205
9.4. Analisis Dampak terhadap Distribusi Pendapatan Institusi
Peningkatan permintaan tenagakerja dan modal akan menambah pendapatan faktor produksi sebagai dampak peningkatan output sektoral, yang selanjutnya
berdampak kepada institusi sebagai pemilik faktor produksi. Berdasarkan hasil penghitungan skenario 1 sampai 5, diketahui bahwa dengan scenario kebijakan
kenaikan investasi di sektor jalan dan jembatan di tahun 2008 Lampiran 38, tahun 2009 Lampiran 39, dan tahun 2010 Lampiran 40, maka institusi
rumahtangga, perusahaan dan pemerintah baik di Sumatera maupun di Jawa-Bali dan secara total nasional, mengalami peningkatan pendapatan.
Skenario peningkatan investasi jalan dan jembatan di Sumatera skenario 1 dibandingkan peningkatan investasi di Jawa-Bali skenario 2 secara parsial
memberikan dampak terhadap pendapatan tertinggi jika investasi dilakukan di Jawa-Bali, baik dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan institusi
dimana investasi dilaksanakan intra-regional maupun dampak tidak langsung terhadap pendapatan institusi wilayah lainnya inter-regional.
Kenaikan investasi sektor jalan dan jembatan di Sumatera skenario 1 pada tahun 2008, meningkatkan pendapatan institusi rumahtangga, perusahaan dan
pemerintah di Sumatera sebesar 1 .
217.05 miliar. Berdasarkan rincian institusi maka akibat kenaikan investasi jalan dan jembatan di Sumatera, total institusi
rumahtangga rumahtangga buruh tani sampai dengan pengusaha golongan atas di kota menerima pendapatan tertinggi dibandingkan institusi lain perusahaan dan
pemerintah. Sementara akibat dampak peningkatan investasi jalan di Sumatera terhadap pendapatan institusi di Jawa-Bali spillover ternyata meningkatkan
pendapatan rumahtangga, perusahaan dan pemerintah sebesar 661.37 miliar rupiah. Sementara itu, kenaikan investasi yang dilakukan di Jawa-Bali skenario
206
2, ternyata meningkatkan pendapatan institusi di Jawa-Bali sebesar 3 .
034.32 miliar rupiah, sedang pendapatan institusi di Sumatera meningkat 581.13 miliar
rupiah akibat kenaikan investasi jalan dan jembatan di Jawa-Bali. Selanjutnya, apabila investasi jalan dan jembatandi Sumatera dan Jawa-Bali
dilakukan secara simultan skenario 3 atau nilai investasi di Sumatera dan nilai investasi di Jawa-Bali dijumlahkan dan selanjutnya dilakukan investasi di pulau
Sumatera saja skenario 4, maka dampak terhadap pendapatan institusi akan lebih besar bila investasi dilakukan secara simultan di Sumatera dan Jawa-Bali
skenario 3. Pada lampiran 38 skenario 3 dengan investasi dilakukan di Sumatera dan Jawa-Bali secara simultan tahun 2008, maka pendapatan institusi di Jawa-Bali
meningkat 3 .
695.69 miliar rupiah, sementara institusi di Sumatera meningkat sebesar 1
. 798.18 miliar rupiah. Namun apabila investasi jalan dan jembatan
dilakukan di Sumatera saja skenario 4 maka berdampak pada pendapatan institusi di Sumatera naik sebesar 3
. 506.05 miliar rupiah dan pendapatan institusi
di Jawa-Bali naik1 905.69 miliar rupiah. Apabila total jumlah nilai investasi di Sumatera dan Jawa-Bali dilakukan di Jawa-Bali saja skenario 5, maka
pendapatan institusi di Jawa-Bali meningkat sebesar 4 .
647.64 miliar rupiah dan pendapatan institusi di Sumatera meningkat sebesar 890.12 miliar rupiah.
Berdasarkan analisis skenario 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk tahun 2008, terlihat bahwa skenario investasi jalan dan jembatan pada skenario 5 investasi dilakukan
di Jawa-Bali saja dengan nilai investasi 3 278.709 miliar rupiah memberikan peningkatan secara total dampak inter-regional ditambah dampak intra-regional
terhadap pendapatan institusi yang tertinggi dibandingkan dengan skenario 3 dengan shock investasi dilakukan bersamaan di Sumatera dan di Jawa-Bali, atau
shock investasi hanya di Sumatera saja skenario 4. Dampak total terhadap
207
pendapatan institusi di Jawa-Bali pada skenario 5 adalah sebesar 4 .
