45 8
Café minuman, yang dikategorikan dalam lembaga café minuman adalah responden café minuman atau rumah makan yang menjual jus markisa
langsung kepada pengunjung café. Selain delapan lembaga tataniaga tersebut masih terdapat pelaku tataniaga
yang berperan dalam memperlancar proses tataniaga yaitu “tukang kilo”. “Tukang kilo” merupakan pemilik alat timbangan yang menyediakan jasa
penimbangan produk pertanian buah markisa ungu kepada petani markisa. “Tukang kilo” yang berada di Pasar Tigapanah dan Pasar Bawah Berastagi tidak
menetapkan tarif tertentu dalam biaya penimbangan tetapi menerima balas jasa t
ergantung keinginan petani. “Tukang kilo” juga berperan sebagai sumber informasi harga komoditas pertanian yang sedang berlaku di pasar khususnya bagi
petani. Analisis fungsi-fungsi tataniaga memperlihatkan aktivitas yang dilakukan
oleh masing-masing lembaga tataniaga termasuk petani dalam menyalurkan buah markisa. Fungsi tataniaga diperlukan dalam proses tataniaga untuk memperlancar
pendistribusian markisa dari setiap lembaga yang terlibat. Secara garis besar fungsi-fungsi tataniaga terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitas. Tabel 9 menampilkan ringkasan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga.
6.1.1. Petani
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani markisa di Desa Seberaya meliputi fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa
pengangkutan dan pengemasan serta fungsi fasilitas berupa sortasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar.
a. Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran yang dilakukan petani adalah fungsi penjualan. Penjualan buah markisa kepada pedagang pengumpul, grosir dan pedagang
pengecer dilakukan di pasar kecamatan yaitu Pasar Tigapanah dan Pasar Berastagi sering disebut pajak bawah berastagi. Penjualan buah markisa kepada pabrik
pengolah dan café minuman dilakukan di lokasi pabrik pengolah dan lokasi café minuman. Petani yang menjual buah markisa kepada pedagang pengumpul,
46 grosir, pabrik pengolah dan café minuman pada umumnya menjual kepada
langganannya masing-masing dengan periode sekali dalam seminggu.
Tabel 9. Lembaga, Fungsi dan Aktivitas Tataniaga Markisa Ungu
No .
Lembaga Tataniaga
Fungsi Tataniaga
Aktivitas
1 Petani
Pertukaran Penjualan
Fisik Pengangkutan angkutan desa; pengemasan
karung goni Fasilitas
Sortasi; pembiayaan; penanggungan risiko; informasi pasar
2 Pedagang
Pengumpul Perkoper
Pertukaran Pembelian, penjualan
Fisik Pengangkutan sorong
Fasilitas Pembiayaan, informasi pasar
3 Grosir
Pertukaran Pembelian; penjualan
Fisik Pengemasan karung goni; pengangkutan
sorong, mobil pick-up Fasilitas
Sortasi kelas A dan B; pembiayaan; penanggungan risiko; informasi pasar
4 Pabrik
Pengolah Pertukaran
Pembelian; penjualan Fisik
Pengolahan sirup markisa; pengemasan sirup dalam botol, kardus; pengangkutan
mobil pick-up dan box
Fasilitas Sortasi; pembiayaan; penanggungan risiko;
informasi pasar 5
Pedagang Antar Kota
Pertukaran Pembelian; penjualan
Fisik Pengemasan
karung goni,
keranjang bambu; pengangkutan mobil pick-up
Fasilitas Pembiayaan;
penanggungan risiko;
informasi pasar 6
Pedagang Pengecer
Pertukaran Pembelian; penjualan
Fisik Pengemasan
kantong plastik;
pengangkutan sorong; penyimpanan Fasilitas
Pembiayaan; penanggungan
risiko; informasi pasar
7 Toko
Minuman Pertukaran
Pembelian; penjualan Fisik
Penyimpanan Fasilitas
Pembiayaan; informasi pasar 8
Café Minuman
Pertukaran Pembelian; penjualan
Fisik Pengolahan jus markisa; penyimpanan
Fasilitas Pembiayaan; penanggungan risiko dan
informasi pasar
Alasan setiap petani menjual secara berlangganan kepada suatu lembaga tertentu berbeda-beda. Petani yang menjual secara langganan kepada pedagang
47 pengumpul karena alasan kemudahan sedangkan yang berlangganan kepada grosir
dan pedagang pengecer karena harga jual yang lebih tinggi. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga kepada petani secara tunai.
