Prakiraan biaya dan penerimaan Proyeksi Laba Rugi Proyeksi

63

4.5.4. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dibutuhkan guna kelancaran produksi sehingga dapat menghasilkan produk. Dalam analisis finansial ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya akan selalu tetap walaupun intensitas volume kegiata berubah, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas volume kegiatan. Biaya tetap meliputi gaji tenaga kerja tak langsung, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya penyusutan, bunga investasi dan modal kerja. Biaya yang termasuk biaya Variabel meliputi biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya pengemasan, gaji tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar, biaya listrik, dan air. Rincian biaya tetap disajikan dalam Lampiran 4 dan rincian biaya Variabel disajikan dalam Lampiran 5.

4.5.5. Prakiraan biaya dan penerimaan

Tahun pertama industri minyak sawit merah memproduksi minyak merah sebesar 80 dari kapasitas produksi. Pada tahun kedua kapasitas produksi sebesar 90, dan tahun ketiga sampai seterusnya memproduksi minyak merah sebesar 100. Prakiraan biaya total produksi minyak sawit merah pada tahun pertama adalah Rp 57.300.608.173,82. pada tahun kedua sebesar Rp 63.622.524.660,26, serta pada tahun ketiga sebesar Rp 69.944.441.146,69. Biaya total produksi pada tahun ketiga dan seterusnya jumlahnya lebih besar dibandingkan biaya total pada tahun pertama dan kedua, hal ini dikarenakan kapasitas produksi pada tahun pertama dan kedua belum 100. Rincian biaya produksi disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Total penerimaan industri minyak sawit merah berasal dari penjualan minyak sawit merah, pupuk organik granul, biji kering, dan pakan ternak biji inti sawit. Prakiraan total penerimaan industri minyak sawit merah pada tahun pertama adalah Rp 68.671.126.679,01, penerimaan pada tahun kedua sebesar Rp 77.255.017.513,89, serta penerimaan pada tahun ketiga dan seterusnya adalah Rp 85.838.908.348,76. Rincian total penerimaan industri minyak sawit disajikan dalam Lampiran 19.

4.5.6. Proyeksi Laba Rugi

Selisih antara penerimaan hasil penjualan produk dengan total pengeluaran disebut sebagai laba rugi. Proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha. Laba bersih diperoleh dari pengurangan laba kotor dengan pajak, dan besarnya pajak adalah 25. Pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang No 36 tahun2008. Proyeksi laba rugi disajikan dalam Lampiran 11 dan 12. Berdasarkan hasil perhitungan , pada tahun pertama laba yang diperoleh industri minyak sawit merah adalah Rp8.527.888.878,89, laba pada tahun kedua sebesar Rp 10.224.369.640,22, pada tahun ketiga sebesar Rp 11.920.850.401,55, pada tahun keempat sebesar Rp12.124.961.062,26 serta laba pada tahun ke sepuluh sebesar Rp 12.301.746.838,77. Laba yang diperoleh setiap tahunnya mengalami peningkatan hal ini dikarenakan biaya pembayaran bunga yang menurun setiap tahun dan pada akhir tahun kelima bunga investasi telah terbayar seluruhnya.

4.5.7. Proyeksi

Arus Kas Perhitungan proyeksi arus kas dilakukan dengan mengurangi aliran kas yang masuk dengan aliran kas yang keluar setiap tahunnya. Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri dan pinjaman, laba bersih, penyusutan, nilai sisa dan pengembalian modal kerja. Sedangkan aliran kas 64 keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja, dan angsuran pinjaman. Rincian proyeksi arus kas disajikan dalam Lampiran 13 dan 14.

4.5.8. Break Even Point BEP