Tindak Tutur Menyarankan Data 21 Tindak Tutur Memohon Data 22

9. Tindak Tutur Menantang

Data 20 Kt : Keparat, Anoman ki? ’Keparat, kamu ya Anoman?’ A : Iya, arep ngapa Kartamarma? ’Iya, mau apa Kartamarama?’ 20 Tuturan tersebut terjadi antara Kartamarma P dengan Anoman MT. Tuturan yang dilakukan Kartamarma tersebut bermakna menantang Anoman, karena situasi tegang maka terjadilah adu mulut yang kemudian berlanjut dengan adu fisik. Dari percakapan tersebut dapat dianalisis bahwa terjadi adanya TI dengan fungsi menantang yang dituturkan oleh Kartamarma yaitu ”Keparat, Anoman ki?” ’Keparat, kamu ya Anoman?’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Anoman dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu menjawab dengan tuturan ”Iya, arep ngapa Kartamarma?” ’Iya, mau apa Kartamarama?’ sebagai tanda membenarkan atas tuturan P.

10. Tindak Tutur Menyarankan Data 21

PD : Jane kowe kuwat kedunungan ngelmu kasampurnan, waton kowe bisa ngupaya sranane. ’Sebenarnya kamu kuat mendapatkan ilmu kesempurnaan, asalkan kamu bisa mencari syaratnya.’ B : Sranane apa bapa guru, enggal dhawuhna ’Syaratnya apa bapak guru, cepat perintahkan’ 21 Tindak tutur tersebut terjadi antara Pandhita Durna P dengan Bratasena MT. Tuturan yang dilakukan Pandhita Durna tersebut bermakna menyarankan Bratasena untuk mencari syarat ilmu kesempurnaan, karena P melihat Bratasena mampu memiliki ilmu kesempurnaan. Dari percakapan tersebut dapat dianalisis bahwa terjadi adanya TI dengan fungsi menyarankan yang dilakukan oleh Pandhita Durna seperti pada tuturan ”Jane kowe kuwat kedunungan ngelmu kasampurnan, waton kowe bisa ngupaya sranane.” ’Sebenarnya kamu kuat mendapatkan ilmu kesempurnaan, asalkan kamu bisa mencari syaratnya.’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Bratasena dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu menjawab dengan tuturan ”Sranane apa bapa guru, enggal dawuhna” ’Syaratnya apa bapak guru, cepat perintahkan’ yang antusias terhadap tuturan P.

11. Tindak Tutur Memohon Data 22

B : Waaaah bangeting panarimaku Indra kakekku. Yen pancen mangkono aku babar pisan njaluk wedhare kayu gung susuhing angin kaya kang wus kadhawuhake guruku Resi Durna. ’Waaaah terima kasih sekali kakekku Indra. Kalau memang begitu saya minta tolong jelaskan artinya kayu besar sarang nafsu seperti yang sudah diperintahkan guru saya Resi Durna.’ BI : Kayu kuwi tegese karep, gung tegese gedhe, susuh angin iku telenging napas maknane karep sing gedhe mengkono mau bisane kasembadan kudu sinartan alinging napas, weninging cipta, meneping pancadriya, sumelehing rasa. ’Kayu itu bermakna keinginan, gung bermakna besar, susuh angin itu pusatnya pernafasan maknanya keinginan yang besar dapat terlaksana harus dengan menutup nafas, heningnya cipta, tenangnya panca indra, pasrahnya hati.’ 22 Tuturan tersebut terjadi antara Bratasena P dengan Bathara Indra MT. Setelah menerima cincin pemberian Bathara Indra, Bratasena bermaksud memohon kepadanya agar mau menjelaskan tentang kayu gung susuhing angin. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya TI dengan fungsi memohon yang dilakukan oleh Bratasena seperti pada tuturan ”Yen pancen mangkono aku babar pisan njaluk wedhare kayu gung susuhing angin kaya kang wus kadhawuhake guruku Resi Durna.” ’Kalau memang begitu saya minta tolong jelaskan artinya kayu besar sarang nafsu seperti yang sudah diperintahkan guru saya Resi Durna.’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Bathara Indra dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu menjawab dengan tuturan ”Kayu kuwi tegese karep, gung tegese gedhe, susuh angin iku telenging napas maknane karep sing gedhe mengkono mau bisane kasembadan kudu sinatan alinging napas, weninging cipta, meneping pancadriya, sumelehing rasa.” ’Kayu itu bermakna keinginan, gung bermakna besar, susuh angin itu pusatnya pernafasan maknanya keinginan yang besar dapat terlaksana harus dengan menahan nafas, heningnya cipta, tenangnya panca indra, pasrahnya hati.’ yang antusias terhadap tuturan Bratasena. Data 23 B : Waah dhuh Dewaruci, dewaningsun babar pisan mugi kababarna pundi ta margining kasampurnan sarta kabagyaning agesang menika ’Waah duh Dewaruci, dewaku tolong jelaskan di mana letak jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup itu’ DR : Iya Sena, ingsun turuti. Manjinga gua garbaning ingsun yen sira madhep mantep muga-muga Gusti angijabahi. ’Iya Sena, saya turuti. Masuklah ke perutku, kalau kamu mantap semoga Tuhan mengijabahi.’23 Tuturan itu terjadi antara Bratasena P dengan Dewaruci MT. Tuturan yang dilakukan Bratasena tersebut bermakna memohon kepada Dewaruci agar mau menunjukkan di mana letak ”margining kasampurnan sarta kabagyaning agesang” ’jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup’. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya TI dengan fungsi memohon yang dilakukan oleh Bratasena seperti pada tuturan ”Waah dhuh Dewaruci, dewaningsun babar pisan mugi kababarna pundi ta margining kasampurnan sarta kabagyaning agesang menika” ’Waah duh Dewaruci, dewaku tolong jelaskan di mana letak jalan menuju kesempurnaan serta kebahagiaan hidup itu’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Dewaruci dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu menjawab dengan tuturan ’Iya Sena, ingsun turuti. Manjinga gua garbaning ingsun yen sira madhep mantep muga-muga Gusti angijabahi.’ ’Iya Sena, saya turuti. Masuklah ke perutku, kalau kamu mantap semoga Tuhan mengijabahi.’ yang menuruti permintaan Bratasena.

12. Tindak Tutur Memperingatkan Data 24