91 saluran tataniaga yang lain dengan produk akhir berupa sirup markisa. Saluran
tataniaga 5 merupakan saluran tataniaga yang paling efisien secara relatif jika dibandingkan dengan saluran tataniaga yang lain dengan produk akhir berupa
buah markisa segar. Secara keseluruhan saluran tataniaga 1 merupakan saluran tataniaga yang
paling efisien secara relatif jika dibandingkan dengan saluran tataniaga yang lain. Walaupun saluran tataniaga 1 tidak memiliki nilai
farmer’s share dan penerimaan bersih petani yang tertinggi tetapi saluran tataniaga 1 mempunyai nilai
farmer’s share
dan penerimaan bersih petani yang relatif besar, rasio keuntungan terhadap biaya yang lebih merata pada setiap lembaga tataniaga dan dapat menampung
volume buah markisa yang dihasilkan oleh petani.
6.5.3. Alternatif Saluran Tataniaga
Alternatif saluran tataniaga dapat dilakukan jika dapat dibentuk suatu organisasi yang berperan seperti lembaga tataniaga. Organisasi yang dibentuk
dapat berupa kelompok petani markisa ungu atau koperasi petani yang berperan dalam kegiatan produksi maupun melakukan fungsi-fungsi tataniaga. Lembaga
yang baru ini dapat mengumpulkan buah markisa ungu dari para petani lalu mengangkut dan menjual kepada pabrik pengolah sirup markisa. Pabrik pengolah
merupakan lembaga tataniaga yang menampung sebagian besar buah markisa yaitu 73,29 persen dari yang dihasilkan oleh petani markisa yang dijadikan
responden. Pabrik pengolah juga sangat berperan dalam menentukan harga buah markisa di pasar. Petani markisa yang menjual langsung kepada pabrik pengolah
sebagaimana pada saluran tataniaga 1 menghadapi struktur pasar yang cenderung monopsoni. Alternatif saluran tataniaga dapat diperhatikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Alternatif Saluran Tataniaga Markisa Ungu
Jika para petani menjual buah markisa melalui kelompok tani atau koperasi maka biaya pengangkutan ke pabrik pengolah dapat menjadi lebih
efisien. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani Rp.290kg jika menjual
92 langsung kepada pabrik pengolah dapat berkurang. Selain itu, lembaga ini
mempunyai daya tawar bargaining power yang lebih tinggi khususnya dalam hal negosiasi harga dengan pabrik pengolah. Lembaga ini dapat membentuk
perjanjian kerjasama sebagai suplyer pemasok bahan baku pabrik pengolah sirup markisa. Para petani markisa akan mendapat kepastian harga jual dan pabrik
pengolah akan mendapat kepastian ketersediaan bahan baku. Selain menjual kepada pabrik pengolah, koperasi juga dapat menjual buah markisa ungu kepada
pedagang pengecer di Kabupaten Karo maupun kepada pedagang pengecer di luar kota. Dalam rencana jangka panjang maka kelompok tani atau koperasi dapat
membentuk unit usaha yang melakukan fungsi pengolahan dari buah markisa menjadi sari buah markisa atau sirup markisa. Dengan demikian unit usaha
koperasi ini akan dapat menciptakan nilai tambah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya petani markisa.
93
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan