Tindak Tutur Mengharap Tindak Tutur Mengajak

14. Tindak Tutur Mengharap

Mengharap adalah menginginkan sesuatu yang belum jelas, tetapi dengan harapan bahwa yang diinginkan itu terlaksana. Yang diharapkan mengabulkan biasanya mitra tutur, atau pihak ketiga di luar mitra tutur. Jadi tindak tutur mengharapkan adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur atau kepada yang lain di luar mitra tutur, dengan harapan mengabulkannya. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada contoh berikut. Konteks tuturan : Petruk berharap semoga Bratasena dalam mencari ilmu mendapatkan payung agung. Bentuk tuturan : Ptrk : Muga-muga ndara Bratasena kuwi mau golek ilmu entuka payung agung. ’Semoga tuan Bratasena dalam mencari ilmu mendapatkan payung agung.’ G : O... ngono. ’O...begitu.’ Ptrk : Ya. ’Ya.’ 26 Tindak tutur tersebut terjadi antara Petruk dan Gareng. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Pokok pembicaraan diantara keduanya yaitu mengenai harapan Petruk semoga tuannya dalam mencari ilmu mendapatkan payung agung ’payung besar’ yang bermakna perlindungan dari Yang Kuasa. MT nampaknya cukup tanggap dengan tuturan P, walaupun hanya dengan bertutur ”O...ngono.” ’O...begitu.’. Frasa ”muga-muga” ’semoga’ merupakan penanda lingual TT mengharap. Walaupun belum mengetahui bagaimana hasilnya, Petruk mengharapkan tuannya agar selamat. Faktor isi tuturan merupakan faktor yang melatarbelakangi terjadinya TT mengharap. Selain itu intonasi yang menurun juga melatarbelakangi terjadinya TT tersebut.

15. Tindak Tutur Mengajak

Mengajak adalah menginginkan orang lain untuk bersama-sama melakukan sesuatu. Jadi tindak tutur mengajak adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur yang bertujuan menginginkan mitra tutur untuk bersama- sama melakukan sesuatu. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan contoh berikut. Konteks tuturan : Pandhu mengajak Madrim untuk segera terjun ke dalam kawah Candradimuka, karena memang tidak ada pilihan lain. Bentuk tuturan : M : Yen sira sampun kakang, nampa lelakon iki kanthi legawa, muga-muga antuka pangapura. ’Kalau kamu sudah kakang, menerima nasib ini dengan ikhlas, semoga mendapatkan ampunan.’ Pnd : Wis ayo enggal manjing kawah Candradimuka yayi ’Sudah ayo cepat terjun ke kawah Candradimuka dinda’27 Tindak tutur tersebut terjadi antara Madrim dengan Pandhu. P berjenis kelamin wanita dan MT berjenis kelamin laki-laki. Pandhu mengajak Madrim agar segera terjun ke dalam kawah Candradimuka dengan tuturan ”Wis ayo enggal manjing kawah Candradimuka yayi” ’Sudah ayo cepat terjun ke kawah Candradimuka dinda’. Klausa ”ayo enggal manjing” ’ayo cepat terjun’ merupakan penanda lingual TT mengajak. Sedangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya TT mengajak adalah faktor tujuan pertuturan yang disampaikan oleh MT. Konteks tuturan : Kunthi mengajak Permadi untuk mendoakan Bratasena agar selamat. Bentuk tuturan : K : Ayo ngger padha nyenyuwun ana ing ngarsaning Gusti muga-muga pinaringan karaharjan kadangmu Bratasena. ’Ayo nak berdoa kepada Tuhan semoga diberi keselamatan kakakmu Bratasena.’ Prmd : Mekaten kanjeng ibu? ’Begitu kanjeng ibu?’ K : Iya. ’Iya.’ 28 Tindak tutur tersebut terjadi antara Kunthi dan Permadi. P berjenis kelamin wanita dan MT berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan jarak sosial Kunthi berkedudukan lebih tinggi karena Kunthi adalah ibu dan usianya lebih tua dari Permadi. Kunthi mengajak Permadi agar mendoakan saudaranya semoga selamat sampai tujuan. Klausa ”ayo ngger padha nyenyuwun” ’ayo nak berdoa’ merupakan penanda lingual TT mengajak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TT mengajak adalah faktor suasana. Dalam hal ini, suasana cemas yang meliputi hati Kunthi sebagai ibu Bratasena. Konteks tuturan : Kunthi mengajak Puntadewa untuk mendoakan Bratasena agar selamat. Bentuk tuturan : K : Hayo dina iki padha ndongakake marang kadangmu kareben wilujeng tanpa pambengan. ’Ayo hari ini kita sama-sama mendoakan saudaramu agar selamat tanpa halangan.’ Pntd : Inggih kula dherekaken kanjeng ibu. ’Iya saya ikuti ibu.’ 29 Tuturan tersebut terjadi di antara Kunti dan Puntadewa. P berjenis kelamin wanita dan MT berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan jarak sosial Kunthi berkedudukan lebih tinggi karena Kunthi adalah ibu dan usianya lebih tua dari Puntadewa. Kunthi mengajak Puntadewa agar mendoakan saudaranya semoga selamat sampai tujuan. Klausa ”hayo dina iki padha ndongakake kadangmu” ’ayo hari ini kita sama-sama mendoakan saudaramu’ merupakan penanda lingual TT mengajak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TT mengajak adalah faktor suasana. Dalam hal ini, suasana cemas yang meliputi hati Kunthi sebagai ibu Bratasena. Konteks tuturan : Anoman mengajak saudaranya yaitu Bayu, Maenaka, Jajag Wreka, dan Gajah Situbanda untuk menghalangi kepergian Bratasena. Bentuk tuturan : A : He kadang Bayu, kadang Maenaka, Jajag Wreka, Gajah Situbanda ayo dipambengi Bratasena iki. ’He saudara Bayu. Saudara Maenaka, Jajag Wreka, Gajah Situbanda ayo dihalangi Bratasena ini.’ Mnk : Ya. ’Ya.’ JW : Ayo. ’Ayo.’ GS : Ya. ’Ya.’ 30 Tuturan tersebut terdiri dari satu penutur dan tiga mitra tutur. Anoman sebagai P, sedangkan Maenaka, Jajag Wreka, Gajah Situbanda berperan sebagai MT. P dan MT semua berjenis kelamin laki-laki. P mengajak MT untuk bersama- sama menghalangi langkah Bratasena agar tidak melanjutkan perjalanannya. Frasa ”ayo dipambengi” ’ayo dihalangi’ merupakan penanda lingual TT mengajak. MT tanggap dengan ajakan P, dengan serentak mereka mengatakan kesediaanya untuk menghalangi langkah Bratasena. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya TT mengajak adalah suasana. Dalam hal ini suasana ketegangan saat akan menghalangi kepergian Bratasena. Selain itu faktor tujuan pertuturan juga mempengaruhi terjadinya TT mengajak.

16. Tindak Tutur Menyela atau interupsi