Analisis Dampak Sebar dan Dampak Serap Balik

196 jalan cenderung mengubah pola struktur ekonomi di Sumatera yang semula dominasisektor jasa menjadi dominasi sektor industri pengolahan bilamana dilakukan keberpihakan anggaran ke Sumatera. Sementara bila dilakukan shock prasarana jalan dengan konsep penganggaran seperti sekarang dimana adanya perimbangan biaya Skenario 3, serta bila dilakukan keberpihakan anggaran di Jawa-Bali, maka prasarana jalan akan semakin menguatkan dominasi sektor jasa dan industri di Jawa-Bali. Berdasarkan semua konsep skenario, tidak ada skenario yang berpotensi mengangkat dominasi sektor primer.

9.2. Analisis Dampak Sebar dan Dampak Serap Balik

Berdasarkan skenario 1 dengan pemberian injeksi 1 138.13 miliar rupiah di Sumatera pada tahun 2008, terjadi peningkatan output total Sumatera dan Jawa- Bali tahun 2008 sebesar 3 712.24 miliar rupiah yang didistribusikan ke Sumatera self generated effect sebesar 2 539.51 miliar rupiah Lampiran 32 dan sebesar 1 172.73 miliar rupiah ke Jawa-Bali sebagai spill-over Lampiran 33 atau sebesar 103.4 persen dari nilai injeksi. Nilai self generated effect ini terdiri dari dampak langsung sebesar nilai injeksi awal yaitu 1 138.13miliar rupiah 44.82 persen dan dampak tidak langsung1401.38miliar rupiah 55.18 persen merupakan dampak serap balik dari Sumatera kembali ke Sumatera cukup berimbang dibandingkan dampak sebar dari Sumatera ke Jawa-Bali 1 388.34 miliar rupiah. Skenario 1 tahun 2009 dengan injeksi 1 438.14 miliar rupiah di Sumatera meningkatkan output total Sumatera dan Jawa-Bali 4 786.67 miliar rupiah 332 persen, terdiri dari self generated effect di Sumatera3 304.80 miliar rupiah Lampiran 34 dan spill-over effect sebagai dampak sebesar 1 481.87 miliar rupiah Lampiran 35 atau 103 persen dari injeksi. Self generated effect skenario 2 di 197 Sumatera terdiri dari dampak langsung 1 438.14 miliar rupiah dan dampak tidak langsung sebagai dampak serap balik 1 . 866.66 miliar rupiah 129 persen. Pada tahun 2010 dengan menggunakan skenario 1 yaitu injeksi 1 347.37 miliar rupiah, terjadi peningkatan output total Sumatera dan Jawa-Bali tahun 2008 sebesar 4 484.55 miliar rupiah 330 persen yang di distribusikan ke Sumatera self generated effect sebesar 3 096.21 miliar rupiah atau 230 persen Lampiran 36 dan sebesar 1 388.34 miliar rupiahke Jawa-Bali sebagai spill-over Lampiran 37 atau sebesar 103.04 persen dari nilai injeksi di sumatera. Nilai self generated effect ini terdiri dari dampak langsung yaitu 1 347.37miliar rupiah dan dampak tidak langsung sebesar 1 748.84 miliar rupiah 129.8 persen merupakan dampak serap balik dari Sumatera kembali ke Sumatera yang cukup berimbang dibandingkan dampak sebar dari Sumatera ke Jawa-Bali 1 347.84 miliar rupiah. Berdasarkan skenario 1 dengan pembiayaan berpihak di Sumatera, diketahui dampak total dari injeksi prasarana jalan sebesar 330 persen, besaran dampak sebar prasarana jalan ke Jawa-Bali lebih dari 103 persen terhadap nilai injeksi di Sumatera, sedangkan dampak serap balik yang diperoleh berkisar 130 persen. Besaran nominal dampak serap balik berimbang atau hanya sedikit lebih tinggi dengan dampak sebar. Dampak perekonomian skenario 1 sama dengan skenario 4 hanya besarannya meningkat disebabkan nilai injeksinya juga meningkat. Kelihatan bahwa sebaran dampak injeksi prasarana jalan dengan skenario 1 berimbang antara dampak langsung, dampak tidak langsung backwash effect dan dampak sebar, artinya injeksi yang diberikan di Sumatera dinikmati hasilnya oleh Sumatera relatif sama besarnya dengan yang diperoleh Jawa-Bali. Skenario 2 dengan keberpihakan anggaran pada Jawa-Bali untuk tahun 2008 diberi injeksi prasarana jalan sebesar 2 140.58 miliar rupiah. Total output yang 198 diperoleh 6 396.12 miliar rupiah 298.8 persen didistribusikan ke Jawa-Bali self generated effect sebesar 5 883.10 miliar rupiah atau 275 persen Lampiran 33, dan hanya sedikit ke Sumatera sebagai spill-over yaitu sebesar 513.02 miliar rupiah