berarti dampak yang ditimbulkannya lebih kecil. Nilai tambah sektor jalan dan jembatan sebesar 1.323 bersifat padatkarya dan padatmodal yang seimbang, ditunjukkan dari nilai koefisien multiplier tenagakerja 0.645 hampir sama dengan koefisien multiplier bukan tenagakerja modal sebesar 0.678. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat pulau Jawa-Bali memiliki penduduk yang melimpah sehingga tenagakerja dapat terserap dengan banyak, namun juga memiliki kapital yang besar. Hal ini dapat dibandingkan dengan pulau Sumatera yang lebih bersifat padatmodal.

7.1.2. Multiplier Output Inter-regional

Koefisien pengganda inter-regional model IRSAM pada dasarnya memiliki makna yang selaras dengan koefisien pengganda intra-regional pada model SAM, bedanya pada IRSAM tergambarkan efek perubahan neraca eksogen terhadap endogen pada suatu wilayah melimpah keluar spill-over dan mempengaruhi neraca endogen wilayah lain. Lampiran 19 menunjukkan koefisien pengganda inter-regional antar wilayah. Bila terjadi peningkatan output di Sumatera, akan berdampak pada peningkatan output perekonomian sektor-sektor produksi di Jawa-Bali yang selalu lebih besar dibandingkan apabila terjadi kenaikan output di Jawa-Bali yang berdampak terhadap peningkatan output di Sumatera. Koefisien pengganda inter-regional menggambarkan peningkatan output suatu sektor produksi tertentu di suatu wilayah sebesar nilai penggandanya bila terjadi peningkatan output di wilayah lain sebesar 1 unit moneter. Lampiran 20 menunjukkan bahwa koefisien penggada inter-regional Jawa-Bali terhadap pulau Sumatera pada seluruh sektor besarnya jauh di bawah satu. Koefisien multiplier inter-regional output bruto yang jauh di bawah satu tersebut mencerminkan 157 kurangnya efek pengganda yang melimpah ke pulau Sumatera akibat adanya shock guncangan di berbagai sektor di Jawa-Bali. Gambar 31 menunjukkan sektor di Jawa-Bali yang memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan output sektoral di Sumatera adalah sektor listrik, gas, dan air minum 0.432, disusul sektor industri kayu dan barang dari kayu 0.422. Berdasarkan koefisien pengganda sektor listrik, gas dan air minum ini menunjukan bahwa sektor ini banyak meng-input dari output sektor di Sumatera sehingga menimbulkan nilai koefisien pengganda terbesar dibanding sektor produksi lainnya. Sebagai contoh, output batubara yang dihasilkan sektor produksi di Sumatera banyak dibutuhkan sebagai input oleh sektor listrik, gas, dan air minum di Jawa-Bali untuk meningkatkan output sektor tersebut. Pengganda output yang terjadi dari Jawa-Bali ke Sumatera menimbulkan nilai tambah yang relatif kecil. Nilai tambah berupa kapital modal lebih banyak digunakan daripada tenagakerja. Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 31. Multiplier Output dan Nilai Tambah Inter-regional Tahun 2007 0.867 0.432 0.432 0.262 1.195 0.242 0.579 1.03 0.505 0.136 0.13 0.238 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Output Bruto Sum- JB Output Bruto JB- Sum Nilai T ambah Sum- JB Nilai T ambah JB- Sum Listrik gas, air minum industri pemintalan tekstil konstruksi jalan dan jembt 158 Kebalikannya, spill-over dari Sumatera ke Jawa-Bali relatif tinggi sebagian besar di atas 1. Pengganda output bruto terbesar dari Sumatera ke Jawa-Bali disumbangkan oleh sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 1.195, disusul berikutnya oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 1.188 dan sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 1.123. Sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit ini juga menyebabkan peningkatan nilai tambah yang dilimpahkan ke Jawa-Bali baik berupa balas jasa modal bukan tenagakerja maupun balas jasa tenagakerja. Balas jasa modal relatif besar dibandingkan balas jasa tenagakerja, hal ini menunjukkan bahwa wilayah Jawa-Bali relatif lebih besar dalam meng-input modal daripada tenagakerja nya ke Sumatera. Khusus sektor konstruksi jalan dan jembatan, spill-over effect output bruto dari Sumatera ke Jawa-Bali adalah 1.030, hampir 4.2 kali spill-over effect Jawa- Bali ke Sumatera sebesar 0.238. Begitu pula spill-over effect nilai tambah dari Sumatera ke Jawa-Bali 0.505 jauh lebih besar daripada spill-over effect dari Jawa-Bali ke Sumatera 0.130. Analisis multiplier sektor konstruksi jalan dan jembatan dalam penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim 2006, yang menganalisis keterkaitan sektor produksi antara pulau Jawa dan Sumatera pada tahun 2002. Berdasarkan analisis Alim 2006, efek multiplier yang melimpah dari Sumatera ke Jawa spill-over effect lebih besar dibandingkan spill-over effect dari Jawa ke Sumatera termasuk sektor konstruksi. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa: 1. Dalam aktivitas perdagangan antara Jawa-Bali dan Sumatera, aliran uang yang tercipta dari kegiatan tersebut lebih besar dari Sumatera ke Jawa-Bali dibanding sebaliknya. 159 2. Peningkatan permintaan input Sumatera dari output sektor-sektor produksi Jawa-Bali relatif besar dibanding sebaliknya, sehingga aktivitas produksi meningkat di Jawa-Bali dan pada akhirnya meningkatkan output pada semua sektor produksi di Jawa-Bali karena efek berantai multiplier effect, dan 3. Tidak signifikannya efek sebar balik backwash effect ke perekonomian Sumatera akibat peningkatan ekonomi di Jawa-Bali padahal peningkatan tersebut awalnya berasal dari kemajuan ekonomi Sumatera. Perbedaan spill-over juga dapat menunjukkan perbedaan impor kedua wilayah untuk memenuhi kebutuhan input maupun komsumsi. Analisis menunjukkan bahwa impor Sumatera dari Jawa-Bali jauh lebih besar dari impor Jawa-Bali dari Sumatera.

7.2. Analisis Multiplier Pendapatan Institusi.