Analisis Keterkaitan Inter-regional ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR PRODUKSI

147 penggalian, sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya, jasa pemerintahan dan jasa lainnya.

6.2. Analisis Keterkaitan Inter-regional

Analisis keterkaitan ke belakang dan ke depan inter-regional antar sektor antar wilayah Sumatera terhadap Jawa-Bali atau antara Jawa-Bali terhadap Sumatera pada dasarnya menggambarkan hubungan sektor sebagai produsen di Sumatera dengan sektor sebagai konsumen di Jawa-Bali atau sebaliknya. Keterkaitan ke belakang Sumatera terhadap Jawa-Bali menggambarkan hubungan antar sektor produksi sebagai pemakai input konsumen di Jawa-Bali dengan sektor produksi di Sumatera sebagai penghasil input produsen. Bila ada peningkatan permintaan akhir pada sektor produksi tertentu di Jawa-Bali, maka terjadi peningkatan output seluruh sektor produksi di Sumatera. Sebaliknya, keterkaitan ke belakang Jawa-Bali terhadap Sumatera menggambarkan hubungan antar sektor produksi di Sumatera sebagai pengguna input konsumen dengan sektor produksi di Jawa-Bali sebagai penghasil input produsen. Bila ada peningkatan permintaan akhir sektor tertentu di Sumatera akan meningkatkan output seluruh sektor produksi di Jawa-Bali. Sektor konstruksi jalan dan jembatan Sumatera terhadap Jawa-Bali memiliki koefisien keterkaitan ke belakang 1.0304 bermakna peningkatan permintaan akhir sektor konstruksi jalan dan jembatan di Jawa-Bali 1 unit moneter menyebabkan peningkatan output seluruh sektor di Sumatera sebesar 1.0304 unit moneter. Sebaliknya, keterkaitan ke belakang sektor konstruksi jalan dan jembatan Jawa- Bali terhadap Sumatera sebesar 0.2376, artinya peningkatan permintaan akhir sektor konstruksi jalan dan jembatan di Sumatera sebesar 1 unit moneter memberikan peningkatan output keseluruhan sektor di Jawa-Bali sebesar 0.2376 148 unit moneter. Berdasarkan hasil ini diketahui bahwa seluruh sektor di Jawa-Bali tidak merespon dengan baik bila ada permintaan akhir sektor jalan dan jembatan di Sumatera, dibandingkan respon Sumatera bila ada permintaan akhir sektor jalan dan jembatan di Jawa-Bali. Dalam arti luas, sektor-sektor produksi di Jawa-Bali hanya sedikit bergantung pada sektor-sektor produksi di Sumatera mengingat wilayah Jawa-Bali sudah mandiri dengan tingkat pertumbuhan yang baik. Keterkaitan ke depan Sumatera terhadap Jawa-Bali menggambarkan bila ada kenaikan seluruh permintaan akhir di Jawa-Bali seberapa jauh sektor tertentu di Sumatera akan merespon untuk meningkatkan outputnya. Begitu pula sebaliknya, dengan koefisien keterkaitan ke depan Jawa-Bali terhadap Sumatera menunjukkan bila meningkatkan seluruh permintaan akhir di Sumatera akan meningkatkan output sektor tertentu di Jawa-Bali. Gambar 26. Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Inter-regional Keterkaitan kedepan sektor jalan dan jembatan Sumatera terhadap Jawa- Bali sebesar 0.0123 Gambar 26, mengandung makna peningkatan pemintaan akhir seluruh sektor di Jawa-Bali sebesar 1 unit moneter menyebabkan peningkatan output sektor jalan dan jembatan di Sumatera sebesar 0.0123 unit 0.867 1.195 0.989 1.034 0.366 0.888 2.768 0.027 0.241 0.281 0.238 0.029 0.858 0.0123 0.432 0.051 1 2 3 Listrik, gas, Air Minum Industri Pemintalan, Tekstil Industri Makanan dan Tembakau Konstruksi Jln dan Jembatan Backw ard JB-Sum Forw ard JB-Sum Backw ard Sum-JB Forw ard Sum-JB 149 moneter. Sebaliknya keterkaitan ke depan sektor konstruksi jalan dan jembatan di Jawa-Bali terhadap Sumatera sebesar 0.0270 berarti peningkatan permintaan akhir seluruh sektor di Sumatera sebesar 1 unit moneter, menyebabkan peningkatan output sektor konstruksi jalan dan jembatan sebesar 0.0270 unit moneter. Berdasarkan keterkaitan ke belakang inter-regional Sumatera terhadap Jawa-Bali Lampiran 16, sektor produksi yang memberi peningkatan output tertinggi di Sumatera