Multiplier Pendapatan Institusi Intra-regional

159 2. Peningkatan permintaan input Sumatera dari output sektor-sektor produksi Jawa-Bali relatif besar dibanding sebaliknya, sehingga aktivitas produksi meningkat di Jawa-Bali dan pada akhirnya meningkatkan output pada semua sektor produksi di Jawa-Bali karena efek berantai multiplier effect, dan 3. Tidak signifikannya efek sebar balik backwash effect ke perekonomian Sumatera akibat peningkatan ekonomi di Jawa-Bali padahal peningkatan tersebut awalnya berasal dari kemajuan ekonomi Sumatera. Perbedaan spill-over juga dapat menunjukkan perbedaan impor kedua wilayah untuk memenuhi kebutuhan input maupun komsumsi. Analisis menunjukkan bahwa impor Sumatera dari Jawa-Bali jauh lebih besar dari impor Jawa-Bali dari Sumatera.

7.2. Analisis Multiplier Pendapatan Institusi.

Peningkatan perekonomian melalui shock terhadap suatu sektor akan meningkatkan pendapatan para pelaku ekonomi yaitu sektor institusi yang terdiri dari rumahtangga, perusahaan dan pemerintah dengan dampak yang berbeda- beda. Keadaan ini pada akhirnya menyebabkan perubahan distribusi pendapatan antar institusi rumahtangga, pemerintah dan perusahaan maupun distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga. Dampak shock terhadap distribusi pendapatan institusi dapat dilihat melalui sebaran nilai multiplier masing-masing institusi, artinya bila terjadi guncangan output satu unit moneter di sektor tertentu, akan mengakibatkan kenaikan pendapatan institusi rumahtangga, pemerintah, dan perusahaan sebesar nilai multiplier masing-masing institusi tersebut.

