Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

lakon Dewaruci. Di dalam metode simak, teknik yang dipergunakan adalah teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah teknik sadap yaitu teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan cara menggunakan pikiran dan menyadap data, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik catat artinya data- data berhasil disadap kemudian dicatat dalam bentuk kartu data atau dalam bentuk buku yang ada untuk diseleksi dan diklasifikasikan Sudaryanto, 1993:135. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara terbuka dengan informan yaitu Ki Manteb Soedharsono. Setelah mendapat data berupa rekaman video CD pertunjukan wayang lakon Dewaruci langkah selanjutnya adalah menyimak rekaman tersebut. Proses penyimakan dilakukan berulangkali yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencatatan atau pengalihbahasaan dari bahasa lisan menjadi bahasa tulis. Sampel data penelitian ini ditetapkan pada tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dalam pertunjukan wayang lakon Dewaruci dengan dalang Ki Manteb Soedharsono. Untuk mengetahui makna tuturan yang terdapat dalam pertunjukan wayang lakon Dewaruci dengan dalang Ki Manteb Soedharsono, peneliti mengadakan wawancara terbuka yaitu menanyakan pertanyaan kunci kepada informan, kemudian dikembangkan saat wawancara berlangsung sehingga situasi wawancara tetap terarah.

H. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar Patton dalam Harsono, 2007:32 . Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan metode kontekstual contextual method dan metode padan. Metode kontekstual contextual method adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks. Perlu ditegaskan bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut co-text koteks, sedangkan lingkungan sosial tuturan disebut context konteks. Konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur I Dewa Putu Wijana, 1996:11. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentuannya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa langue yang bersangkutan Sudaryanto, 1993:13. Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan pragmatik dengan penentunya adalah penutur dan mitra tutur. Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu PUP yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya Sudaryanto, 1993:21. Teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding HB piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental. Untuk mengetahui lebih jelas tentang penggunaan metode-metode tersebut, maka dapat diterapkan dalam contoh tuturan dalam pertunjukkan wayang lakon Dewaruci sebagai berikut. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. Tindak tutur direktif terbagi menjadi 30 macam, salah satunya yaitu tindak tutur meminta izin. Meminta izin adalah menginginkan sesuatu kepada orang lain agar sesuatu tersebut dikabulkan. Jadi tindak tutur meminta izin, adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur agar mitra tutur tersebut mengizinkan terhadap apa yang dikehendaki penutur. Untuk menggambarkan tindak tutur tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Konteks tuturan : Berdasarkan informasi yang diberikan oleh gurunya yaitu Durna, bahwa di puncak Gunung Candramuka terdapat kayu gung susuhing angin, Bratasena bergegas hendak mengambilnya . Bentuk tuturan : B : Yen pancen ngono, Bapa Guru aku njaluk pamit sarta njaluk pangestumu Bapa Guru. ‘Jika demikian, Bapa Guru aku minta ijin serta minta doa restumu Bapa Guru.’ PD : Ooh lhadalah ha ha ha. Ya, kanthi santosane atimu Bratasena, muga- muga kalakon panjangkamu ngger, Bratasena. ‘Ooh lhadalah ha ha ha. Ya, dengan kekuatan hatimu semoga tercapai keinginanmu nak, Bratasena.’ Penutur memohon izin kepada mitra tutur agar diijinkan pergi ke puncak gunung Candradimuka. Mitra tutur nampaknya memberi izin, yaitu dengan mengatakan “Ya, kanthi santosane atimu Bratasena, muga-muga kalakon panjangkamu ngger, Bratasena.” ‘Ya, dengan kekuatan hatimu semoga tercapai keinginanmu nak, Bratasena.’. Dengan perkataan tersebut mitra tutur telah memberikan izin kepada penutur untuk mencari kayu gung susuhing angin di puncak Gunung Candramuka. Frasa “njaluk pamit” ‘minta izin’ merupakan wujud penanda lingual dari tindak tutur meminta izin. Dalam hal ini yang meminta izin adalah seorang murid yaitu Bratasena, kehadiran frasa tersebut sangat mutlak, karena bila tidak hadir, tuturan yang disampaikan penutur akan bermakna lain. Dalam tuturan tersebut jarak sosial menjadi faktor penentu tindak tutur meminta izin walaupun penutur tidak mematuhi Prinsip Kesantunan skala jarak sosial, karena telah mengatakan sesuatu dengan orang yang lebih tua dengan cara memakai ragam ngoko. Hal ini terjadi karena tingkat keakraban yang tinggi antara Bratasena dengan Durna, walaupun status sosial mereka berbeda yaitu antara murid dengan guru.

I. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode informal . Metode informal yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami Sudaryanto, 1993:145.

BAB IV ANALISIS DATA