Sifat Fisikokimia Sumber Karbohidrat dalam Perancangan Mesin

pinalti dengan fungsi tujuan kadar protein dan derajat warna yang lebih besar serta kadar amilosa yang lebih kecil dari tepung beras varietas Ciherang. Semakin besar pemberian bobot pinalti pada fungsi tujuan akan semakin menjauh dari titik optimum sehingga terjadi perbedaan antara nilai sifat fisikokimia yang diinginkan dengan nilai keputusan yang diambil. Penelitian ini menunjukkan apabila bobot pinalti amilosa dibuat lebih kecil daripada bobot pinalti protein dan derajat warna maka nilai optimum yang diperoleh adalah kadar protein mencapai 6.22, amilosa 22.52 dan derajat warna 68.59. Jika ketentuan bobot pinalti itu tidak terpenuhi maka akan dihasilkan nilai yang tidak optimum dengan kadar protein 2.31, amilosa 27.86 dan derajat warna 79.35. Penentuan bobot pinalti ini telah memperlihatkan prioritas pendekatan protein dan kadar amilosa lebih diutamakan daripada pendekatan derajat warna. Penelitian ini telah memberikan cara penyelesaian optimasi penyusunan formula bahan SRG dengan GLP untuk fungsi tujuan dan prioritas sifat fisikokimia yang diinginkan dalam penelitian ini mengambil contoh varietas Ciherang, kedepan cara penyelesaian ini dapat diaplikasikan untuk menghasilkan bulir fungsional seperti bulir dengan kandungan indeks glikemik tertentu atau bulir yang diperkaya bagi tujuan tertentu , tujuan ini akan mudah untuk dicapai apabila data base sifat fsikokimia bahan penyusun dapat diperluas dari segi target bulir yang ingin dihasilkan atau dari segi ketersediaan aneka sumber karbohidrat nonpadi yang dimiliki pada daerah tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk menghasilkan bulir yang berbeda dari suatu daerah ke daerah lainya di tanah air sesuai dengan keanekaragaman sumber karbohidrat yang dimiliki.

6.4 Optimasi Proses Pencetakan Bulir Mesin Pencetak SRG

Pengaturan sudut luncur, rasio pemadatan dan lama cetak memungkinkan untuk memvariasikan perlakuan untuk dilihat responnya terhadap massa jenis kamba, kekerasan, water uptake, rasio LB dan derajat kecerahan bulir. Perlakuan pengoperasian mesin pencetak SRG meliputi kadar air bahan, rasio pemadatan dan lama cetak. Kadar air maksimum bahan sehingga dapat diumpankan dan meluncur dengan baik adalah 16 bk. Berdasarkan nilai tersebut maka eksperimen dilakukan pada 12, 14 dan 16. Perlakuan rasio pemadatan bahan pada ruang cetak adalah 1.9 bahan setinggi 4.18 mm dipadatkan menjadi 2.2, 2.1 bahan setinggi 4.62 mm dipadatkan menjadi 2.2 mm dan 2.3 bahan setinggi 5.06 mm dipadatkan menjadi 5.06. Perlakuan yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap water uptake p0.10 dan rasio LB p0.05 serta tidak berpengaruh signifikan terhadap massa jenis kamba, kekerasan dan derajat kecerahan bulir. Perlakuan yang tidak mempengaruhi massa jenis kamba bulir secara tidak signifikan ini menunjukkan terjadinya perbedaan dimensi bulir pada perlakuan yang mengakibatkan kerapatan bulir berubah sehingga massa per satuan volume bulir menjadi tidak berubah. Kekerasan bulir tidak dipengaruhi oleh perlakuan walaupun keterwakilan data cukup siginfikan. Hal ini menunjukkan perlakuan belum menghasilkan ikatan yang kuat antar partikel, kekerasan bulir yang tidak signifkan dan masih terlalu rendah antar perlakuan persamaan untuk prediksi menjadi tidak tepat. Kondisi dimana derajat kecerahan bulir tidak dipengaruhi oleh perlakuan menunjukkan bahwa tidak terjadi proses perubahan warna pada bulir yang dihasilkan selama proses pencetakan bulir dengan mesin SRG. Water uptake dipengaruhi oleh kadar air bahan saat bahan dicetak, lama tekan dan rasio pemadatan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bulir untuk menyerap air ditentukan oleh kadar air bahan saat dicetak, lama tekan dan rasio pemadatan yang diberikan. Rasio LB dipengaruhi secara signifikan oleh lama tekan, rasio pemadatan dan kadar air bahan. Hal ini dikarenakan panjang bulir relatif tetap sesuai ukuran panjang ruang cetak sehingga ketebalan bulir sangat ditentukan oleh perlakuan. Berdasarkan validasi model menggunakan MAPE dapat diketahui bahwa model mampu menghasilkan nilai yang sangat tepat MAPE5, kecuali pada kekerasan bulir Dengan demikian model dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat bulir pada beberapa variasi perlakuan. Perbandingan sifat bulir hasil pencetakan dan beras Ciherang dapat dijadikan sebagai acuan Tabel 6.2. Tabel 6.2 Sifat bulir beras hasil prediksi dan varietas Ciherang Sifat bulir Hasil prediksi dengan model a Beras Ciherang Massa jenis kamba kgm 3 672.9 780 Kekerasan bulir N 0.947 62.6 Water uptake gg 2.31 2 Rasio LB 3.39 3.2 Derajat Kecerahan 75.36 73.82 Berdasarkan target sifat beras Ciherang pada lama tekan 5 detik, rasio pemadatan 2.3 dan kadar air bahan 15.8 . 7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Sifat fisik beras dan aneka sumber karbohidrat nonpadi dijadikan sebagai dasar untuk memenuhi kriteria desain mesin pencetak SRG dan koefisien dalam penyusunan formula SRG.. 2. Metode Goal linear programming dapat diaplikasikan dalam proses optimasi penyusunan formula SRG yang dapat memprediksi sifat fisikokimia bulir yang diinginkan dan dijadikan alternatif cara menyusun formula bahan baku untuk dijadikan bulir seperti beras. 3. Formulasi bahan penyusun SRG yang mendekati sifat fisiko-kimia beras Ciherang tersusun dari 30 pati garut, 42 tepung talas beneng dan 28 tepung sorgum.