Karakteristik Tepung Rekayasa Mesin Pencetak Bulir Beras Simulasi Dengan Bahan Baku Tepung Nonpadi

digunakan sebagai ciri penentu mutu tanak ialah kadar amilosa, uji alkali menduga suhu gelatinisasi, kemampuan pengikatan air pada suhu 70 o C, stabilitas pengalengan nasi parboiling, sifat amilografi dan pemanjangan biji selama pemasakan Haryadi 2008. Mutu rasa mempunyai kaitan langsung dengan selera dan tingkat kesukaaan konsumen Juliano 1994 dalam Haryadi 2008. Di dalam menentukan mutu rasa, konsumen mengenal nasi pera dan nasi pulen. Pengujian mutu rasa dilakukan secara subyektif dengan uji indrawi yang meliputi kepulenen, aroma, warna dan rasa nasi serta dengan uji objektif untuk menentukan nilai kekerasan dan kelekatan nasi Haryadi 2008. Sifat fisikokimia beras giling akan menentukan mutu tanak dan rasa nasi Haryadi 2008. Beberapa sifat fisikokimia beras meliputi kadar amilosa, kadar protein, suhu gelatinisasi, konsitensi gel dan nisbah pemanjangan biji Haryadi 2008. Kandungan pati dalam beras 80 yang tersusun dari amilosa dan amilopektin sangat menentukan mutu tanak dan rasa nasi. Semakin tinggi kandungan amilosa akan semakin kurang lekat dan semakin keras. Jika seluruh patinya terdiri dari amilopektin seperti pada beras ketan tidak mengandung amilosa maka apabila ditanak akan bersifat sangat lengket, lunak, basah, mengkilat, padat, kurang menyerap air dan kurang mengambang. Kadar amilosa pada beras tegantung dari varietasnya, namun secara umum terbagi dalam amilosa rendah 20, sedang 20-25, agak tinggi 25-27 dan tinggi 27 Haryadi 2008. Sebagian terbesar kelompok nasi enak mempunyai kadar amilosa rendah sampai sedang 25, sebaliknya nasi yang kurang enak sebagian besar mempunyai kadar amilosa tinggi 25 Haryadi 2008. Kadar protein di dalam beras 7 menentukan mutu gizi beras, mutu tanak nasi dan lama waktu tanak. Semakin tinggi kadar protein maka membutuhkan air lebih banyak dan waktu tanak yang lebih lama Haryadi 2008. Kandungan protein yang makin tinggi juga menyebabkan beras giling dan pati menjadi lebih keras terutama beras yang mengandung protein lebih dari 8 Haryadi 2008. Sifat fisikokima beras giling beberapa varietas padi disajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Sifat fisikokimia beras giling beberapa varietas padi Varietas padi Kadar amilosa Kadar protein Suhu gelati- nisasi o C Konsistensi gel mm Nisbah pemanjangan biji Bulu Rojolele 22.0 10.2 69.0 79.3 1.5 Cendrawati 24.5 5.0 68.3 66.5 1.7 Harawabaru 24.3 6.3 68.0 74.0 1.6 Wulung 24.0 7.3 67.5 47.5 1.6 Kewal 24.3 6.5 67.5 56.0 1.3 Cera lokal Angkong 23.4 9.2 72.0 63.0 1.4 Rendah Padan 27.5 6.1 74.3 35.0 1.4 Gadis Jambe 19.9 10.5 72.0 70.5 1.3 Sarimahi 23.0 9.7 72.0 44.0 1.3 Gadis Ciamis 20.3 10.7 72.0 50.0 1.3 VUTW Indonesia Serayu 26.1 9.8 78.0 63.8 1.4 Citarum 24.5 8.0 68.1 50.5 1.4 Cisadane 21.2 8.5 71.3 64.3 1.5 Semeru 25.4 8.6 66.0 65.5 1.6 B2761MR25732 21.9 8.3 74.4 74.7 1.4 Sumber : Damardjati dan Purwani 1991 dalam Haryadi 2008 Hasil pengujian perpanjangan biji selama penanakan dari beberapa beras Indonesia menunjukkan kisaran yang tidak begitu mencolok perbedaannya yaitu 1.3-1.7. Nisbah pemanjangan biji bukan merupakan persyaratan yang diminta oleh konsumen di Indonesia, tidak seperti sifat pemekaran nasi yang dipengaruhi oleh kadar amilosa Haryadi 2008. Mutu penerimaan nasi untuk beberapa varietas padi di Indonesia yang meliputi kekerasan kg dan kelekatan g cm, rasa, kepulenan dan aroma disajikan pada Tabel 2.6. Parameter kekerasan dan kelekatan diuji menggunakan alat Instron. Sedangkan rasa, kepulenan dan aroma menggunakan uji indrawi Damardjati 1983 dalam Haryadi 2008.

2.6 Optimasi

Proses optimasi bertujuan untuk memperoleh nilai yang paling mendekati sifat fisikokimia seperti beras yang disusun dari aneka sumber karbohidrat nonpadi. Menurut Siringoringo 2005, pemrograman linier PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan. Bentuk umum pemrograman linier untuk menyusun formula bahan SRG pada persamaan 1 sampai dengan 4. Fungsi tujuan: Meminimumkan z = c 1 x 1 + c 2 x 2 + ... + c n x n 1