Tindak Tutur Memohon Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukkan Wayang Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono

menanggapi lewat tuturan ”Sranane apa bapa guru, enggal dhawuhna” ’Syaratnya apa bapak guru, cepat perintahkan’. Permintaan P kepada MT merupakan penentu tidak tutur menyarankan. Dalam hal ini MT menginginkan ilmu kesempurnaan, nampaknya P tanggap akan keinginan MT tersebut. Jadi faktor tujuan pertuturan merupakan penentu TT menyarankan. Selain itu faktor jarak sosial juga ikut menentukan TT menyarankan. Dalam dialog tersebut, yang memberikan saran adalah orang yang lebih tua. Maka sudah selayaknya yang berusia lebih muda mau mendengarkan bahkan menjalankannya.

11. Tindak Tutur Memohon

Memohon adalah menginkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut mengabulkannya, dan biasanya dilakukan oleh orang yang status sosialnya lebih rendah kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi. Jadi tindak tutur memohon adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk mengabulkan sesuatu yang diinginkannya. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada contoh berikut. Konteks tuturan : Bratasena memohon kepada Bathara Indra agar diberi penjelasan mengenai kayu gung susuhing angin ’kayu besar sarang nafsu’ seperti yang telah diperintahkan oleh gurunya yaitu Pandhita Durna. Bentuk tuturan : B : Waaaah bangeting panarimaku Indra kakekku. Yen pancen mangkono aku babar pisan njaluk wedhare kayu gung susuhing angin kaya kang wus kadhawuhake guruku Resi Durna. ’Waaaah terima kasih sekali kakekku Indra. Kalau memang begitu saya minta tolong jelaskan artinya kayu besar sarang nafsu seperti yang sudah diperintahkan guru saya Resi Durna.’ BI : Kayu kuwi tegese karep, gung tegese gedhe, susuh angin iku telenging napas maknane karep sing gedhe mengkono mau bisane kasembadan kudu sinartan alinging napas, weninging cipta, meneping pancadriya, sumelehing rasa. ’Kayu itu bermakna keinginan, gung bermakna besar, susuh angin itu pusatnya pernafasan maknanya keinginan yang besar dapat terlaksana harus dengan menutup nafas, heningnya cipta, tenangnya panca indra, pasrahnya hati.’ 22 Tuturan tersebut terjadi antara Bratasena P dan Bathara Indra MT. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan status sosial dan jarak sosial, Bathara Indra berkedudukan lebih tinggi karena Bathara Indra adalah dewa dan usianya lebih tua daripada Bratasena. Bratasena memohon kepada Bathara Indra untuk menjelaskan apa arti kayu gung susuhing angin ’kayu besar sarang nafsu’ dengan tuturan ”Waaaah bangeting panarimaku Indra kakekku. Yen pancen mangkono aku babar pisan njaluk wedhare kayu gung susuhing angin kaya kang wus kadhawuhake guruku Resi Durna.” ’Waaaah terima kasih sekali kakekku Indra. Kalau memang begitu saya minta tolong jelaskan artinya kayu besar sarang nafsu seperti yang sudah diperintahkan guru saya Resi Durna.’. Permohonan tersebut mendapat tanggapan yang positif, karena MT dengan senang hati menjawab pertanyaan P tersebut. Klausa bangeting panarimaku ’terima kasih sekali’ merupakan penanda lingual TT memohon yang pertama. Dipertegas dengan kata ”njaluk” ’minta’ yang keduanya bermakna memohon dengan sangat. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TT memohon adalah faktor tujuan pertuturan serta faktor satus sosial. Selain itu intonasi yang menurun juga melatarbelakangi terjadinya TT tersebut. Konteks tuturan : Bratasena memohon kepada Dewaruci agar ditunjukkan di mana jalan menuju kesempurnaan dan kebahagiaan hidup. Bentuk tuturan : B : Waah dhuh Dewaruci, dewaningsun babar pisan mugi kababarna pundi ta margining kasampurnan sarta kabagyaning agesang menika ’Waah duh Dewaruci, dewaku tolong jelaskan di mana letak jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup itu’ DR : Iya Sena, ingsun turuti. Manjinga guwa garbaningsun yen sira madhep mantep muga-muga Gusti angijabahi. ’Iya Sena, saya turuti. Masuklah ke perutku, kalau kamu mantap semoga Tuhan mengijabahi.’23 Tuturan tersebut terjadi antara Bratasena P dengan Dewaruci MT. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan status sosial dan jarak sosial, Dewaruci berkedudukan lebih tinggi karena Dewaruci adalah dewa dan usianya lebih tua daripada Bratasena. Bratasena memohon kepada Dewaruci agar ditunjukkan di mana letak jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup dengan tuturan ”Waah dhuh Dewaruci, dewaningsun babar pisan mugi kababarna pundi ta margining kasampurnan sarta kabagyaning agesang menika” ’Waah duh Dewaruci, dewaku tolong jelaskan di mana letak jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup itu’. Nampaknya MT tanggap dengan tuturan yang disampaikan P, MT mengabulkan dengan mengizinkannya masuk ke guwa garbaning ’perut’ Dewaruci. Kata mugi ’semoga’merupakan penanda lingual TT memohon. P sadar betul dengan siapa dia berbicara, sehingga pilihan kata yang dipakai disesuaikan. Padahal biasanya P selalu menggunakan ragam bahasa ngoko jika dia berkomunikasi, karena sekarang sedang berhadapan dengan Dewa, maka dia menggunakan ragam bahasa krama. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya TT memohon adalah faktor tujuan pertuturan. Selain itu faktor status sosial juga erat kaitannya dalam memperkuat terjadinya TT tersebut. P yang hanya seorang manusia sudah selayaknya menaruh hormat kepada Dewanya. Intonasi yang menurun juga melatarbelakangi terjadinya TT tersebut.

12. Tindak Tutur Memperingatkan