Kerangka Inter-regional Social Accounting Matrix

81 pemerintah dan perusahaan, tersedia di statistik pemerintahan. kumpulan data lainnya sebagian besar diperoleh pada Badan Pusat Statistik.

3.3. Kerangka Inter-regional Social Accounting Matrix

Perekonomian suatu wilayah akan berdampak kepada wilayah lain sebagai limpahan spill-over effect. Berdasarkan spill-over effect tersebut, Inter-regional Social Accounting Matrix IRSAM dikembangkan untuk menangkap kaitan perekonomian antar wilayah dan memberikan tambahan informasi arus barang inter-regional , distribusi pendapatan inter-regional. IRSAM merupakan suatu model yang dapat memotret seluruh neraca perekonomian, endogen maupun eksogen, baik intra maupun inter-regional. Model IRSAM mampu: 1 menganalisis keterkaitan aktivitas produksi, distribusi pendapatan, komsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, 2 menyajikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan seluruh data perekonomian regional, 3 menghitung dampak ekonomi regional dan menerangkan pengaruh suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, dan 4 menjelaskan struktur ekonomi intra dan inter-regional, struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra maupun inter-regional. SAM atau IRSAM adalah arus melingkar circular flow pendapatan income dan pengeluaran expenditure dalam ekonomi suatu negara atau daerah yang menunjukkan aliran uang di satu sisi dan aliran barang dan jasa di sisi lain. Circular flow pada tiga blok neraca endogen menunjukkan arus uang dari neraca sektor produksi ke neraca faktor produksi, lalu ke neraca institusi dan selanjutnya kembali ke neraca sektor produksi. Arah panah dari blok sektor produksi ke neraca faktor produksi diartikan sebagai kenaikan permintaan output oleh blok neraca eksogen yang mengakibatkan kenaikan permintaan input dan sebagai 82 kompensasi terjadi pengaliran uang dari blok neraca sektor produksi ke blok neraca faktor produksi. Peningkatan permintaan input akan meningkatkan pendapatan institusi yang dihasilkan sektor produksi. Hal ini dilambangkan dari arah panah dari blok neraca institusi ke blok neraca sektor produksi. Sumber: Hadi 2001, Achjar et al., Alim 2006. Gambar 9. Kerangka Inter-regional Social Accounting Matrix Gambar 9 menunjukkan agar berproduksi, sektor 3 dan 6 membutuhkan faktor produksi sebagai input yang berasal dari daerah sendiri intra-regional atau daerah lain inter-regional. Karena sifatnya yang temporer bergantung ketersediaan input di wilayah sendiri, maka kebutuhan input dari wilayah lain T 16 dan T 43 tidak selalu digunakantersedia, sehingga tidak berarti harus diisi nilainya nol. Setiap transaksi menggambarkan arus uang sebagai kompensasi Region I T36 T35 T13 T32 T21 T25 T51 Region II T63 T62 T65 T46 T52 T54 T24 Rest of Indonesia 7 Sektor Produksi 3 Institusi 2 Faktor Produksi 1 Sektor Produksi 6 Institusi 5 Faktor Produksi 4 Keterangan : : Transaksi intra-regional Rest of the world : Transaksi inter-regional 83 suatu transaksi. Dengan demikian penggunaan faktor produksi seyogianya berada di wilayah yang sama dengan sektor produksi yang menggunakan. Sektor produksi yang menggunakan faktor produksi akan memberikan kompensasi kepada institusi, sehigga penggunaan faktor produksi dari daerah lain dapat diditeksi melalui alokasi nilai tambah value added faktor produksi wilayah sendiri kepada blok institusi wilayah lain sebagai pemilik faktor produksi seperti dalam sel transaksi T 51 dan T 24 . Transaksi T 51 menunjukkan alokasi nilai tambah faktor produksi di region I kepada institusi region II yang merupakan pemilik faktor produksi yang digunakan sektor produksi region I. Demikian pula transaksi T 24 Transaksi institusi terjadi didalam region intra-regional maupun inter- regional , yakni alokasi pendapatan institusi kepada sektor produksi di intra maupun inter-regional, serta transfer antar institusi di dalam region dan