C. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukkan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki
Manteb Soedharsono
Sebuah tindak tutur tidak muncul dengan sendirinya, tanpa ada sesuatu yang menjadi penyebabnya. Dengan demikian, ada hubungan causa prima antara
sebuah tindak tutur, dengan faktor yang menyebabkan atau menentukan terjadinya tindak tutur, dengan faktor yang menyebabkan atau menentukan terjadinya tindak
tutur. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah tindak tutur antara lain : 1 penuturmitra tutur, 2 isi pertuturan, 3 tujuan pertuturan, 4 situasi, 5
status sosial, 6 jarak sosial, dan 7 intonasi.
1. Faktor Penutur Mitra Tutur
Sebuah tindak tutur dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor yang berada dalam diri penutur atau mitra tutur. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor
kondisi dan faktor kedudukan. Contoh :
a. Tindak tutur menasihati yang diucapkan penutur dilatarbelakangi oleh faktor kondisi mitra tutur yang sedang putus asa, terdapat pada tuturan sebagai
berikut. B
: Bapa guru, apa kira-kira aku bakal bisa kasembadan yenta darbe gegayuhan?
’Bapak Guru, apa kira-kira saya dapat menggapai cita-cita saya?’ PD
: Kabeh gumantung ana niyate, ngono. ’Semua tergantung niatnya, begitu.’
B : Mengkono bapa?
’Begitu Bapak?’
PD : Iya ngger.
’Iya nak.’6 b. Tindak tutur mempersilakan yang diucapkan penutur dilatarbelakangi oleh
faktor kedudukannya sebagai resi atau guru, terdapat pada tuturan sebagai berikut.
S : Perkara niku urusan kula. Sing baku kula ajeng nututi Bratasena, kula
buktekake lelakon iki. ’Masalah itu urusan saya. Yang penting saya mau melacak Bratasena,
saya buktikan tindakan ini.’
PD : Mangga mawon, mangga Dhi Sengkuni, ning samat sinamadan kebak
ing pengati-ati. ’Silakan saja, silakan Dik Sengkuni, tetapi tetap waspada dan berhati-
hati.’ 36
2. Faktor Isi Pertuturan
Faktor-faktor isi pertuturan antara lain : membuktikan kebenaran, mendapatkan kebaikan, mengetahui sesuatu.
Contoh : a. Tindak tutur meminta izin yang diucapkan penutur dilatarbelakangi oleh
keinginan membuktikan kebenaran, terdapat pada tuturan berikut : S
: Sing baku kula ajeng nututi Bratasena, kula buktekake lelakon iki. ’Yang penting saya mau mengikuti Bratasena, saya buktikan tindakan
ini.’ PD
: Mangga mawon, mangga Dhi Sengkuni, ning samad sinamadan kebak ing pengati-ati.
‘Silakan saja, silakan Dik Sengkuni, tapi tetap waspada dan tetap berhati-hati.’
S : Nyuwun pamit kakang.
‘Minta ijin kakak.’13
b. Tindak tutur mengharap yang diucapkan penutur dilatarbelakangi oleh keinginan mendapatkan kebaikan, terdapat pada tuturan berikut :
Ptrk : Muga-muga ndara Bratasena kuwi mau golek ilmu entuka payung
agung. ’Semoga tuan Bratasena dalam mencari ilmu mendapatkan payung
agung.’
G : O... ngono.
’O...begitu.’ Ptrk
: Ya. ’Ya.’ 26
c. Tindak tutur menyelainterupsi yang diucapkan penutur dilatarbelakangi oleh faktor mengetahui tentang sesuatu, terdapat pada tuturan berikut :
S : Ee...thole kajaba tembang Pocung sing nyandra karo bapak iki mau,
ee...kowe tau krungu tembang Pocung liyane apa ora? ’Ee...thole selain lagu Pocung yang seperti dengan bapak tadi,
ee...kamu pernah dengar lagu Pocung lainnya apa tidak?’
Ptrk : Mboten ngertos Pak.
’Tidak tahu Pak.’ Bg
: Kula nggih mboten ngertos. ’Saya juga tidak tahu.’
G : Kula ngertos Pak. Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan
kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara. ’Saya tahu Pak. Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas,
tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara.’ 31
3. Faktor Tujuan Pertuturan