Model Von Thunen Pendekatan Ekonomi Regional

44 wilayah lain. Penyebab utama ketimpangan regional adalah kuatnya dampak balik dan lemahnya dampak sebar. Perbedaaan pendapatan regional dalam ekonomi yang maju jauh lebih kecil daripada perekonomian yang kurang berkembang. Konsep titik pertumbuhan growth point concept merupakan mata rantai penghubung antara struktur daerah-daerah nodal yang berkembang dengan sendirinya dan perencanaan fisik dan regional. Keuntungan aglomerasi menyebabkan konsentrasi produksi lebih efisien daripada terpencar-pencar. Pemikiran dasar titik pertumbuhan adalah bahwa kegiatan ekonomi disuatu daerah cenderung beraglomerasi disekitar sejumlah kecil titik-titik fokal pusat kontrolpusat yang dominan yang disebut dengan titik pertumbuhan.

2.2.4. Model Von Thunen

Model Von Thunen berkembang di Jerman pada sekitar abad ke 19 dengan latar belakang kondisi perekonomian yang umumnya berbasis pertanian, yang dikelola dengan sistem tuan tanah land lord. Raja dan bangsawan yang merupakan tuan tanah menyewakan tanahnya untuk dikelola rakyat yang bekerja sebagai buruh tani. Struktur ruang yang ada bersifat monocentric dimana petani tinggal tersebar dan menghasilkan komoditi yang dijual ke kota Central Bussiness District CBD dimana para tuan tanah tinggal. Berdasarkan struktur ruang yang monocentric, Von Thunen menyusun teori lokasi khusus yang menunjukkan pengaruh kenaikan nilai jual komoditas dan sewa lahan land-rent akibat perubahan biaya angkut output terkait dengan jarak distance dan biaya transportasi transportation cost. Faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi atau penggunaan tanah land-use adalah biaya sewa lahan land-rent. Terdapat gradient sewa tanah negatif negative land-rent gradient yaitu harga lahan akan menurun sebanding dengan jarak yang semakin 45 jauh ke pusat kota market sebagai kompensasi biaya transportasi yang lebih tinggi, namun ini tidak linier. Model Von Thunen juga menyatakan terdapat batas ruang spasial dimana komoditas terus diproduksi untuk dijual pada lokasi tertentu, melewati batasan spasial tersebut, komoditas tidak akan diproduksi. Model Von Thunen, lahan sebagai faktor input dalam proses produksi, kecuali untuk pembayaran tanah yang dipandang sebagai residual. Hal ini berarti bahwa pembayaran sewa lahan akan didistribusikan setelah semua faktor non-land dan biaya pengangkutan telah dibayar. Biaya sewa lahan maksimum per hektar adalah menurut persamaan: Sewa lahan = pendapatan output – pembayaran non lahan – biaya transportasi Apabila dikaitkan dengan luas lahan yang berproduksi, maka: Sewa lahan per unit luas x luas lahan = pendapatan output output revenue – pembayaran non lahan – biaya transportasi. Sewa lahan per unit area adalah sisa total pendapatan output setelah seluruh biaya transport dan non land input dibayar, dibagi luas lahan yang di usahakan.

2.3. Investasi Prasarana Jalan

Berdasarkan teori ekonomi, investasi dapat didefinisikan sebagai pembelian modal barang capital stock yang tidak dikonsumsi, namun digunakan untuk produksi yang akan datang barang produksi, dengan harapan memperoleh keuntungan pada masa mendatang, misalnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi juga berarti suatu kegiatan yang menunda komsumsi penggunaan sejumlah dana saat ini dengan tujuan mendapatkan keuntungan pada masa mendatang. Menurut Sadono 2004, investasi merupakan pengeluaran penanaman modal atau perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan