E. Teori Kesantunan Berbahasa
Ada sedikitnya tiga macam teori tentang kesantunan berbahasa, yaitu: a teori kesantunan Robin Lakoff 1972, b teori kesantunan Geoffrey Leech
1983, c teori kesantunan Brown dan Levinson 1987.
1. Teori Kesantunan Robin Lakoff
Dalam pandangan ini kesantunan dipandang sebagai sebuah indeks sosial social indexing, dan dapat diidentifikasi dalam bentuk-bentuk referensi sosial,
honorifik dan gaya bicara. Robin Lakoff 1972 dalam Agus Rinto Basuki, 2002:27-28 menjelaskan bahwa ada tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya
kesantunan dalam kegiatan bertutur, yang disebut dengan skala kesantunan. Ketiga skala tersebut adalah : 1 skala formalitas, 2 skala ketidaktegasan, dan
3 skala kesamaan. Di dalam skala kesantunan formalitas dinyatakan bahwa agar para peserta
tutur dapat merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa, dan tidak boleh berkesan angkuh. Skala ketidaktegasan
atau seringkali disebut skala pilihan optionaly scale, mengisyaratkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyama dalam bertutur, pilihan-pilihan
dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Skala kesamaan mengisyaratkan bahwa penutur dapat bersikap santun, orang haruslah bersikap
ramah, dan selalu mempertahankan persahabatan antara yang satu dengan pihak yang lain. Agar tercapai maksudnya, penutur haruslah dapat menganggap mitra
tutur sebagai sahabat.
2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech
Teori kesantunan yang disampaikan oleh Leech berupa maksim-maksim. Rumusan tersebut tertuang dalam enam maksim interpersonal dan berskala lima
macam. Rumusan Leech 1993:206-217 yang pertama adalah teori kesantunan yang terbagi menjadi enam maksim sebagai berikut.
a Maksim Kebijaksanaan Taxt maxim Pada maksim kebijaksanaan ditekankan pada ’kurangi kerugian mitra
tutur’ dan ’tambahi keuntungan mitra tutur’ minimize cost to other, maximize benefit to other. Maksim ini mengandung maksud bahwa
hendaknya para peserta tutur berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan
pada mitra tutur dalam kegiatan bertutur. b Maksim Kedermawanan Generosity maxim
Maksim kedermawanan menekankan pada ’kurangi keuntungan diri sendiri’ dan tambahi pengorbanan diri sendiri’ minimize benefit to self,
maximize cost to self. Maksim ini mengandung maksud agar para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain.
c Maksim Penghargaan Approbation maxim Maksim penghargaan menekankan pada ’kurangi cacian pada orang lain’
dan tambahi pujian pada orang lain’ minimize dispraise to other, maximize praise to other. Maksim ini mengandung maksud bahwa orang
akan dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain.
d Maksim Kesederhanaan Modesty maxim Maksim kesederhanaan menekankan pada ’kurangi pujian pada diri
sendiri’ dan ’tambahi cacian pada diri sendiri’ minimize praise of self, maximize dispaire of self. Maksim ini mengandung maksud bahwa
peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap diri sendiri.
e Maksim Permufakatan Agreement maxim Maksim permufakatan menekankan pada ’kurangi ketidaksesuaian antara
diri sendiri dengan mitra tutur’ dan ’tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan mitra tutur’ minimize disagreement between self and other,
maximize agreement between self and other. Dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan dalam kegiatan bertutur. f Maksim Simpati Sympaty maxim
Maksim kesimpatisan menekankan pada ’kurangi antipati antara diri sendiri dengan mitra tutur’ dan ’perbesar simpati antara diri sendiri dengan
mitra tutur’ minimize antipathy between self and other, maximize sympathy between self and other. Dalam maksim ini diharapkan agar para
peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati pada pihak lain. Rumusan Leech 1993:194-199 yang kedua adalah skala kesantunan yang
terbagi menjadi lima skala sebagai berikut. a Skala Untung-rugi cost-benefit scale
Skala untung rugi menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur. Semakin tuturan
tersebut merugikan diri penutur, akan semakin santun tuturan itu. Sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur, semakin
tidak santunlah tuturan itu. b Skala Pilihan opotionaly scale
Skala pilihan menunjuk pada banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur. Semakin banyak pilihan yang diberikan oleh penutur, maka
akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila semakin sedikit pilihan, maka akan semakin tidak santunlah tuturan itu.
c Skala Ketidaklangsungan Indirectness scale Skala ketidaklangsungan menunjuk pada peringkat langsung atau tidak
langsungnya sebuah tuturan. Semakin langsung sebuah tuturan, maka akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak langsung
sebuah tuturan, maka akan semakin santunlah tuturan itu. d Skala Keotoritasan Authority scale
Skala keotoritasan merupakan skala yang asimetris, artinya seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan
yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan bentuk sapaan yang hormat.
e Skala Jarak Sosial social distance scale Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar
tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status atau kedudukan, usia, derajat
keakraban, dan sebagainya.
3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson