56
4.4.1.3. Pajak
Industri minyak sawit merah tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang
menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, Perseroan atau
perkumpulan lainnya, Firma Kongsi, Koperasi, Yayasan atau lembaga untuk usaha tetap. Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdasarkan Undang-undang perpajakan
No. 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2a yang menyatakan bahwa wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen menjadi 25 dua puluh lima
persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
4.4.2. Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari pengaruh pendirian industri minyak sawit merah terhadap lingkungan. Dalam pendirian suatu industri dimungkinkan adanya pembentukan limbah yang dapat mempengaruhi
kelestarian lingkungan, karena limbah merupakan hasil dari proses yang terjadi di dalam industri yang dapat bersifat merugikan ataupun menguntungkan. Pencemaran pada setiap proses produksi tidak
dapat dihilangkan atau dihindari tetapi pencemaran ini dapat dikendalikan sehingga menimbulkan dampak yang seminimal mungkin.
Studi aspek lingkungan bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Studi aspek lingkungan
hidup dilakukan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001, tentang jenis rencana usaha dan atau
kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL. AMDAL terdiri dari lima dokumen, yaitu PIL Penyajian Informasi Lingkungan, KA Kerangka Acuan, ANDAL Analisis Dampak Lingkungan, RPL
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan RKL Rencana Kelola Lingkungan. Tujuan AMDAL adalah untuk menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana
uasaha atau kegiatan. AMDAL mengacu pada peraturan dan perundangan mengenai lingkungan hidup tempat kegiatan AMDAL dilakukan. Pemanfaatan limbah yang baik dapat menunjang peningkatan
pendapatan industri. Dalam tahapan operasinya industri minyak sawit merah ini akan menghasilkan limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah yang dibuang ke lingkungan harus bersih dari
bahan yang berbahaya sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar.
4.4.2.1. Limbah yang dihasilkan
Dalam kegiatan produksi minyak sawit merah akan dihasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan, namun limbah yang dihasilkan akan dikelola agar dampak akibat pencemaran limbah
dapat diminimalkan. Dalam proses tahapannya produksi minyak sawit merah akan menghasilkan limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
4.4.2.1.1. Limbah padat tandan kosong sawit
Limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit adalah tandan kosong, serat dan cangkang.
Sa’id 1996 menyebutkan bahwa limbah padat industri kelapa sawit mempunyai kekhasan tersendiri pada komposisinya. Komponen bahan terbesar dari limbah padat adalah selulosa disamping
hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang lebih kecil. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit yang terbesar adalah tandan kosong sawit TKS. Komposisi kimiawi TKS terlihat seperti tabel
10.
57 Tabel 10. Komposisi kimia tandan kosong sawit
Jenis Komponen Komposisi
Kadar abu 15
Selulosa 40
Lignin 21
Hemiselulosa 24
Sumber : Pratiwi, et al. 1995 Tandan kosong kelapa sawit merupakan tandan yang sudah tidak terdapat buah sawit.
Penanganannya dapat dilakukan dengan memanfaatkan tandan kosong tersebut menjadi pupuk kompos atau pupuk organik. Pupuk tersebut dapat diaplikasikan pada lahan sawit milik perusahaan
atau dijual untuk menambah penerimaan perusahaan. Sedangkan untuk limbah cangkang dan serat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel.
4.4.2.1.2. Limbah cair air limbah dan lumpur
Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan juga limbah cair palm oil mill effluent yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosiklon. Sebagaimana hasil limbah pertanian
lainnya, limbah cair kelapa sawit mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi
bahan organik yang lebih besar. Salah satu limbah cair industri kelapa sawit yang penting karena diduga sebagai penyebab pencemaran lingkungan adalah lumpur sludge yang berasal dari proses
klarifikasi atau disebut lumpur primer Sa’id, 1996. Seperti halnya limbah cair industri pertanian lainnya, limbah cair industri minyak kelapa
sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehingga kadar bahan pencemar akan semakin tinggi. Limbah cair industri minyak kelapa sawit umumnya mengandung minyak dan lemak. Hal ini
disebabkan proses ekstraaksi minyak kelapa sawit menggunakan uap air, sehingga air buangan dari proses ini akan mengandung minyak, disamping itu, sifatnya yang cenderung asam jika dibiarkan
lama pH akan turun mencapai lebih kecil dari empat BAPEDAL, 1998. Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan makhluk hidup yang membutuhkan oksigen di dalam air akan terganggu dan menghambat
perkembangannya Kementrian Lingkungan Hidup, 2005. Karakteristik dari limbah cair yang dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 11.
58 Tabel 11 . Karakteristik limbah cair industri minyak kelapa sawit
Karakteristik Satuan
Kisaran konsentrasi Rata-rata
Bahan baku Tonhari
30 30
Debit M
3
hari 600
600 Suhu
°C 60-80
70 Ph
Ppm 4,0-4,6
4,3 Total solid
Ppm 30.000-70.000
50.000 Padatan tersuspensi
Ppm 15.000-40.000
30.000 Padatan terlarut
Ppm 15.000-30.000
20.000 BOD
Ppm 20.000-40.000
30.000 COD
Ppm 40.000-80.000
55.000 Minyak
Ppm 6.000-15.000
11.000 Nitrogen
Ppm 500-900
700 Fosfat
Ppm 90-140
120 Magnesium
Ppm 250-300
270 Kalsium
Ppm 260-400
325 Besi
Ppm 80-200
110 Sumber : BAPEDAL 1998.
Perhitungan besarnya beban pencemaran yang masuk ke lingkungan tergantung pada kegiatan yang ada disekitar lingkungan tersebut. Untuk daerah pemukiman beban pencemaran
biasanya diperhitungkan melalui kepadatan pendudukan rata-rata perorang membuang limbah. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran
industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Selain limbah cair, limbah padat sampah juga merupakan beban pencemaran yang dapat
masuk ke lingkungan baik secara langsung maupun tak langsung. Secara konvensional pengolahan limbah cair industri kelapa sawit LCPKS dilakukan
dengan sistem kolam yang terdiri dari kolam anaerobic dan aerobic dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari wulfert et al., 2000. Keuntungan dengan cara ini antara lain:
Sederhana Biaya investasi untuk peralatan rendah
Kebutuhan energi rendah
Limbah cair yang berasal dari unit sludge separator dan unit klarifikasi dialirkan ke bak penampungan bak Fat pit, kemudian limbah tersebut dipanaskan dengan menggunakan steam agar
minyak yang masih terkandung dalam air limbah mudah lepas. BOD dari fat pit ini adalah 30.000- 40.000 ppm dengan pH sekitar 4-5.Selanjutnya adalah proses anaerobic yang diakomodasikan dalam
bak dengan kedalaman sekitar 3-4 meter. Bak anaerobic ini merupakan bak terbuka dan dikatakan berproses anaerobic karena kedalaman baknya yang sampai 4 meter. Kualitas BOD dari air limbah
yang keluar dari proses anaerobic ini sekitar 3000 ppm dengan pH antara 5-6. Proses terakhir adalah aerobic yang diakomodasikan dalam bak. Proses aerobic dianggap dapat terlaksana hanya dengan
kontak udara di permukaan kolam, tanpa aerator atau blower. BOD limbah yang keluar dari unit ini sekitar 200-230 ppm dengan pH sekitar 7. Contoh diagram alir proses pengolahan limbah dapat dilihat
dalam gambar 30.
59 Gambar 30. Contoh diagram alir pengolahan limbah
4.4.2.1.3. Limbah udara dan kebisingan