Perancangan Tata Letak ANALISIS TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

43 2. Tenaga listrik dan air terpenuhi dengan baik dilokasi ini 3. Fasilitas transportasi dilokasi ini baik 4. Pemberdayaan masyarakat sekitar 5. Adanya industri ini diharapkan dapat membantu pengembangan daerah Tandan buah segar kelapa sawit harus segera diproses agar tidak terjadi kerusakan akibat peningkatan asam lemak bebas. Karena itu industri pengolahan industri pengolahan harus dekat dengan sumber bahan baku. Kedekatan lokasi industri dengan bahan lokasi bahan baku juga akan menghemat biaya transportasi pengangkutan bahan baku menuju industri, sehingga efisiensi biaya transportasi dapat dilakukan. Efisiensi ini tentunya akan berpengaruh pada biaya produksi yang lebih rendah. Tenaga listrik sudah tersalurkan dengan baik, begitu juga dengan suplai air yang nantinya digunakan dalam proses produksi. Dengan adanya industri ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi penggangguran.

4.2.7. Perancangan Tata Letak

Desain tata letak sangat diperlukan dalam rangka pendirian sebuah industri, karena hal ini berkaitan dengan penyususnan letak mesin, peralatan produksi, dan ruangan-ruangan dalam industri. Penentuan desain tata letak perlu diperhatikan karena dapat menjadi salah satu faktor yang akan membuat proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Purnomo 2004, perancangan tata letak industri yang baik dapat meminimumkan elemen-elemen biaya, seperti biaya untuk konstruksi dan instalasi, baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perawatan mesin dan biaya penyimpanan produk setengah jadi. Dalam penentuan tata letak ada dua tipe yang dapat digunakan yaitu tipe produk dan tipe proses. Industri minyak sawit merah hanya menghasilkan satu produk maka dalam penentuan tata letak digunakan tipe produk. Tata letak menggunakan tipe produkproduct layout merupakan tata letak dimana pusat-pusat kerja dan mesinperalatan disusun merupakan satu line sesuai dengan urutan operasiproses untuk menghasilkan satu jenis produk tertentu Machfud dan Yudha A., 1990. Menurut Purnomo 2004, product layout akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produksi yang kontinyu. Selain itu tujuan dari product layout pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produkasi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya. Berdasarkan diagram alir proses produksi minyak sawit merah maka dilakukan analisis keterkaitan antar aktivitas untuk menetukan tata letak industri. Salah satu alat untuk menganalisa dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas atau AR-Chart. Dalam merancang hubungan antar kegiatan maka harus dipertimbangkan faktor penting yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan. Analisis aliran bahan dilakukan untuk mendapatkan aliran bahan yang efisien dalam proses produksi minyak sawit merah. Teknik yang digunakan untuk analisis aliran bahan menurut Machfud dan Agung 1990 adalah pendekatan grafis yang mempertimbangkan faktor-faktor kondisi bahan baku atau produk, pergerakan-pergerakan yang terjadi, metode penanganan, pusat aktivitas, bangunan, lokasi termasuk sarana dan prasaran yang ada dan sumber daya manusia yang akan mengerjakannya. 44 Alat bantu yang dipakai dalam analisis aliran bahan pada proses produksi minyak sawit merah adalah bagan aliran bahan. Bagan aliran bahan dapt menjelaskan urutan penanganan bahan dari tahap awal proses sampai tahap akhir proses ketika sudah menjadi produk akhir. Bagan aliran bahan menggambarkan perlakuan – perlakuan yang dialami bahan meliputi proses operasi, transportasi, penundaan, pemeriksaan dan penyimpanan. Perancangan tata letak industri secara menyeluruh dapat diakukan dengan berpedoman pada analisis keterkaitan antar aktivitas proses yang terjadi. Analisa keterkaitan antar aktivitas adalah metode analisis pembentukan letak ruang untuk suatu aktivitas tertentu dengan mempertimbangkan keterkaitan atau inetraksinya dengan kegiatan lain pada bagian ruang yang lain. Menurut Machfud dan Agung 1990 secara garis besar kegiatan industri dapat dikelompokan dalam empat aktivitas utama, yaitu aktivitas pelayanan administrasi, aktivitas produksi, aktivitas yang berhubungan dengan personel dan aktivitas yang berhubungan dengan fasilitas fisik industri. Bagan keterkaitan antar aktivitas sangat membantu dalam mengidentifikasi dan meletakan lokasi pusat aktivitas atau departemen, menunjukan aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan atau berurutan dan memudahkan pengalokasian area aktivitas dalam industri. Bagan keterkaitan antar aktivitas dapat dibuat dalam bentuk diagram keterkaitan antar aktivitas. Pola aliran dalam ruangan yang berkaitan dengan aktivitas produksi dapat digambarkan dalam bagan tersebut. Tabel 5. Penyusunan tata letak akan berpengaruh terhadap efisiensi produksi. Kode Alasan 1 Urutan proses dan kerja 2 Penggunaan pekerja yang sama 3 Pengawasan dan keamanan 4 Efisiensi waktu 5 Keindahan, kebersihan, dan kenyamanan 6 Adanya komunikasi dan pencatatan 7 Kontak antar pekerja 8 Bising, asap, debu, atau bau. 45 1. R. Penerimaan Bahan Baku 2. R. Bahan Pembantu 3. Ruang Produksi CPO 4. R. Produksi MSM 5. R. Pengemasan 6. R. Penyimpanan Produk 7. R. Boiler dan Generator 8. Sumber Air 9. Pengelolaan Limbah 10. Laborartorium 11. Kantor 12. Mushola 13. Toilet 14. Pos Satpam 15. Parkir Area E A A O O U U O O O U X O I A A O O U U U O O U X U I A E O E E O E I O X U U E I E E O E I O X U U A O U O O O U X U U U O U O I O X O U O O O U U U U U O O U O U U U O U U O X X I O X U U I I O O I U U U U I Gambar 26. Bagan keterkaitan antar aktivitas pada industri Bagan keterkaitan antar aktivitas digunakan untuk merencanakan dan menganalisis keterkaitan antar aktivitas. Informasi yang diperoleh dari bagan tersebut kemudian diwujudkan dalam diagram keterkaitan antar aktivitas. Pada gambar di atas dapat dihitung pembobotan nilainya pada setiap hubungan keterkaitan. Penilaian di atas berdasarkan ketentuan di bawah ini: A = 3 4 = 81 E = 3 3 = 27 I = 3 2 = 9 O = 3 1 = 3 U = 3 = 1 X = 0 46 Pembobotan di atas digunakan sebagai acuan dalam perhitungan keterkaitan antar ruang. Nilai total terbesar menjadi pusat ruang aktivitas. Perhitungan nilai TCR Total Closeness Rating disajikan dalam tabel : Tabel 6. Perhitungan Nilai TCR Total Closeness Rating No Lokasi Nilai Jumlah 1 R. penerimaan BB 27 81 27 3 3 1 1 3 3 3 1 3 9 165 2 R.Bahan Pembantu 81 27 3 3 1 1 1 3 3 1 1 9 27 161 3 R. Produksi CPO 81 27 3 27 27 3 27 9 3 1 1 81 81 371 4 R. Produksi MSM 27 9 27 27 3 27 9 3 0 1 1 81 27 27 269 5 R. Pengemasan 81 3 1 3 3 3 1 0 1 1 27 27 3 3 157 6 R. Penyimpanan 1 3 1 3 9 3 0 3 1 81 9 3 3 3 123 7 R. Boiler, Genset 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 27 27 1 1 74 8 Sumber Air 1 3 1 3 1 1 1 3 3 1 27 27 1 1 73 9 Limbah 3 1 1 3 1 3 1 3 3 3 1 3 29 10 Laboratorium 9 3 1 1 3 3 3 3 3 27 27 3 3 89 11 Kantor 9 9 3 3 9 1 1 1 9 3 9 9 3 3 72 12 Mushola 9 1 1 9 3 1 3 1 3 1 3 3 1 1 40 13 Toilet 1 1 9 9 3 1 1 0 25 14 Pos Satpam 9 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 3 27 15 Parkir Area 9 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 9 9 39 Informasi yang dihasilkan dari bagan keterkaitan antar aktivitas, kemudian digunakan untuk membuat diagram keterkaitan antar aktivitas, Diagram tersebut menggunakan tamplate yang menggambarkan kegiatan yang ada. Setiap tamplate mencantumkan informasi mengenai derajat keterkaitan kegiatan tersebut dengan kegiatan lainnya. Diagram keterkaitan antar aktivitas disajikan pada gambar 27. 47 4 A 3 E 1,2,5,7,8,10 I 6,12 O 9,12 X13 R. Produksi MSM 3 A 3,4 E 57,8,10 I- O 5,6,9,10,11,14 X13 R. Produksi CPO 1 A 3 E 1, 4 1 15 O 5,6,9,10,11,14 X13 R. Bahan baku 2 A 3 E 4 1 15 O 6,7,10,11 X13 R. Bahan pembantu 5 A 6 E - I 4 O 1,2,7,9,10,11 X13 R. Pengemasan 6 A 6 E 3,4 I 4,11 O 1,2,3,8,10,12,14 X13 R. Penyimpanan produk - A- E 3,4 I- O 5,8,9,10 X R. Boiler dan genset 10 A- E 3,4 I 11 O 1,2,5,6,7,8,9,12 X13 R. Laboratorium A- E- I 3,4,6,10,12, 13 O 1,2,5,14,15 X Kantor A- E- I 11,13 O 3,4,6,8,10 X Mushola A- E- I 11, 12 O 9 X Toilet 1,2,3,4,5,6,9 A- E- I 15 O 1,6,11 X9 Pos Satpam 14 A- E- I 1,2,14 O 11 X9 Parkir Area 15 7 11 12 13 - A- E3,4 I- O 7,8,10,12 X 8 Sumber Air - A- E- I- O 1,3,4,5,7,10,13 X14,15 9 Pengolahan Limbah Gambar 27. Diagram keterkaitan antar aktivitas Setelah membuat diagram keterkaitan antar aktivitas, langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruang. Luas ruang dihitung dari perkiraan luas ruang yang dibutuhkan oleh mesin dan peralatan industri, luas ruang yang dibutuhkan oleh operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruang-ruang lain. Kebutuhan luas ruang disajikan pada Tabel 7. 48 Tabel. 7. Kebutuhan ruang produksi industri No Nama ruang Jumlah mesin Panjang m Lebar m Luas m 2 Total x 150 kelonggaran luas m 2 1 Gudang bahan baku - 90 135 2 Gudang bahan pembantu - 30 45 3 Gudang produk jadi - 60 90 4 Ruang proses produksi CPO Loading ramp 25 12 300 450 Perebusan 25 25 625 937,5 Penebahan 30 15 450 675 Pelumatan dan Ekastraksi 15 22,5 337,5 506,25 Klarifikasi minyak dan Pemisahan sludge 22,5 15 337,5 506,25 Pengolahan biji 22,5 15 337,5 506,25 5 Ruang proses produksi MSM Pemurnian CPO menjadi MSMDegumming, Refining, Deodorizing, Fractination 15 14 210 315 6 Ruang pengemasan 50 75 Total 4241,25 Tabel 8. Kebutuhan ruang industri industri NO Keterangan Sub total m 2 1 Ruang produksi 4241,25 2 Ruang non produksi - 3 Kantor 50 4 Laboratoriun 20 5 IPAL 1500 6 Mushola dan toilet 30 7 water treatment 150 8 Boiler dan genset 150 9 Lain-lain Pos satpam 8 parkir dan jalan 100 Total 6249,25 Untuk kebutuhan ruang produksi disediakan kelonggaran 150 untuk kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai kebutuhan. Berdasarkan perhitungan tabel di atas luas ruang yang dibutuhkan untuk pendirian industri sebesar 6249,25 m 2 . Tahap berikutnya dalam proses perancangan tata letak adalah menentukan alokasi area. Alokasi area merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan hasil analisa aliran bahan, keterkaitan 49 antar kegiatan dan kebutuhan luasan ruang. Hasil dari proses alokasi area ini adalah diagram alokasi area atau diagram hubungan antar ruang. Alokasi area tersebut dapat dilihat pada Gambar 28. 45.3 in. x 31.5 in. P AR KIR A R EA KANTOR MUSHOLA PENGOLAHAN LIMBAH SUMBER AIR LABORATORIUM PRODUKSI MSM PRODUKSI CPO RUANG BAHAN PEMBANTU RUANG BAHAN BAKU RUANG PENGEMASAN RUANG PENYIMPANAN PRODUK RUANG BOILER DAN GENSET Gambar 28. Layout Industri Minyak Sawit Merah 50