transfer antara institusi inter-regional. Interaksi ekonomi antara region I dengan region II ditunjukkan oleh panas putus-putus dengan notasi T menggambarkan alokasi nilai tambah faktor produksi region II kepada institusi region I dimana intitusi region I merupakan pemilik faktor produksi yang digunakan sektor produksi region II. Besarnya penerimaan institusi bergantung besarnya faktor produksi yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh institusi bergantung seberapa besar institusi tersebut memiliki faktor produksi. Institusi mengalokasikan pendapatan yang diperoleh kepada sektor produksi dalam bentuk komsumsi langsung, investasi, tabungan, maupun transfer antar institusi. 24 , T 25 ,T 35 , T 36 , T 51 , T 52 , T 62 dan T 63 Keterkaitan transaksi masing-masing region I dan region II dengan luar negeri daerah lain diluar kedua region ditunjukkan oleh hubungan masing- masing neraca dengan the rest of world. Hubungan neraca sektor produksi seperti terdapat pada Gambar 9. 84 dengan the rest of world menunjukkan adanya perdagangan langsung masing- masing region dengan luar negeri, sementara hubungan neraca faktor produksi dengan the rest of the world menggambarkan adanya aliran modal capital flow dari dan ke luar negeri. Hubungan neraca institusi dengan the rest of world menunjukkan adanya transfer institusi dari dan ke luar negeri. Berdasarkan kaitan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 9, kemudian dibangun struktur IRSAM yang secara agregat disusun dalam bentuk matrik pada Tabel 7. Adapun pengertian notasi pada Tabel 7 diterangkan pada Tabel 8. Tabel 8. Defenisi Neraca Transaksi Inter-regional Social Accounting Matrix Neraca Defenisi T 13 ; T Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi intra-regional 46 T 21 ; T Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi intra-regional 54 T 24 ; T Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi inter-regional 51 T 22 ; T Transfer antar institusi intra-regional 55 T 25 ; T Transfer antar institusi inter-regional 52 T 32 ; T Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi intra-regional 65 T 35 ; T Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi inter-regional 62 T 33 ; T Permintaan antara intra-regional 66 T 36 ; T Permintaan antara inter-regional 63 Tabel 7. Kerangka Dasar Inter-regional Social Accounting Matrix. Pengeluaran Penerimaan Wilayah Jawa-Bali Wilayah Sumatera Neraca Total Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi Eksogen Peneri maan 1 2 3 4 5 6 7 8 Wilayah Jawa- Bali Faktor Produksi 1 Institusi 2 Sektor Produksi 3 Wilayah Sumate ra Faktor Produksi 4 Institusi 5 Sektor Produksi 6 Neraca Eksogen 7 Total Pengeluaran 8 Catatan: Neraca eksogen terdiri neraca kapital, pajak tak langsung, subsidi, the rest of Indonesia, dan the rest of world. 85 Neraca Defenisi X 17 ; X Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri 47 X 27 ; X Transfer luar negeri kepada institusi 57 X 37 ; X Ekspor barang dan jasa setiap region 67 X 71 ; X Permintaan luar negeri atas kepemilikan faktor produksi 74 X 72 ; X Tabungan institusi 75 X 73 ; X Import barang dan jasa setiap region 76 X Transfer lainnya 77 Y 18 ; Y Distribusi pendapatan faktorial setiap region 48 Y 28 ; Y Distribusi pendapatan institusional setiap region 58 Y 38 ; Y Total output sektor produksi setiap region 68 Y Total penerimaan neraca lainnya 78 Y 81 ; Y Distribusi pengeluaran faktorial setiap region 84 Y 82 ; Y Distribusi pengeluaran institusional setiap region 85 Y 83 ; Y Total input sektor produksi setiap region 86 Y Total pengeluaran neraca lainnya 87 IRSAM memiliki beberapa kelebihan terhadap SAM wilayah tunggal berupa informasi tambahan dalam hubungan inter-regional terutama dalam arus barang inter-regional, distribusi pendapatan inter-regional, dan keseimbangan keragaman ekonomi makro inter-regional.

3.4. Kerangka Analisis Multiplier Social Accounting Matrik