647.64 miliar dan di Sumatera sebesar 890.12 miliar rupiah.
Skenario serupa skenario 1, 2, 3, 4 dan 5 juga diterapkan terhadap perubahan investasi jalan dan jembatan pada tahun 2009 dan tahun 2010 dengan
nilai investasi yang berbeda dengan tahun 2008. Dampak perubahan pendapatan institusi tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 39 dan dampak perubahan
pendapatan institusi pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 40. Perubahan investasi pada tahun 2009 pada skenario 5 memberikan dampak
terhadap pendapatan institusi sebesar 5 391.93 miliar rupiah di Jawa-Bali dan 1
. 032,66 miliar rupiah di Sumatera. Skenario 5 ini merupakan skenario kebijakan
investasi jalan dan jembatan tahun 2009 yang memberikan dampak pendapatan institusi yang tertinggi dibandingkan dengan skenario-skenario lainnya.
Demikian pula skenario kebijakan peningkatan investasi jalan dan jembatan pada tahun 2010 memberikan kenaikan pendapatan institusi di Jawa-Bali sebesar
5 .
435.59 miliar rupiah dan pendapatan institusi di Sumatera sebesar1041.02 miliar rupiah pada skenario 5.Sementara itu, jika nilai investasi dalam jumlah yang sama
pada tahun 2010 dilakukan di Sumatera saja skenario 4 akan meningkatkan pendapatan institusi sebesar 4
. 100.45 miliar rupiah di Sumateradan 2
. 228.28
miliar rupiah. Selanjutnya jika investasi dilakukan secara simultan di Sumatra dan di Jawa-Bali skenario 3 berdampak pada peningkatan pendapatan institusi di
Jawa-Bali sebesar 4 .
308.62 miliar rupiah dan pendapatan institusi di Sumatera meningkat sebesar 2
. 116.03 miliar rupiah.
Dari ketiga institusi sebagai pelaku ekonomi dan pemilik faktor produksi yaitu rumahtangga, perusahaan dan pemerintah, maka dampak pendapatan
terhadap pendapatan institusi rumahtangga total rumahtangga adalah yang
208
terbesar untuk skenario 1, skenario 2, skenario 3, skenario 4 maupun skenario 5 Lampiran 38, 39, 40. Pendapatan tenagakerja upah dan gaji didistribusikan
seluruhnya kepada institusi rumahtangga sebagai pemilik faktor produksi tenagakerja dan tambahan pendapatan dari faktor produksi akan ditransmisikan
kepada pemilik faktor produksi yang melakukan proses produksi sesuai dengan porsi kepemilikan faktor produksi oleh masing masing institusi.
Berdasarkan analisis khusus untuk skenario 3 yang sebenarnya terjadi, menunjukkan bahwa dari tahun 2008 sampai 2010 dampak sektor jalan dan
jembatan terhadap institusi di Sumatera paling dinikmati oleh rumahtangga berkisar 48.5 persen, disusul oleh perusahaan berkisar 41 persen dan sebagian
kecil sisanya diperoleh pemerintah.
Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 45. Dampak Skenario 3 Aktual terhadap Faktor Produksi
Sementara di Jawa-Bali dari tahun 2008 sampai 2010, rumahtangga juga paling yang menikmati dampak sektor jalan dan jembatan berkisar 69 persen,
disusul perusahaan 25.4 persen dan sisanya berkisar 5.6 persen dinikmati perusahaan. Berdasarkan analisis ini, dari aspek persentase, perusahaan jauh lebih
48.27 49.05
48.38 69.16
69.08 69.15
41.51 40.58
41.38 25.41
25.48 25.42
10 20
30 40
50 60
70 80
2008 2009
2010 2008
2009 2010
Sumatra Jaw a Bali
Rumahtangga Perusahaan
209
menikmati dampak sektor jalan di Sumatera daripada di Jawa-Bali. Dampak injeksi sektor jalan dan jembatan terhadap institusi pada skenario 3 sebagaimana
Gambar 45.
9.5. Analisis Dampak terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga.