1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Produksi minyak sawit kasar CPOcrude palm oil Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2010 yaitu 16,07 juta ton
pada tahun 2006, 17,42 juta ton pada tahun 2007, 19,40 juta ton pada tahun 2008, 21,00 juta ton pada tahun 2009 serta 22,10 juta ton pada tahun 2010 Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2010.
Nilai rata-rata konsumsi minyak dan lemak di dunia dari tahun 2007-2012 didominasi oleh minyak berbasis sawit yaitu sekitar 22,5. Minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan minyak
nabati yang lainnya. Salah satu keunggulannya adalah kandungan karotenoid sebagai provitamin A yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu perkebunan di Indonesia yang mempunyai
tanaman kelapa sawit dengan kadar karoten tinggi adalah PT Perkebunan Nusantara XIII yang terletak di Kalimantan Barat. Kandungan karoten dari varietas sawit yang dimiliki PTPN XIII berkisar antara
2000-4000 ppm. Masalah kekurangan vitamin A masih menjadi masalah gizi yang serius di seluruh dunia
termasuk Indonesia.Tingkat prevalensi kurang zat gizi mikro di Indonesia sebesar 50-60 persen, dengan 9 persen angka kematian anak dan 13 persen kematian ibu disebabkan karena kekurangan
vitamin A. Bahkan, data tahun 2004 menunjukkan 10 juta anak balita di Indonesia kurang vitamin A Mikail, 2011.
Upaya untuk menanggulangi kekurangan vitamin A telah dilakukan diantaranya adalah dengan fortifikasi minyak goreng bervitamin. Tetapi , vitamin A yang digunakan dalam fortifikasi
diimpor dari luar negeri. Di Indonesia, proses pemurnian CPO yang dilakukan selama ini dalam pengolahan minyak goreng terjadi perusakan karotenoid terutama dalam proses bleaching. Dengan
adanya kebijakan fortifikasi minyak goreng bervitamin, produsen harus menambahkan vitamin A sintetik ke dalam minyak goreng setelah penghilangan karoten selama proses pemurnian. Hal tersebut
terkesan sebagai suatu pemborosan, oleh karena itu dilakukan pengembangan minyak sawit sebagai sumber karoten atau provitamin A dalam bentuk minyak sawit merah atau minyak makan merah Red
Palm Oil .
Minyak hasil pemurnian CPO dengan penyederhanaan proses dan kaya karotenoid dikenal dengan minyak sawit merah. Karotenoid yang paling umum dijumpai sebagai pigmen dan sumber
vitamin A adalah betakaroten. Betakaroten memiliki fungsi antara lain untuk mencegah kebutaan dan sebagai antioksidan Jatmika dan Guritno, 1997. Minyak sawit merah belum dikenal luas di
Indonesia, padahal produk ini memiliki nilai kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu rendahnya tingkat kesehatan karena kurangnya konsumsi pangan yang mengandung vitamin A dan
vitamin E merupakan alasan penting minyak sawit merah diproduksi. Pengolahan minyak sawit merah dan produk turunannya perlu dilakukan dalam skala industri
untuk memenuhi permintaan pasar. Teknologi pengolahan minyak sawit merah sudah dikuasai dengan baik sehingga untuk pengolahan minyak sawit merah dan produk turunannya pada skala industri perlu
dilakukan kajian tekno ekonomi. Kajian ini dilakukan pada beberapa aspek pendirian industri yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen, lingkungan dan legalitas, finansial
serta aspek valuasi dan komersialisasi teknologi.
2
1.2. Tujuan