Pabrik Pengolah Analisis Lembaga dan Fungsi Tataniaga

51 markisa kelas A dengan kelas B. Buah markisa kelas A akan dijual kepada pedagang antar kota sementara markisa kelas B akan dijual kepada pabrik pengolah. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi grosir adalah risiko pengembalian buah markisa yang masih tidak layak menurut pabrik pengolah. Buah markisa yang dikembalikan tersebut tidak akan dibayar oleh pabrik pengolah. Grosir mempunyai peranan yang cukup penting dan strategis dalam hal kepemilikan informasi pasar. Grosir mengetahui ketersediaan pasokan markisa di pasar dan berkomunikasi dengan pihak pabrik pengolah mengenai harga beli oleh pabrik pengolah. Selanjutnya grosir akan memberitahukan harga beli oleh grosir kepada pedagang pengumpul dan setelah itu informasi harga dari pedagang pengumpul kepada tukang kilo dan terakhir kepada petani markisa.

6.1.4. Pabrik Pengolah

Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pabrik pengolah adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan dan pembelian, fungsi fisik berupa fungsi pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa fungsi sortasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pabrik pengolah adalah fungsi pembelian dan penjualan. Sumber pembelian markisa berasal dari petani sebesar 27 persen dan dari grosir sebesar 73 persen dalam bentuk buah segar. Harga pembelian pabrik pengolah kepada petani dan grosir relatif sama yaitu kepada petani Rp 3.000kg dan kepada grosir Rp 3.100kg. Pembayaran kepada petani secara tunai dan pembayaran kepada grosir secara tunai dan bertahap sesuai dengan kesepakatan. Penjualan markisa melalui toko-toko minuman atau toko souvenir yang ada di Kota Kabanjahe, Berastagi dan Medan dalam bentuk sirup markisa. Pembayaran toko minuman kepada pabrik pengolah secara tunai dan bertahap. b. Fungsi Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh pabrik pengolah adalah fungsi pengolahan, pengemasan dan pengangkutan. Pabrik pengolah melakukan fungsi pengolahan dengan mengubah bentuk dasar buah markisa segar menjadi sirup markisa. Bahan baku satu kilogram buah markisa yang dicampur dengan gula 52 pasir akan menghasilkan 400 mL sirup markisa. Kemasan sirup markisa dengan menggunakan botol plastik dan kemasan bagian luar dengan menggunakan karton yang mana satu kemasan karton berisi dua botol plastik. Satu botol plastik sirup markisa mempunyai volume satu liter. Pengangkutan buah segar markisa dari gudang grosir ke lokasi pabrik dengan menggunakan mobil pick-up bak terbuka sementara pengangkutan sirup markisa dengan menggunakan mobil pick-up bak tertutup milik pabrik pengolah. c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilaksanakan oleh pabrik pengolah adalah fungsi sortasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Buah markisa yang dibeli dari petani maupun dari grosir disortir untuk memisahkan buah yang layak untuk diolah dan buah yang tidak layak. Pembiayaan yang dilakukan adalah biaya investasi pendirian pabrik, pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya transportasi, biaya iklan, pajak dan biaya operasional lainnya. Fungsi penanggungan risiko yaitu jika ketersediaan pasokan bahan baku buah markisa segar di pasar menipis sehingga harga bahan baku meningkat. Risiko kenaikan harga gula pasir putih yang juga menjadi bahan baku menjadi risiko yang dihadapi oleh pabrik pengolah. Selain itu, risiko lain adalah penurunan penjualan sirup markisa dan kemungkinan penyimpangan oleh karyawan. Pabrik pengolah sangat berperan dalam penentuan informasi pasar khususnya dalam penentuan informasi harga buah markisa. Melalui komunikasi diantara pabrik pengolah dengan grosir maka pabrik pengolah mengetahui ketersediaan pasokan buah markisa dan menentukan harga beli oleh pabrik. Berdasarkan harga beli oleh pabrik maka grosir lalu menyampaikan informasi harga beli di tingkat grosir kepada pedagang pungumpul. Pabrik pengolah juga melakukan iklan produk sirup markisa dengan merek tertentu di media massa dan berupa spanduk atau baliho di beberapa tempat jalan di pinggir jalan di Kota Kabanjahe, Berastagi dan Medan.

6.1.5. Pedagang Antar Kota