Penentuan harga jual markisa antara petani dengan masing-masing lembaga tataniaga berdasarkan harga pasar dan tawar-menawar. Lembaga tataniaga yang
paling berperan dalam menentukan harga pasaran markisa adalah pabrik pengolah dan grosir.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani markisa meliputi fungsi pemanenan, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Fungsi pemanenan
markisa dilakukan setiap hari dengan mengumpulkan buah markisa yang telah masak dan terjatuh ke tanah. Buah markisa tersebut kemudian disimpan dalam
wadah tertentu seperti karung goni atau ember. Beberapa petani menguburkan buah markisa beserta wadahnya ke dalam tanah untuk menjaga agar buah markisa
tidak berkerut dan berkurang bobotnya. Buah markisa yang telah dikumpulkan dan disimpan tersebut kemudian dijual sekali dalam seminggu. Transaksi petani
markisa dengan pedagang berlangsung setiap hari kecuali hari Minggu. Buah markisa dikemas dalam karung goni dan selanjutnya diangkut dari Desa Seberaya
dengan menggunakan angkutan pedesaan atau mobil pick-up dan sepeda motor yang dimiliki oleh petani.
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan petani meliputi fungsi sortasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Pada saat pemanenan di kebun dan
pada saat akan menjual buah markisa maka petani akan melakukan sortasi. Petani yang mempunyai produksi buah markisa diatas produksi rata-rata dibantu oleh
tenaga kerja harian untuk melakukan pemanenan dan penyortiran. Sortasi yang dilakukan bertujuan untuk memisahkan antara buah yang layak atau tidak layak
untuk dijual. Buah yang tidak layak dijual adalah buah yang terlalu kecil, warna kulit masih hijau, busuk, pecah atau kulit buah sudah sangat mengerut atau
menyusut. Petani tidak melakukan sortasi buah markisa berdasarkan ukuran kecil, sedang atau besar tetapi mencampur dalam satu kemasan. Sebagian petani
menyortir buah berukuran besar dan kecil dengan tujuan buah kecil ditempatkan
48 di bagian bawah kemasan lalu ditutupi dengan buah berukuran besar. Tujuan
petani yang melakukan cara tersebut yaitu untuk mempermudah sewaktu menawarkan atau menjual dan mendapatkan harga yang lebih baik.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani adalah penyediaan modal untuk kegiatan produksi dan pemasaran. Biaya produksi yang dikeluarkan petani
digunakan untuk pembayaran upah tenaga kerja dan penyediaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida, insektisida, pucuk pohon bambu dan alat-alat pertanian.
Biaya pemasaran yang ditanggung oleh petani adalah biaya tenaga kerja, biaya kemasan berupa karung goni dan biaya transportasi. Petani yang menjual markisa
ke pasar kecamatan akan membayar biaya penimbangan kepada tukang kilo. Rata-rata setiap petani responden yang menjual buah markisa ungu kepada pabrik
pengolah menanggung biaya pemasaran Rp 290kg, kepada pedagang pengumpul Rp 160kg, kepada grosir Rp 200kg, kepada pedagang pengecer Rp 310kg dan
kepada café minuman Rp 600kg. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi petani yaitu risiko penurunan
harga dan kerusakan buah atau pemotongan bobot markisa oleh pabrik pengolah dan pedagang pengecer karena menilai kualitas buah markisa kurang baik.
Pemotongan bobot markisa bervariasi mulai dari satu hingga lima persen dari total bobot markisa yang dijual oleh petani. Risiko yang dihadapi oleh petani tersebut
akan mengurangi pendapatan yang diterima dari hasil perjualan buah markisa. Informasi pasar yang dimiliki oleh petani masih terbatas hanya pada persediaan
pasokan markisa di kebun yang dimilikinya sementara untuk informasi harga jual buah markisa petani masih sangat bergantung kepada tukang kilo. Petani juga
bertukar informasi dengan pembeli buah markisa dan diantara sesama petani markisa.
6.1.2. Pedagang Pengumpul Perkoper