karena adanya peningkatan permintaan akhir di Jawa-Bali adalah sektor listrik, gas dan air minum 0.43, lalu sektor industri kayu dan barang dari kayu, sektor industri kimia, pupuk dan hasil dari tanah liat dan semen, dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sebaliknya permintaan sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit, sektor transportasi dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran di Sumatera memberi peningkatan output yang tinggi pada seluruh sektor produksi di Jawa-Bali. Sektor dengan keterkaitan ke depan tertinggi di Sumatera terhadap Jawa- Bali adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, diikuti sektor pertambangan dan penggalian lainnya, serta sektor pertanian bahan makanan dan tanaman lainnya. Sedangkan keterkaitan kedepan Jawa-Bali terhadap Sumatera yang tertinggi adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta diikuti sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya. 150 Backward Linkages JawaBali_Sumatera 1,30 1,20 1,10 1,00 ,90 ,80 ,70 ,60 ,50 F or w ar d Li nka ges Ja w a B al i_S um at er a 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 ,50 0,00 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 27. Scatter Diagram Indek Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Inter-regional Jawa Bali – Sumatera Peninjauan dari sisi keterkaitan ke belakang dan ke depan untuk sektor konstruksi, baik sektor konstruksi jalan dan jembatan maupun sektor konstruksi non jalan dan jembatan di Jawa-Bali terhadap Sumatera lebih tinggi dibanding di Sumatera terhadap Jawa-Bali. Hal ini menunjukkan bahwa pemintaan konstruksi di Sumatera memberikan dampak eksternal positif yang lebih tinggi ke Jawa-Bali dibandingkan dampak pemintaan sektor konstruksi di Jawa-Bali yang memberikan dampak eksternalitas positf yang lebih rendah ke Sumatera. Dilihat dari sisi keterkaitan ke belakang pada seluruh sektor produksi, koefisien keterkaitan ke belakang Jawa-Bali terhadap Sumatera lebih tinggi dari pada koefisien keterkaitan ke belakang Sumatera terhadap Jawa-Bali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan input antara yang berasal dari Jawa-Bali untuk digunakan di Sumatera lebih tinggi dibanding tingkat kebutuhan input antara yang berasal dari Sumatera untuk digunakan di Jawa-Bali. Dengan Backward Linkages Jawa dan Bali_Sumatera F or w ar d L inka ge s J aw a da n B al i_S um at er a 151 demikian, maka analisis keterkaitan inter-regional menunjukkan bahwa dampak eksternalitas positif atau spill-over effect dari Sumatera ke Jawa-Bali lebih tinggi dibandingkan dampak eksternalitas positif dari Jawa-Bali ke Sumatera. Backward Linkages Sumatera_JawaBali 1,60 1,40 1,20 1,00 ,80 ,60 For w ar d Li nka ges Sum at er a_Ja w a Bal i 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 ,50 0,00 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 28. Scatter Diagram Indek Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Inter-regional di Sumatera- Jawa Bali. Perdagangan inter-regional Sumatera dengan Jawa-Bali menunjukkan, sektor-sektor yang dibutuhkan Sumatera yang berasal dari Jawa-Bali merupakan sektor-sektor kunci di Jawa-Bali. Sektor yang mempunyai indek backward dan keterkaitan ke depan yang tinggi adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran, lalu sektor transportasi dan komunikasi, sektor tanaman bahan makanan dan tanaman lainnya.Berdasarkan indek keterkaitan ke belakang dan ke depan inter-regional Sumatera dan Jawa- Bali, sektor-sektor kunci yang berasal dari Sumatera, yang dibutuhkan oleh Jawa- Bali adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, industri kimia, pupuk, hasil tanah liat dan semen, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Backward Linkages Sumatera_Jawa dan Bali F or w ar d L inka ge s S um at er a_J aw a d an B al i

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL