214
tekecil menunjukkan distribusi peningkatan pendapatan rumahtangga buruh tani dan rumahtangga pengusaha golongan atas di desa cenderung convergen
sementara golongan rumahtangga yang lainnya cenderung divergen. Berdasarkan analisis multiplier pendapatan, guncangan output prasarana
jalan baik di Sumatera atau Jawa-Bali atau kedua wilayah secara bersamaan menyebabkan kesenjangan ekonomi antarrumahtangga di Sumatera melebar
mengingat divergensi yang terjadi, peningkatan pendapatan rumahtangga buruh tani sangat kecil dibandingkan rumahtangga golongan rendah didesa multiplier
berkisar 7 dan rumahtangga golongan rendah di kota multiplier berkisar 5. Kondisi ini mengandung makna bahwa prasarana jalan di Sumatera kurang
mendukung pemerataan peningkatan pendapatan rumahtangga. Rumahtangga di Jawa-Bali secara umum divergen, namun tidak se-ekstrim Sumatera. Kondisi ini
mengartikan bahwa prasarana jalan di Jawa-Bali lebih mendukung pemerataan antar rumahtangga di Jawa-Bali intra-regional dibandingkan Sumatera.
9.6. Dampak Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur khususnya prasarana jalanmerupakan kebijakan yang sangat strategis dalam rangka akselerasi
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Output sektoral yang dihasilkan oleh suatu wilayah tidak akan memberikan hasil maksimal bagi pengembangan wilayah
tersebutdan peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa didukukung oleh prasaranajalan untuk distribusi barang dan jasa yang baik dan memadai. Untuk
mengetahui dampak investasi jalan dan jembatan terhadap pertumbuhan, dilakukan simulasi kebijakan berupa peningkatan investasi jalan dan jembatan
yang dilakukan di Sumatera dan Jawa-Bali untuk tahun 2008 sampai dengan 2010 Tabel 10.
215
Simulasi kenaikan investasi sektor konstruksi jalan dan jembatan suatu wilayah selain meningkatkan output sektor konstruksi jalan tersebut close loop,
juga akan berdampak terhadap output sektor-sektor produksi lainnya open loop, serta neraca lainnya seperti rumahtangga transfer loop.
Berdasarkan IRSAMJASUM 2007 skenario 3 kondisi yang sebenarnya terjadi, diperoleh total output sektor produksi dalam bentuk moneter yaitu
sebesar 1 471.696 trilliun rupiah di Sumatera, sedangkan di Jawa-Bali sebesar 4 314.123 trilliun rupiah Tabel 16, yang dapat dipandang sebagai PDB masing-
masing wilayah dengan asumsi tidak terjadi perubahan harga ceteris paribus. Injeksi prasarana jalan sebagai investasi diberikan pada neraca kapital kolom
pengeluaran sebesar selisih nilai investasi tahun yang ditinjau terhadap tahun dasar yaitu tahun 2007 Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dengan Simulasi Investasi Prasarana Jalan Skenario 3
Wilayah Sumatera
Jawa-Bali Sumatera+
Jawa Bali
Total output sektoral juta Rp
Q 1 471 695 814
2007
4 314 123 725 5 785 819 539
Q 1 473 923 328
2008
4321 932 182 5 795 855 510
Q 1 474 617 311
2009
4 322 678 058 5 797 295 369
Peningkatan output 2008 Juta Rp
ΔQ 2 227 514
2008
7 808 457 10 035 971
Peningkatan output 2009 juta Rp
ΔQ 2 921 497
2009
8 554 333 11 475 830
ΔQ 693 983
2009
745876 1 439 859
Peningkatan output 2010 Juta Rp
ΔQ 4 331 880
2010
11 962 229 16 294 109
ΔQ 1 410 383
2010
3 407896 4 818 279
Pertumbuhan ekonomi 2008
Y 0.151
2008
0.181 0.173
Pertumbuhan ekonomi 2009
Y 0.047
2009
0.017 0.025
Pertumbuhan ekonomi 2010
Y 0.096
2010
0.079 0.083
Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah
216
Keterangan:
- Q :
2007
Total output sektoral tahun 2007 berdasarkan IRSAMJASUM 2007 - Q
:
2008
Total output sektoral tahun 2008 dampak shock prasarana jalan = Q
2007
+ ΔQ
-
2008
ΔQ :
2009
Peningkatan output tahun 2009 terhadap tahun 2007
- ΔQ
:
2009
Peningkatan output tahun 2009 terhadap tahun 2008
- ΔQ
:
2010
Peningkatan output tahun 2010 terhadap tahun 200
- ΔQ
:
2010
Peningkatan output tahun 2010 terhadap tahun 2009
- Y :
2008
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2008 terhadap tahun 2007
-
Y
:
2009
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2009 terhadap tahun 2008
-
Y
:
2010
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2010 terhadap tahun 2009
Hasil shock prasarana jalan pada output sektoral digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada masing-masing wilayah.Perhitungan tingkat
pertumbuhan ekonomi Y secara sederhana dirumuskan sebagai berikut: Y
t
= PDB
t
– PDB
t-1
PDB
t-1
100 Dimana:
Y
t
= tingkat pertumbuhan ekonomi tahun ke t PDB
t
PDB
t-1
= Produk DomestikBruto tahun sebelumnya = Produk Domestik Bruto tahun ke t
Pada skenario 3, tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera tahun 2008 sebesar 0.151 persen lebih kecil dari tingkat pertumbuhan ekonomi di Jawa-Bali
sebesar 0.181 persen. Pada tahun 2009, perekonomian di Sumatera akibat shock
prasarana jalan tumbuh sebesar 0.047 persen terhadap tahun 2008, sedang di Jawa-Bali hanya dapat tumbuh lebih kecil dari Sumatera yaitu sebesar
0.017.Pertumbuhan ekonomi dampak prasarana jalan di Sumatera pada tahun 2010 terhadap tahun 2009 naik sedikit menjadi 0.096 persen dan di Jawa-Bali
naik sebesar 0.079 persen. Secara global dapat dicatat, tingkat pertumbuhan kedua pulau Sumatera dan Jawa-Bali tahun 2008 sebesar 0.173 persen terhadap 2007,
pada tahun 2008 naik sebesar 0.025 persen terhadap tahun 2008, dan tahun 2010
217
naik 0.083 persen terhadap 2009. Pertumbuhan ekonomi sebagai dampak injeksi prasarana jalan dapat juga ditinjau dari simulasi dengan skenario ekstrim yaitu
skenario 4 dan skenario 5 untuk memberi gambaran kebijakan alokasi anggaran jalan.
Tabel 17. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dengan Simulasi Investasi Prasarana Jalan Skenario 4
Wilayah Sumatera
Jawa-Bali Sumatera +
Jawa-Bali
Total outputsektoral juta Rp
Q 1 471 695 814
2007
4 314123725 5 785 819 539
Q 1 479 234 269
2008
4 317 503 952 5 796 738 221 Q
1 480 267 277
2009
4 317 967 151 5 798 234 428
Peningkatanoutput 2008 juta Rp ΔQ
7 538 455
2008
3 380227 10 918682
Peningkatan output 2009 juta Rp ΔQ
8 571 463
2009
3 843 426 12 414 889
ΔQ 1 033 008
2009
463199 1496207
Peningkatan output 2010 juta Rp ΔQ
12 146 486
2010
5 446459 17 592 945
ΔQ 3 575 023
2010
1 603033 5 178 056
Pertumbuhan ekonomi 2008 Y
0.512
2008
0.078 0.189
Pertumbuhan ekonomi 2009 Y
0.070
2009
0.011 0.026
Pertumbuhan ekonomi 2010 Y
0.242
2010
0.037 0.089
Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Tabel 17 menunjukkan dampak prasarana jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi bila dilakukan dengan skenario 4. Pada tahun 2008 tingkat pertumbuhan di Sumatera naik cukup signifikan sebesar 0.512 persen terhadap tahun 2007,
dapat dimaklumi karena keberpihakan anggaran yang ekstim pada pulau Sumatera menyebabkan terjadinya lonjakan pertumbuhan. Skenario 4 tidak menyebabkan
reduksi tingkat pertumbuhan yang besar di Jawa-Bali menjadi 0.078 persen, ini menunjukkan pulau Jawa-Bali sudah begitu mandiri perekonomiannya dan tidak
bergantung pada pulau Sumatera.Pada tahun 2009, tingkat pertumbuhan di Sumatera naik sebesar 0.070 terhadap 2008, cukup kecil karena penambahan
anggarannya juga kecil. Pada tahun 2010 di Sumatera tingkat pertumbuhan ekonomi karena dampak prasarana jalan naik sebesar 0.242 persen. Secara global,
218
pertumbuhan di Sumatera dan Jawa-Bali tahun 2008 naik 0.189 persen terhadap 2007, lalu pada tahun 2009 naik 0.026 persen terhadap 2008, dan pada tahun 2010
naik lagi sebesar 0.089 persen terhadap tahun 2009. Kebalikannya dengan skenario 4, simulasi dengan skenario 5 memberi
anggaran prasarana jalan secara ekstrim kepada pulau Jawa-Bali.Dampak terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi berbalik sedemikian rupa dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi di Jawa-Bali sebagaimana tercantum dalam tabel 18. Tabel 18
. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dengan Simulasi Investasi Prasarana
Jalan Skenario 5
Wilayah Sumatera
Jawa-Bali Sumatera +
Jawa-Bali
Total outputsektoral juta Rp
Q 1471695814
2007
4314123725 5785819539
Q 1472475099
2008
4323139706 5795614805
Q 1472581886
2009
4324375183 5796957069
Peningkatan output 2008 juta Rp ΔQ
779285
2008
9015981 9795266
Peningkatan output 2009 juta Rp ΔQ
886072
2009
10251458 11137530
ΔQ 106787
2009
1235477 1342264
Peningkatan output 2010 juta Rp ΔQ
1255639
2010
14527180 15782819
ΔQ 369567
2010
4275722 4645289
Pertumbuhan ekonomi 2008 Y
0.053
2008
0.209 0.169
Pertumbuhan ekonomi 2009 Y
0.007
2009
0.029 0.023
Pertumbuhan ekonomi 2010 Y
0.025
2010
0.099 0.080
Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Tingkat pertumbuhan global Sumatera+Jawa-Bali kelihatannya lebih
tinggi bila dilakukan keberpihakan anggaran di pulau Sumatera skenario 4 dibandingkan skenario 3 dan skenario 5. Hal ini mengandung makna bahwa untuk
mengejar ketinggalan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, pada dasarnya investasi prasarana jalan yang lebih besar pada wilayah yang lebih terbelakang
adalah salah satu solusi. Standar alokasi anggaran prasarana jalan hanya berdasarkan analisis BCR Benefit Cost Ratio kurang tepat untuk memicu tingkat
pertumbuhan ekonomi.
X. SIMPULAN DAN SARAN