Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Karakteristik Umum Usahatani Markisa

37

5.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk Desa Seberaya pada tahun 2010 adalah 2.896 orang yang terdiri dari 1.416 orang laki-laki, 1.480 orang perempuan dan 861 kepala keluarga. Penduduk di Desa Seberaya yang termasuk usia produktif 1.738 orang yang terdiri dari 850 orang laki-laki dan 888 orang perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Seberaya sudah mencukupi khususnya tenaga kerja di bidang pertanian. Mata pencaharian utama penduduk di Desa Seberaya adalah sebagai petani yaitu 800 kepala keluarga 93 persen dan lainnya berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh, tukang dan sopir. Tanaman yang paling dominan diusahakan oleh petani di desa ini adalah jeruk siam madu dengan luas tanam 500 hektar atau 25 persen dari luas wilayah desa Depari 2010. Di Desa Seberaya terdapat empat gudang penyimpanan jeruk yang dimiliki oleh pedagang setempat dan satu gedung pertemuan desa disebut jambur sebagai tempat pesta perkawinan, upacara kematian dan upacara syukuran penduduk desa kerja tahun .

5.4. Karakteristik Umum Usahatani Markisa

Kabupaten Karo merupakan sentra produksi markisa di Provinsi Sumatera Utara. Jenis tanaman markisa yang dibudidayakan di wilayah ini adalah markisa ungu Passiflora edulis. Pada awalnya tanaman ini tumbuh secara liar di hutan dan ladang milik petani dan buahnya diambil untuk konsumsi sendiri. Setelah itu banyak petani mencoba mengusahakan markisa ungu karena buah markisa ungu digemari dan mempunyai nilai ekonomi. Diawal perkembangannya tanaman markisa ungu dipasarkan di pasar lokal sebagai buah segar. Kemudian di daerah ini berdiri pabrik pengolahan markisa yang mengolah buah segar menjadi sirup markisa. Markisa ungu yang dihasilkan di wilayah ini biasanya dikenal dengan markisa berastagi. Markisa berastagi sekarang ini dipasarkan dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk sirup markisa. Markisa berastagi menjadi oleh-oleh khas bagi pengunjung atau penduduk dari daerah ini pada khususnya maupun pengunjung dari Sumatera Utara pada umumnya. Tanaman markisa ungu diusahakan oleh petani di enam kecamatan yaitu Kecamatan Tigapanah, Barusjahe, Kabanjahe, Simpang Empat, Berastagi dan Merek. Luas tanaman 38 markisa ungu di Kabupaten Karo pada tahun 2009 mencapai 924 hektar dengan rata-rata produktifitas 89,81 kuintal per hektar satu hektar ditanami 500 pohon markisa BPS Karo 2010. Pengembangan usahatani markisa ungu di Kabupaten Karo mengalami pasang surut. Sekitar dekade 1980-an hingga pertengahan dekade 1990-an, tanaman markisa ungu banyak diusahakan oleh petani sebagai tanaman utama. Namun pada akhir dekade 1990-an hingga pertengahan dekade 2000-an usahatani markisa ungu mulai merosot karena digantikan oleh tanaman lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi yaitu jeruk siam. Selama lima tahun terakhir ini, jeruk siam menghadapi masalah yang komplek seperti penyakit lalat buah dan harga yang semakin rendah khususnya pada saat musim panen. Sejak tahun 2004 negara Singapura sebagai salah satu pasar utama menolak buah jeruk yang berasal dari Kabupaten Karo karena diissukan mengandung pestisida yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut petani jeruk, biaya produksi seperti biaya untuk pembelian pupuk, pestisida, fungisida dan biaya tenaga kerja tidak dapat ditutupi oleh hasil penjualan panen jeruk. Oleh karena itu, banyak petani yang semakin tidak termotivasi dalam merawat atau memelihara tanaman jeruk yang dimiliki. Beberapa upaya memang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam mengatasi permasalahan jeruk. Misalnya, beberapa petani mulai memagari lahan jeruk yang dimiliki dengan jaring-jaring yang berpori sangat kecil berbentuk kasa sehingga tidak dapat ditembus oleh lalat buah. Selain itu, pada tanaman jeruk yang sudah dipagari kemudian dipasang perangkap lalat buah. Peneliti dari BATAN Badan Teknologi Atom dan Nuklir juga melakukan percobaan di lahan jeruk yang sudah dipagari dengan menyebarkan lalat buah yang sudah dimandulkan. Hasil yang diharapkan adalah lalat buah yang mandul melakukan perkawinan dengan lalat buah yang sudah ada di tanaman jeruk dan menghasilkan keturunan lalat buah yang tidak fertil sehingga populasi lalat buah dapat semakin berkurang. Untuk mengatasi permasalahan pemasaran sudah dibentuk Masyarakat Jeruk Indonesia MJI Komisariat Sumatera Utara yang diharapkan dapat memperbanyak atau memperluas pasar jeruk siam dari Kabupaten Karo. 39 Beberapa upaya yang telah dilakukan belum memberikan hasil yang signifikan dalam mengatasi permasalahan jeruk siam Tanah Karo. Banyak petani jeruk yang mulai beralih untuk mengusahakan tanaman lain. Pada lahan yang sudah ditanami jeruk ditanami berbagai macam tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran, jagung, cabai, kentang, markisa, ubi jalar dan tanaman keras seperti kopi. Oleh karena itu lahan yang semula dengan tanaman utama jeruk siam telah beralih menjadi lahan dengan tanaman tumpang sari. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian petani yang memiliki tanaman jeruk yang sudah tua dan kurang terawat melakukan peremajaan dengan menebang tanaman jeruk berumur tua dan meninggalkan pangkal atau batang bawah sekitar 20 cm dari tanah. Melalui pangkal yang masih tersisa tersebut kemudian muncul tunas-tunas baru yang beberapa tunas dirawat dengan baik sehingga menjadi tanaman jeruk yang dapat menghasilkan buah. Namun tanaman jeruk hasil peremajaan ini mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil dan produktifitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman induk sebelumnya. Semua petani markisa yang menjadi responden merupakan petani yang memiliki tanaman jeruk yang sudah tua atau kurang dirawat dengan baik karena serangan hama sehingga menjadikan pohon jeruk tersebut sebagai tiang utama tanaman markisa ungu. Benih tanaman markisa ungu yang sebelumnya berada di pembibitan kemudian disebar dan ditanam di dekat pangkal pohon jeruk. Pada setiap pohon jeruk ditanam tiga hingga empat benih markisa ungu. Namun benih markisa ungu yang berhasil tumbuh menjadi tanaman dewasa pada umumnya sebanyak dua atau tiga pohon. Pada pohon jeruk dengan jarak tanam yang relatif rapat yaitu sekitar tiga kali tiga meter ditanam benih markisa ungu secara selang- seling diantara pohon jeruk. Jarak tanam markisa ungu pada lahan seperti ini sekitar enam kali enam meter. Pada pohon jeruk dengan jarak tanam yang relatif renggang yaitu sekitar lima kali lima meter hingga enam kali enam meter ditanam benih markisa ungu pada setiap pohon jeruk. Tanaman markisa ungu sebagai jenis tanaman yang merambat kemudian menjalar pada pohon dan dahan-dahan jeruk. Tanaman markisa ungu akan hampir memenuhi seluruh pohon jeruk setelah berumur sekitar enam hingga tujuh bulan. Setelah itu tanaman markisa 40 ungu akan dibantu dengan pucuk pohon bambu yang memiliki banyak cabang atau ranting sebagai tiang atau tempat merambat. Selama usia tanaman, markisa ungu membutuhkan 12 hingga 18 pucuk pohon bambu untuk setiap satu tanaman markisa. Petani tidak lagi merawat dan mengharapkan hasil dari pohon jeruk yang sudah dijadikan sebagai tiang utama perambatan pohon markisa. Pembenihan tanaman markisa ungu dilakukan sendiri oleh petani yang ingin membudidayakan tanaman tersebut. Benih markisa ungu berasal dari buah markisa ungu yang berkualitas baik dengan tingkat kematangan yang cukup jatuh sendiri ke tanah. Buah markisa ungu yang akan dijadikan benih diperoleh dari tetangga yang sebelumnya telah menanam markisa ungu. Buah markisa ungu lalu dibelah dan dikeluarkan isinya. Isi buah markisa ungu kemudian disaring sehingga hanya tersisa biji-bijian yang jumlahnya sekitar 50 biji untuk satu buah markisa ungu. Setelah itu, biji-bijian markisa ungu tersebut dicampur dengan abu bakar untuk mencegah serangan hama dan dijemur selama satu hingga dua hari. Biji-bijian tersebut kemudian diserakkan pada lahan pembenihan yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Pembenihan markisa ungu membutuhkan waktu sekitar sebulan hingga dapat disebar ke lahan yang diinginkan. Beberapa petani menggunakan polibag plastik sebagai wadah untuk memudahkan penyebaran dan pertumbuhan benih. Pemupukan dilakukan sekali dalam tiga bulan. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk anorganik seperti TSP, Patenkali, Amonium Phosphor SS dan pupuk kandang seperti kotoran ayam. Penyemprotan pestisida dan fungisida dilakukan sekali dalam sebulan dengan menggunakan Kondezep, Insect dan Drusban. Hama dan penyakit yang sering menyerang markisa ungu adalah cacing nematoda yang menyerang pangkal batang markisa ungu sehingga tanaman tersebut menjadi layu dan mati. Selain itu jamur fusarium juga menyerang batang tanaman dan bercak coklat yang menyerang buah markisa ungu. Tanaman markisa ungu harus dipangkas dengan membuang menggunting daun-daun dan cabang atau ranting yang tumbuh di dekat pangkal utama. Hal ini bertujuan untuk memperluas jangkauan rambatan pohon markisa ungu. Buah yang dihasilkan dari batang utama memiliki ukuran yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan buah yang berasal dari dahan atau percabangan. 41 Tanaman markisa ungu mulai menghasilkan buah yang dapat dipanen setelah berumur sekitar sembilan bulan. Pembungaan pertama sekali muncul setelah markisa berumur tujuh bulan dan diperlukan waktu 70 hingga 80 hari mulai pembungaan hingga buah menjadi masak. Penyerbukan bunga markisa dengan bantuan angin dan serangga. Buah yang masih mentah berwarna hijau muda dan buah yang masak berubah warna menjadi ungu tua. Buah markisa berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi yaitu berdiameter lima hingga delapan sentimeter. Buah yang telah masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Berdasarkan informasi dari Penyuluh Pertanian, untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik maka buah markisa harus dipanen minimal 75 persen tingkat kematangan. Isi buah markisa ungu berwarna kuning dan mempunyai rasa yang asam manis dengan aroma yang khas. Tanaman markisa ungu rata-rata berumur empat tahun dan dapat produktif menghasilkan buah selama tiga tahun dengan perawatan yang memadai. Setiap pohon markisa dapat menghasilkan buah markisa yang siap dipanen sebanyak satu hingga dua kilogram setiap bulan. Produksi buah markisa dipengaruhi oleh perawatan tanaman oleh petani, usia tanaman dan musim panen. Tanaman markisa ungu menghasilkan buah sepanjang tahun tetapi musim panen raya biasanya berlangsung pada bulan Agustus hingga Oktober. Hasil analisa pendapatan dan pengeluaran usahatani markisa ungu dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.5. Karakteristik Petani Responden