Karakteristik Petani Responden Analisis Tataniaga Markisa Ungu di Kabupaten Karo (Studi Kasus Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

41 Tanaman markisa ungu mulai menghasilkan buah yang dapat dipanen setelah berumur sekitar sembilan bulan. Pembungaan pertama sekali muncul setelah markisa berumur tujuh bulan dan diperlukan waktu 70 hingga 80 hari mulai pembungaan hingga buah menjadi masak. Penyerbukan bunga markisa dengan bantuan angin dan serangga. Buah yang masih mentah berwarna hijau muda dan buah yang masak berubah warna menjadi ungu tua. Buah markisa berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi yaitu berdiameter lima hingga delapan sentimeter. Buah yang telah masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Berdasarkan informasi dari Penyuluh Pertanian, untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik maka buah markisa harus dipanen minimal 75 persen tingkat kematangan. Isi buah markisa ungu berwarna kuning dan mempunyai rasa yang asam manis dengan aroma yang khas. Tanaman markisa ungu rata-rata berumur empat tahun dan dapat produktif menghasilkan buah selama tiga tahun dengan perawatan yang memadai. Setiap pohon markisa dapat menghasilkan buah markisa yang siap dipanen sebanyak satu hingga dua kilogram setiap bulan. Produksi buah markisa dipengaruhi oleh perawatan tanaman oleh petani, usia tanaman dan musim panen. Tanaman markisa ungu menghasilkan buah sepanjang tahun tetapi musim panen raya biasanya berlangsung pada bulan Agustus hingga Oktober. Hasil analisa pendapatan dan pengeluaran usahatani markisa ungu dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.5. Karakteristik Petani Responden

Petani yang dijadikan responden di Desa Seberaya berjumlah 20 orang petani markisa ungu. Petani responden dengan luas lahan hingga setengah hektar sebanyak 10 orang 50 persen dan petani dengan luas lahan setengah hektar hingga satu hektar sebanyak delapan orang 40 persen dan petani dengan luas lahan lebih dari satu hektar sebanyak dua orang 20 persen. Petani yang memiliki luas lahan hingga setengah hektar mempunyai pohon markisa yang berkisar antara 50 hingga 250 pohon markisa yang ditanam pada 20 hingga 100 pohon jeruk yang tidak produktif lagi. Petani dengan luas lahan setengah hingga satu hektar mempunyai 200 hingga 1000 pohon markisa atau 80 hingga 400 pohon jeruk yang tidak produktif. Petani dengan luas lahan lebih dari satu hektar 42 memiliki lebih dari 1000 pohon markisa ungu atau lebih dari 400 pohon jeruk yang tidak produktif. Semua petani responden mengolah lahan milik sendiri. Data resmi jumlah petani markisa ungu di Desa Seberaya maupun di Tanah Karo belum ada. Data petani responden dapat diperhatikan pada Tabel 6. Tabel 6. Data Luas Lahan, Jumlah Pohon Markisa dan Rata-Rata Produksi per Minggu Petani Responden No . Nama Petani Responden Luas Lahan m 2 Pohon Markis a Rata-rata Produksi kgminggu Produksi 2010 kg 1. M br Ginting 5.000 80 30 1.440 2. P Karosekali 8.000 190 75 3.600 3. A Barus 15.000 1.000 400 19.200 4. R br Depari 5.000 60 20 960 5. D br Tarigan 5.000 265 100 4.800 6. S Sembiring 7.500 130 50 2.400 7. U Barus 5.000 65 25 1.200 8. Dj Barus 10.000 200 75 3.600 9. J Tarigan 5.000 90 35 1.680 10. S Ginting 7.500 180 70 3.360 11. S Purba 5.000 80 30 1.440 12. D Barus 8.000 380 150 7.200 13. S Meliala 5.000 70 25 1.200 14. I Depari 7.500 135 50 2.400 15. M Bangun 15.000 900 350 16.800 16. P Colia 10.000 320 125 6.000 17. L Tarigan 10.000 630 250 12.000 18. J Depari 5.000 80 30 1.440 19. N Karosekali 5.000 60 20 960 20. P Manurung 5.000 65 20 960 Rata-rata 7.425 247 96,5 4.632 Berdasarkan karakteristik usia, petani markisa yang paling muda di Desa Seberaya berusia 35 tahun sedangkan yang paling tua berusia 80 tahun dan rata- rata usia petani 53 tahun. Petani markisa yang berusia kurang atau sama dengan 40 tahun sebanyak 20 persen dan petani yang berusia antara 41 hingga 60 tahun sebanyak 60 persen dan petani yang berusia lebih dari 61 tahun sebanyak 20 persen. Usia petani berpengaruh terhadap pengalaman dalam penanganan dan pengelolaan usahatani markisa ungu. Usia petani responden yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai pengalaman yang lebih lama dalam mengusahakan markisa ungu jika dibandingkan dengan petani yang berusia lebih muda. Petani 43 yang berpengalaman mengusahakan markisa sejak tahun 1990-an sebanyak 50 persen walaupun tidak secara terus-menerus dan sebanyak 50 persen telah mengusahakan markisa selama sekitar 10 tahun terakhir. Hal tersebut memperlihatkan bahwa petani responden cukup berpengalaman dalam budidaya markisa. Pengetahuan usahatani markisa diperoleh secara turun-temurun. Petani yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 85 persen dan perempuan sebanyak 15 persen. Semua petani yang berusia lebih dari 60 tahun menjual buah markisa ungu kepada pedagang pengumpul perkoper di pasar tradisional terdekat. Sebaran usia petani dapat diperhatikan pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Petani Berdasarkan Sebaran Usia di Desa Seberaya Golongan Umur tahun Jumlah Responden orang Persentase 4 20 41 - 60 12 60 4 20 Jumlah 20 100 Berdasarkan hasil wawancara, semua petani markisa pernah mendapatkan pendidikan formal. Sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 40 persen dan petani yang memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi hanya 10 persen. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan hingga ke perguruan tinggi mempunyai profesi utama sebagai pegawai negeri sipil PNS. Tingkat pendidikan petani responden tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan usahatani markisa ungu tetapi sedikit berpengaruh dalam kegiatan pemasaran markisa ungu. Petani dengan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih kreatif dalam memasarkan buah markisa. Sebaran tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Seberaya. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden orang Persentase SD SR 5 25 SMP 5 25 SMA 8 40 Perguruan Tinggi 2 10 Jumlah 20 100 44 VI ANALISIS TATANIAGA MARKISA UNGU

6.1. Analisis Lembaga dan Fungsi Tataniaga