64 keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja, dan angsuran pinjaman. Rincian proyeksi arus kas
disajikan dalam Lampiran 13 dan 14.
4.5.8. Break Even Point BEP
Titik impas atau Break Even Point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang
sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Break Even Point juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa jumlah minimal produk yang harus diproduksi dan harga terendah yang
harus ditetapkan agar peusahaan tidak mengalami kerugian. Berdasarkan hasil analisis BEP, menunjukan bahwa industri minyak sawit merah harus memproduk siminyak merah minimum
1.529.712 Ltahun dan harga terendah Rp 4.273L.
4.5.9. Kriteria
Kelayakan
Investasi
Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Pay Back Period PBP. Untuk menentukan
layak atau tidaknya suatu proyek tersebut untuk didanai, maka diperlukan metode yang memperhitungkan pula berubahnya nilai uang terhadap waktu atau factor diskonto. Hal ini
dikarenakan factor diskonto merupakan suatu teknik, dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang
Gittinger, 1986.
4.5.9.1. Net Present Value
Merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukan besarnya penerimaan bersih setelah
dikalikan dengan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan metode NPV, suatu investasi dikatakan layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar jika nilainya dibandingkan dengan
0. Berdasarkan hasil perhitungan nilai NPV pada industri minyak sawit merah menunjukan angka sebesar Rp 32.380.961.201,97. Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai NPV industri minyak sawit
merah lebih besar dari 0, hal ini menunjukan bahwa industri minyak sawit merah layak untuk didirikan.
4.5.9.2. Internal Rate of Return IRR
Menurut Gray et al. 1993, Internal Rate of Return IRR adalah discount pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menetukan layak atau tidaknya suatu proyek
dilaksanakan maka sebagai acuan dasar pembanding adalah discount factor yaitu ditetapkan sebesar 12 persen. Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku maka proyek
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila IRR lebih kecil nilainya dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku maka proyek tidak kayak untuk dilaksanakan. Hasil analisis menunjukan
bahwa nilai IRR adalah 36. Jika dibandingkan dengan nilai discount factor yang digunakan maka nilai IRR lebih besar, hal ini menunjukan bahwa industri minyak sawit merah layak untuk didirikan.
4.5.9.3. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net benefit cost ratio yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value
dari net benefit yang bernilai positif dengan present value dari net benefit yang bernilai negative.
65 Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net BC nya lebih besar atau sama dengan
satu. Dari hasil peritungan Net BC kegiatan investasi produksi minyak sawit merah diperoleh sebesar 2,66. berdasarkan nilai tersebut maka industri minyak sawit merah layak untuk didirikan.
4.5.9.4. Payback Period PBP