Lampiran 32 atau 23.8 persen dari nilai injeksi. Nilai self generated effect terdiri dari dampak langsung sebesar nilai injeksi yaitu 2 140.58 miliar rupiahdan dampak tidak langsung sebagai dampak serap balik yang kembali ke Jawa-Bali sebesar 3 742.52 miliar rupiah 175 persen. Skenario 2 pada tahun 2009 dengan injeksi sebesar 2 365.62 miliar rupiah di Jawa-Bali menghasilkan total output sebesar 7 063.55 miliar rupiah yang terdistribusikan ke Jawa-Bali sebagai self generated effect sebesar 6 501.59 miliar rupiah Lampiran 35 dan spill-over effect ke Sumatera sebesar 561.96 miliar rupiah Lampiran 34 atau 23.76 persen terhadap nilai injeksi. Dampak langsung dari skenario 2 tahun 2009 adalah sebesar injeksi awal dan dampak langsung sebagai dampak serap balik sebesar 4 135.97 miliar rupiah 174.8 persen. Pada tahun 2010 dengan skenario 2 menggunakan injeksi prasarana jalan sebesar 2 487.2 miliar rupiah menghasilkan total output 7 429.28 miliar rupiah 298 persen, didistribusikan ke Jawa-Bali self generated effect sebesar 6 835.74 miliar rupiah dan ke Sumatera sebagai spill-over sebesar 593.54 miliar rupiah. Nilai self generated effect ini terdiri dari dampak langsung sebesar 2 487.2 miliar rupiah dan dampak tidak langsung sebesar 4 348.54 miliar rupiah 175 persen. Skenario 2 memberi gambaran bahwa terjadi kebalikan dengan skenario 1. Total output yang diperoleh mencapai 298 persen terhadap nilai injeksi dan khusus di daerah sendiri self generated, dampaknya mencapai 275 persen dan dampak sebar hanya mencapai 23.8 persen. Kelihatan bahwa injeksi pada skenario 2 dengan keberpihakan ke Jawa Bali, dampak serap balik mencapai lebih dari 7 199 kali dampak sebar, dengan kata lain hanya sedikit yang diberikan ke Sumatera sebagai spill-over dan sebagian besar dari total output kembai ke Jawa-Bali. Berdasarkan analisis dampak serap balik dan dampak sebar masing-masing pulau Sumatera dan Jawa-Bali, diketahui bahwa dampak serap balik yang diterima Jawa-Bali dengan adanya guncangan prasarana jalan di Jawa-Bali mencapai 175 persen sedangkan dampak serap balik yang diterima Sumatera dari guncangan di Sumatera lebih kecil yaitu 130 persen. Dampak sebar yang diterima Sumatera dengan adanya guncangan prasarana jalan di Jawa-Bali hanya sebesar 23 persen, sedangkan yang diterima Jawa-Bali dari guncangan di Sumatera mencapai 103 persen dari besar injeksi. Hal ini berarti bahwa perekonomian Jawa- Bali sangat sensitif dengan perubahan ekonomi Sumatera yang ditimbulkan prasarana jalan karena besarnya spill-over effect yang diterima Jawa-Bali, sedang perekonomian Sumatera kurang sensitif dengan adanya kemajuan ekonomi di pulau Jawa-Bali. Analisis pada skenario 2 menunjukkan besarnya dampak serap balik yang terjadi yaitu sebesar 175 persen dibandingkan dengan dampak sebar yang hanya 23.8 persen. Nilai dampak serap balik yang jauh lebih besar tersebut merupakan indikasi ketimpangan kesenjangan ekonomi antar kedua wilayah. Besaran dampak serap balik dan dampak sebar yang relatif seimbang akan memperkecil disparitas ekonomi antar kedua wilayah seperti yang ditunjukkan skenario 1 dengan keberpihakan anggaran prasarana jalan di Sumatera. Besaran dampak sebar pada skenario 2 menunjukkan sektor di Jawa-Bali masih menggunakan sebagian bahan baku intermediate goods yang di impor dari Sumatera, namun final goods yang dihasilkan Jawa-Bali di ekspor kembali ke Sumatera sebagai market area dan ini menimbulkan dampak serap balik yang 200 tinggi bagi Jawa-Bali. Untuk mengurangi dampak serap balik dan meningkatkan dampak sebar sehingga kesenjangan lebih kecil, sebaiknya dibangun pusat-pusat kegiatan ekonomi growth pole theory di Sumatera, dan alokasi pembiayaan pembangunan jalan dalam rangka mendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi tersebut dapat di prioritaskan ke pulau Sumatera. Bilamana pusat kegiatan ekonomi tidak dibangun, maka pembangunan prasarana jalan tidak akan optimum.

9.3. Analisis Dampak Pendapatan Faktor Produksi.