23 output. Cara yang dilakukan dapat melalui adopsi teknologi baru, produk baru
atau pengelolaan yang berbeda sehingga mengurangi biaya atau meningkatkan output. Kedua, sistem kekuatan power system dimana setiap lembaga tataniaga
mencoba mengembangkan kekutan spesifik seperti reputasi akan kualitas, menjadi pemimpin pasar, menjadi pengikut atau inovator, memperoleh kepercayaan dari
komunitas dan pertumbuhan yang cepat. Ketiga, sistem komunikasi communications system dimana lembaga tataniaga berusaha untuk menciptakan
saluran informasi yang efektif sehingga memudahkan dalam membuat keputusan yang tepat. Keempat, sistem yang mengadaptasi perubahan internal dan eksternal
system for adapting to internal and external change khususnya bagaimana cara beroperasi sehingga lembaga tataniaga tetap dapat bertahan. Keempat sistem
tersebut beroperasi pada sistem tataniaga pada saat yang sama. Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktik penjualan dan
pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, kemampuan pasar menerima jumlah produk yang dijual,
stabilitas pasar dan pembayaran serta kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar
yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditi yang dipasarkan sehingga akan memberikan penilaian baiktidaknya
suatu sistem pemasaran.
3.1.6. Marjin Tataniaga dan Farm er’s Share
Marjin tataniaga sering digunakan sebagai perbedaan antara harga di berbagai tingkat lembaga tataniaga di dalam suatu saluran tataniaga. Pengertian
marjin tataniaga ini sering dipergunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani adanya kesenjangan gap antara pasar di tingkat petani dengan
pasar di tingkat pengecer. Pengertian statis dari marjin tataniaga adalah perbedaan harga di tingkat petani Pf dengan harga di tingkat konsumen akhir Pr atau MT
= Pr – Pf. Pendekatan dinamis dari marjin tataniaga merupakan harga dari
kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas produktif atau konsep nilai tambah value added. Pengertian ini menunjukkan marjin total atau
MT = biaya-biaya tataniaga + keuntungan lembaga-lembaga tataniaga M = C + . Pendekatan dinamis dari marjin tataniaga juga memberikan pengertian semua
24 proses bisnis dari aliran tataniaga dengan menganalisis fungsi-fungsi,
kelembagaan dan keseluruhan sistem, mulai dari petani hingga konsumen akhir Tomek dan Robinson, dalam Asmarantaka 2009.
Marjin tataniaga merupakan cerminan dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Oleh karena itu, tingginya marjin tataniaga suatu komoditi tidak secara
pasti mencerminkan proses tataniaga yang tidak efisien. Fungsi tataniaga yang dilakukan setiap lembaga tataniaga biasanya berbeda-beda. Hal tersebut
menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga yang satu dengan yang lain sampai ke tingkat konsumer akhir. Semakin banyak lembaga tataniaga yang
terlibat atau semakin banyak fungsi yang dilakukan maka semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen. Besarnya
marjin tataniaga pada saluran tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Bagian yang
diterima lembaga tataniaga dinyatakan dalam bentuk marjin absolut dan atau persentase Asmarantaka 2009.
Hammond dan Dahl 1977 menyatakan bahwa nilai marjin tataniaga value of marketing margin merupakan perkalian antara marjin tataniaga dengan
volume produk yang terjual atau VMM = [Pr-Pf.Qrf] yang mengandung dua komponen yaitu marketing cost dan marketing charge. Komponen marketing cost
returns to factor yaitu penjumlahan dari biaya tataniaga, yang merupakan balas jasa terhadap input-input tataniaga yang bentuknya dapat berupa upah, bunga,
sewa dan keuntungan. Komponen marketing charge returns to institution merupakan aspek balas jasa terhadap kelembagaan tataniaga yang terlibat dalam
proses penyaluran atau pengolahan komoditi yang dipasarkan pedagang pengumpul, pengolah, grosir, agen dan pengecer. Penjelasan melalui gambar
dapat dilihat pada Gambar 1. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan
tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani farmer’s
share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Farmer’s share merupakan persentase perbandingan harga yang diterima petani Pf dengan harga yang
diterima oleh konsumen akhir Pr. Secara matematis farmer’s share Fsi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
25
100 Pr
x Pf
Fsi
Farmer’s share mempunyai nilai yang relatif lebih rendah jika harga di tingkat konsumen akhir relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang
diterima oleh petani. Sebaliknya, farmer’s share mempunyai nilai yang relatif
lebih tinggi jika harga di tingkat konsumen akhir tidak terpaut jauh jika dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani.
Keterangan: Pr
: Harga di tingkat pengecer Pf
: Harga di tingkat petani Sr
: Supply di tingkat pengecer Sf
: Supply di tingkat petani Dr
: Demand di tingkat pengecer Df
: Demand di tingkat petani Qr.f
: Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer
Gambar 1. Konsep Marjin Tataniaga
Sumber: Hammond dan Dahl 1977
3.1.7. Efisiensi Tataniaga