19. Tindak Tutur Menagih Janji Data 34
S : Ora sah selak, ora sah kumbi, ketok sampeyan mban cindhe mban
ciladan tresna karo Pandhawa utamane Bratasena. Panjenengan rak sampun nampi dhawuhe ingkang Sinuwun Prabu Duryudana kapurih
ngloropaken Bratasena, ning napa buktine?
’Tidak usah mengelak, tidak usah sombong, kamu pilih kasih dengan Pandhawa terutama Bratasena. Anda kan sudah mendapat mandat Prabu
Duryudana supaya mencelakakan Bratasena, tetapi apa buktinya?’ PD
: Lho, yen pancen sampeyan niku ngerti, niku lak mpun kula loropaken. ’Lho, kalau memang kamu itu tahu, itu kan sudah saya celakakan.’ 34
Tuturan tersebut terjadi antara Sengkuni P dengan Pandhita Durna MT. Tuturan yang dilakukan Sengkuni tersebut bermakna menagih janji atas
kesanggupan Pandhita Durna untuk mencelakakan Bratasena. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya TI dengan fungsi menagih janji yang dilakukan
Sengkuni seperti pada tuturan ”Orasah selak, orasah kumbi, ketok sampeyan mban cindhe mban ciladan tresna karo Pandhawa utamane Bratasena.
Panjenengan rak sampun nampi dhawuhe ingkang Sinuwun Prabu Duryudana kapurih ngloropaken Bratasena, ning napa buktine?” ’Tidak usah mengelak,
tidak usah sombong, kamu pilih kasih dengan Pandhawa terutama Bratasena. Anda kan sudah mendapat mandat Prabu Duryudana supaya mencelakakan
Bratasena, tetapi apa buktinya?’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Pandhita Durna dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu
menjawab dengan tuturan ”Lho, yen pancen sampeyan niku ngerti, niku lak mpun kula loropaken.” ’Lho, kalau memang kamu itu tahu, itu kan sudah saya
celakakan.’ sebagai tanda tidak setuju atas tuturan Sengkuni.
20. Tindak Tutur Mempersilakan Data 35
PD : Kene-kene Bratasena lungguh sing kepenak ngger ben jenak rasane
Bratasena ’Sini-sini Bratasena duduk yang nyaman nak biar tenang rasanya
Bratasena’ B
: Iya bapa Guru. ’Iya bapak Guru.’ 35
Tuturan itu terjadi antara Pandhita Durna P dengan Bratasena MT. Tuturan yang dilakukan Pandhita Durna tersebut bermakna mempersilakan
Bratasena agar mau duduk sehingga lebih nyaman dalam mengungkapkan hal apa yang menjadi bebannya. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya TI
dengan fungsi mempersilakan yang dilakukan Pandhita Durna seperti pada tuturan ”Kene-kene Bratasena lungguh sing kepenak ngger ben jenak rasane Bratasena”
’Sini-sini Bratasena duduk yang nyaman nak biar tenang rasanya Bratasena’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Bratasena dalam hal ini sebagai MT,
maka MT telah melakukan TP yaitu menjawab dengan tuturan ”Iya bapa Guru.” ’Iya bapak Guru.’ sebagai tanda persetujuan atas tuturan Pandhita Durna.
Data 36
S : Perkara niku urusan kula. Sing baku kula ajeng nututi Bratasena, kula
buktekake lelakon iki. ’ Masalah itu urusan saya. Yang penting saya mau melacak Bratasena,
saya buktikan tindakan ini.’ PD
: Mangga mawon, mangga Dhi Sengkuni, ning samat sinamadan kebak ing pengati-ati.
’Silakan saja, silakan Dik Sengkuni, tetapi tetap waspada dan berhati- hati.’ 36
Tuturan itu terjadi antara Pandhita Durna P dengan Sengkuni MT. Tuturan yang dilakukan Pandhita Durna tersebut bermakna mempersilakan
Sengkuni segera berangkat untuk mencari Bratasena. Dalam tuturan tersebut dapat ditemukan adanya TI dengan fungsi mempersilakan yang dilakukan Pandhita
Durna seperti pada tuturan ”Mangga mawon, mangga Dhi Sengkuni, ning samad sinamadan kebak ing pengati-ati.” ’Silakan saja, silakan Dik Sengkuni, tetapi
tetap waspada dan berhati-hati.’. Berdasarkan reaksi yang dilakukan oleh Sengkuni dalam hal ini sebagai MT, maka MT telah melakukan TP yaitu dengan
bergegas berangkat mencari Bratasena.
21. Tindak Tutur Menginterogasi Data 37