Saluran Tataniaga 1 Analisis Saluran Tataniaga

58 persen volume markisa ungu yang dihasilkan oleh petani responden. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani menjual markisa kepada pedagang pengumpul karena alasan faktor kebiasaan dan sudah langganan. Pada umumnya tempat tinggal petani dengan pedagang pengumpul berada dalam satu wilayah sehingga sudah saling mengenal dan sebagian diantaranya memiliki hubungan kekerabatan. Produk akhir yang dijual kepada konsumen akhir terdiri dari tiga jenis yaitu: 1 sirup markisa dalam kemasan terdapat pada saluran tataniaga satu, saluran tataniaga dua dan saluran tataniaga empat 2 buah markisa terdapat pada saluran tataniaga tiga, saluran tataniaga lima dan saluran tataniaga enam 3 jus markisa terdapat pada saluran tataniaga tujuh

6.2.1. Saluran Tataniaga 1

Pada saluran tataniaga satu, lembaga tataniaga yang terlibat secara berurutan dimulai dari petani, pabrik pengolah, toko minuman dan konsumen. Gambar 4 Gambar 4. Saluran Tataniaga 1 Markisa Ungu Saluran tataniaga satu merupakan saluran yang digunakan sebanyak 10 persen petani atau dua orang petani dari total 20 petani responden. Volume penjualan oleh petani sebanyak 18.000 kg atau 19,43 persen dari total volume penjualan markisa Tabel 10. Tabel 10. Volume dan Harga Penjualan Buah Markisa Ungu di Tingkat Petani pada Saluran Tataniaga 1 Selama Tahun 2010 No Nama Petani Volume kg Pembeli Harga Rata-rata Rpkg 1. P Colia 6.000 Pabrik Pengolah 3.000 2. L Tarigan 12.000 Pabrik Pengolah 3.000 Total 10 persen petani 18.000 19,43 persen dari volume total 59 Alasan utama petani yang menggunakan saluran ini adalah karena harga jual yang lebih tinggi jika menjual langsung ke pabrik jika dibandingkan dengan harga jual kepada pedagang pengumpul maupun kepada grosir. Petani yang menggunakan saluran ini merupakan petani dengan luas lahan dan produksi markisa yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan luas lahan dan produksi petani yang lain. Alasan lain lagi yaitu pabrik dapat menampung semua hasil panen. Petani yang menggunakan saluran ini mengantar markisa ke pabrik pengolah dan mengeluarkan biaya transportasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani yang menjual kepada pedagang pengumpul di pasar tradisional. Hal ini disebabkan jarak dari lokasi petani ke pabrik pengolah lebih jauh delapan kilometer jika dibandingkan dengan jarak lokasi petani ke pasar tradisional terdekat tiga kilometer. Akan tetapi biaya transportasi yang lebih tinggi tersebut masih dapat ditutupi oleh selisih harga jual yang lebih tinggi yang diterima oleh petani. Pada saluran ini juga petani akan menanggung risiko pemotongan ukuran timbangan markisa jika pihak pabrik pengolah menilai kualitas markisa kurang baik atau tidak disortir sesuai keinginan pabrik pengolah. Nilai pemotongan berat bervariasi dari satu hingga lima persen dari bobot sebenarnya. Petani mengemas markisa dalam karung goni dan menyewa mobil angkutan pedesaan untuk mengangkut markisa ke lokasi pabrik. Pada saluran ini harga ditentukan secara sepihak oleh pabrik pengolah dan petani menjadi penerima harga price taker. Pembayaran markisa dilakukan secara tunai oleh pabrik pengolah kepada petani. Pabrik pengolah selanjutnya akan menyortir buah markisa dan membuang buah markisa yang tidak memenuhi kriteria seperti terlalu kecil, masih kurang masak atau berwarna kehijauan, busuk atau pecah. Setelah itu karyawan pabrik akan memasukkan buah markisa ke gudang penyimpanan yang berpendingin cold storage sebagai persediaan sebelum diolah di mesin pengolah. Pabrik pengolah akan mengolah buah markisa menjadi sirup markisa. Pabrik pengolah selanjutnya akan menjual sirup markisa dalam kemasan kepada toko yang menjual kue-kue dan minuman serta toko souvenir oleh-oleh yang ada di kota Berastagi, Kabanjahe dan Medan. Sirup markisa akan diantar 60 oleh pihak pabrik kepada toko minuman dan pembayaran oleh toko minuman secara tunai maupun secara bertahap sesuai dengan kesepakatan. Permintaan akan sirup markisa oleh konsumen akhir pada umumnya terjadi pada saat hari-hari besar tertentu seperti Imlek, Hari Raya Idul Fitri maupun Natal dan Tahun Baru. Selain dikonsumsi sendiri oleh masyarakat setempat sebagai konsumen akhir, sirup markisa juga sering dijadikan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah Karo maupun Sumatera Utara. Konsumen akhir akan membayar secara tunai kepada toko minuman.

6.2.2. Saluran Tataniaga 2