4.3. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI

4.3.1. Kebutuhan Tenaga Kerja

Analisis kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek. Proses produksi minyak sawit merah hampir sebagian besar dilakukan oleh mesin, namun dalam pelaksanaan proses produksi tetap dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan produksi yang membutuhkan campur tangan manusia secara langsung. Selain itu, tenaga kerja juga dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas di luar produksi seperti kegiatan administrasi, kegiatan pemasaran, kegiatan distribusi dan transportasi, serta kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja yang dipakai dalam industri ini terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi, sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses produksi. Industri minyak sawit merah merupakan perusahaan yang benar-benar baru didirikan sehingga kebutuhan akan sumber daya merupakan hal yang sangat penting. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri minyak sawit merah terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. Tenaga kerja langsung terdiri dari operator produksi, laboran, dan pekerja industri. Sedangkan tenaga kerja tak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja tak langsung terdiri dari manager, kepala industri, dan staff kantor. Jam kerja untuk operator dan pekerja industri terdiri dari 3 shift yaitu shift pertama dari jam 07.00-15.00, shift kedua jam 15.00-23.00 dan shift ketiga dari jam 23.00 sampai 07.00. Selain operator produksi dan pekerja industri, jam kerja diberlakukan dari jam 08.00-17.00. Adapun kualifikasi pekerjaan dan jabatan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Tabulasi Kebutuhan Tenaga Kerja No Jabatan Kualifikasi pendidikan minimal Jumlah 1 Manager Industri S1, S2 Berpengalaman 1 2 Kepala Industri S1 Teknik Industri 1 3 Staff Pemasaran S1 Marketing, Teknik Industri 2 4 Staf HRD S1 Psikologi 1 5 Staf Keuangan dan Administrasi S1 Manajemen, Ekonomi, Akutansi 2 6 Operator Produksi D3 Teknik Mesin, SMUSTM 3 7 Teknisi IPAL S1 Teknik Lingkungan 1 8 Staff PPIC S1 Teknik Industri 1 9 Staff Warehouse D3 Teknik Industri 1 10 RD QCQA S1 Teknik Industri, Kimia 1 11 Laboran D3 Kimia, Teknik Industri 1 12 Pekerja Industri Sekolah Menengah 17 13 SecuritySatpam Sekolah Menengah 1 14 Sopir Sekolah Menengah 2