7.2.1. Multiplier Pendapatan Institusi Intra-regional

Lampiran 20 dan Gambar 32 menunjukkan dampak shock setiap sektor terhadap pendapatan masing masing institusi di Sumatera. Peningkatan output 160 sektor konstruksi jalan dan jembatan memberikan pengaruh terhadap pendapatan institusi secara total sebesar 1.0693, artinya shock guncangan output 1 unit moneter pada sektor konstruksi jalan dan jembatan, meningkatkan pendapatan institusi secara agregat 1.0693 unit moneter, yang didistribusikan melalui rumahtangga 0.6094, perusahaan sebesar 0.3302 dan pemerintah sebesar 0.1279. Guncangan output sektor pertanian tanaman pangan dan tanaman lainnya di Sumatera memberikan pengaruh paling besar terhadap kenaikan pendapatan institusi secara agregat dibandingkan sektor-sektor lain yaitu sebesar 1.4789 yang terdistribusi melalui kenaikan pendapatan rumahtangga sebesar 1.0157, disusul perusahaan 0.3369 dan pemerintah 0.1264 Gambar 32. Hal ini menunjukkan sektor tersebut lebih banyak menggunakan input primer dibandingkan sektor lainnya, sehingga lebih meningkatkan nilai tambah sektor tersebut dibandingkan sektor lain di Sumatera. Kenaikan nilai tambah tersebut didistribusikan ke faktor produksi yaitu tenagakerja dan bukan tenagakerja dalam bentuk balas jasa tenagakerja upah dan gaji dan balas jasa kapital surplus usaha upah sewa kapital. Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 32. Multiplier Output terhadap Pendapatan Institusi Sumatera Intra-regional 1.0157 0.3369 0.1264 1.4789 0.6094 1.0693 0.335 0.1279 0.5 1 1.5 2 Rumaht angga Perusahaan Pemerint ah T ot al inst it usi Pert anian T anaman Pangan dan t anaman lain Konst ruksi Jalan dan jembat an 161 Sektor lain yang memberikan kenaikan pendapatan institusi terbesar berikutnya adalah sektor jasa pemerintah dan jasa lainnya 1.400, peternakan dan perikanan 1.227, sektor kehutanan dan perburuan 1.226, sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat dan semen 1.202. Peningkatan output setiap sektor di Sumatera memberikan dampak terhadap kenaikan pendapatan institusi, baik rumahtangga, perusahaan produsen maupun pemerintah, namun dampak terbesar terjadi pada peningkatan pendapatan rumahtangga dibandingkan terhadap pendapatan perusahaan maupun pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa secara agregat rumahtangga paling mendapat keuntungan setiap terjadinya kenaikan output pada sektor produksi. Lampiran 21 dan Gambar 33 menunjukkan kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada rumahtangga golongan rendah di desa setiap terjadinya kenaikan output pada masing-masing sektor produksi. Guncangan output sektor konstruksi jalan dan jembatan meningkatkan pendapatan rumahtangga sebesar 0.6094, yang terdistribusi melalui rumahtangga buruh tani sebesar 0.023, pengusaha tani sebesar 0.0996, rumahtangga golongan rendah desa sebesar 0.1754, golongan atas desa sebesar 0.1131, golongan rendah kota sebesar 0.1156, dan golongan atas kota sebesar 0.08043. Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 33. Multiplier Output terhadap Pendapatan Rumahtangga Sumatera Intra- regional 0.1682 0.2954 0.182 0.1937 1.0157 0.0224 0.1131 0.0834 0.137 0.0394 0.1754 0.1156 0.6094 0.0996 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Buruh T ani P engusaha T ani RT Rendah Desa RT At as Desa RT Rendah Kot a RT At as Kot a T ot al Rumah T angga P ert anian T anaman P angan dan t anaman lain Konst ruksi Jalan dan jembat an 162 Lain halnya dengan Sumatera, dampak shock sektor konstruksi jalan dan jembatan terhadap kenaikan pendapatan institusi di Jawa-Bali secara agregat lebih besar dibandingkan Sumatera, yaitu sebesar 1.4175, masing-masing terdistribusi sebesar 0.9905 untuk rumahtangga, 0.3519 untuk perusahaan dan 0.0751 untuk pemerintah Lampiran 22 dan Gambar 34. Kenaikan pendapatan institusi terbesar secara agregat di Jawa-Bali terjadi bila ada guncangan output pada sektor transportasi dan komunikasi. Efek kenaikan institusi terbesar berikutnya adalah akibat shock di sektor pertanian tanaman pangan dan tanaman lainnya sebesar 1.951, sektor jasa pemerintahan dan jasa lainnya sebesar 1.762 dan sektor-sektor lainnya. Sumber : IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 34. Multiplier Output terhadap Pendapatan Institusi Jawa - Bali Intra- regional Tahun 2007 Guncangan output sektor konstruksi jalan dan jembatan menyebabkan kenaikan pendapatan institusi sebesar 1.4175 artinya guncangan output 1 unit moneter pada sektor konstruksi jalan dan jembatan, meningkatkan pendapatan institusi sebesar 1.4175 unit moneter yang terdistribusi melalui rumahtangga sebesar 0.9905, perusahaan sebesar 0.3519 dan pemerintah 0.0751. 0.5614 1.9976 1.5019 1.3159 0.1203 0.372 0.0772 1.9512 0.3519 0.9905 1.4175 0.00751 0.5 1 1.5 2 2.5 Rumahtangga Perusahaan Pemerintah T otal institusi T ransportasi dan komunikasi terbesar Pertanian tanaman pangan dan tanaman lain terbesar2 Konstruksi Jalan dan Jembatan 163 Sumber: IRSAMJASUM 2007 diolah Gambar 35. Multiplier Output terhadap Pendapatan Rumahtangga Jawa-Bali Intra-regional Tahun 2007 Dampak shock pada sektor pertanian, tanaman pangan dan tanaman lainnya ternyata menghasilkan kenaikan pendapatan rumahtangga terbesar dibandingkan shock pada sekor lain yaitu sebesar 1.5019, dan golongan rumahtangga rendah kota memperoleh porsi terbesar yaitu 0.4358 Lampiran 23. Sama halnya kenaikan pendapatan rumahtangga di Sumatera, kenaikan pendapatan rumahtangga Jawa-Bali untuk setiap sektor relatif merata. Namun kenaikan pendapatan rumahtangga secara agregat di Sumatera akibat kenaikan pendapatan seluruh sektor lebih kecil dibandingkan Jawa-Bali. Ini menunjukkan bahwa akibat guncangan output sektor produksi, rumahtangga di Jawa-Bali lebih menikmati kenaikan pendapatan dibandingkan rumahtangga di Sumatera.

7.2.2. Multiplier Pendapatan Institusi Inter-regional.